TIGA PRIA DARI DESA

Hari pun kini berganti. Seperti biasa, agar cepat selesai, Jamal membantu mengambil alih beberapa tugas dari pembantu rumah tersebut. Sungguh kehadiran Jamal di rumah tersebut benar benar meringankan pekerjaan wanita berusia lima puluh tahunan tersebut.

Kini tugas Mbok Sum lebih ringan. Tiap pagi dia hanya bertugas di dapur menyiapkan sarapan sang majikan dan orang orang yang bekerja disana. Sedangkan Jamal membersihkan seluruh ruangan yang ada.

Pagi ini, Selin juga nampak lebih ceria. Tidak seperti hari kemarin. Apa lagi saat melihat Jamal sibuk bersih bersih, dia berinisatif menyapa Jamal duluan. Perubahan sikap Selin tentu saja menjadi perhatian khusus tuan Gustavo. Putrinya yang beberapa bulan ini lebih sering murung, hari ini tak kelihatan lagi. Yang ada hanya binar bahagia dan ceria disetiap gerak geriknya. Hati Gustavo pun menghangat. Dia bersyukur sang anak bisa kembali ceria seperti sebelumnya.

Seusai sarapan, sama seperti hari kemarin, penghuni rumah tersebut langsung berangkat untuk memulai harinya. Tuan Gustavo ke kantor dan Selin ke kampus. Sungguh kegiatan yang membosankan tapi memang harus dijalani.

Kegiatan Selin di kampus pun nampak tidak ada bedanya. Mengikuti mata kuliah, ngobrol bareng teman terus pulang. Meski dia juga punya teman dekat, tapi sejak perselingkuhan mamahnya dan Rio mencuat, Selin seketika menghindari bergaul dengan teman temannya karena malu. Apalagi sekarang Rio dan mamahnya seperti sengaja mengumbar kebersamaan mereka di tempat umum. Semakin membuat Selin merasakan tertekan.

Tak jarang, Selin memilih cepat pulang daripada berlama lama berada di kampus yang sama dengan pria yang telah mengkhianatinya. Entah apa maksudnya, Rio seakan tak punya malu, terus mengejarnya dengan alasan ingin minta maaf.

"Mal, kita mampir ke salon dulu yah," titah Selin begitu masuk ke dalam mobil saat jam kampus sudah selesai.

"Siap, Non." balas Jamal semangat membuat Selin menyunggingkan senyumnya.

Tak lama kemudian mobil pun melaju meninggalkan area kampus menuju salon langgganan Selin.

Beberapa menit berlalu, sampai lah mereka di tempat tujuan. Selin pun mengajak Jamal masuk dengan alasan agar Jamal tak bosan dan bisa melihat wanita wanita cantik di dalam. Tentu saja mendapai iming iming seperti itu, Jamal tak mampu menolak. Meski sedikit pemalu, Jamal tetap lelaki normal yang suka dengan kecantikan wanita meski kekaguman itu hanya mampu dia ungkapkan dalam hatinya.

Setelah mengambil nomer antrian karena siang ini pelanggan salon lumayan banyak, Jamal dan Selin pun duduk di kursi tunggu paling belakang. Ternyata di dalam salon tersebut, tidak hanya ada perempuan. Laki laki juga ada yang disana. Menurut Selin, ini salon bukan hanya untuk wanita, tapi untuk pria juga. bahkan Jamal juga melihat pria yang sedang memangkas rambut seorang pria juga.

"Ayo Sel, sekarang giliran kamu," ucap salah satu pekerja laki laki disana yang kebetulan memang sudah mengenal Selin.

"Oke, Ayo, Mal, sana." ucap Selin.

Sontak saja Jamal terkejut. "Loh, kok aku?"

"Iya, aku pengin merubah penampilanmu biar lebih keren," balas Selin.

"Tapi, Non?"

"Udah, sana. Lagi di tungguin itu?" paksa Selin dan Jamal pun pasrah. Dengan langkah gontai dia berjalan pelan menuju orang yang sudah menunggunya untuk merapikan rambutnya.

Sementara itu di dalam kantornya, Gustavo sedang sibuk dengan pekerjaannya. Berbagai berkas sedang dia pelajari sebelum menjatuhkan tanda tangan. Di saat seperti itu, sekretarisnya masuk dan memberi kabar kalau sang istri ingin menemuinya. Gustavo pun menghembus kasar nafasnya.

"Mau apa lagi dia?" gumamnya.

Mau tak mau, Gustavo mengijinkan Sandra menemuinya. Seperti biasa, wanita itu selalu menunjukkan wajah tak bersalah kepada pria yang menjadi suaminya.

"Mau apa lagi kamu kesini?" tanya Gustavo, pelan namun lantang.

"Tentu saja aku ada perlu sama kamu. Kamu lupa, kalau aku itu masih sah menjadi istri kamu." balas Sandra dengan santainya.

"Perlu apa lagi? Kita sudah tidak ada urusan? Jangan ngada ngada kamu?" sungut Gustavo.

"Eh, supir barumu itu kurang ajar tahu nggak? Kasih dia peringatan yang tegas!" Balas Sandra lantang.

"Dia sudah melakukan hal yang benar, apa salahnya?" jawab Gustavo diiringi gelak tawa mengejek.

"Tapi dia tidak seharusnya melakukan kekerasan dan membuat orang lain malu," sungut Sandra.

"Malu? Hahaha ... Bagaimana kalian bisa bicara tentang malu sedangkan kalian sendiri memang tidak pernah punya malu," ejek Gustavo.

Sandra pun naik pitam. Dia benar benar tersinggung dengan ucapan Gustavo. Matanya menatap tajam ke arahnya.

"Jangan salahkan aku, jika rahasia Selin aku bongkar, Gustavo!" ancam Sandra dengan emosi yang bergemuruh.

...@@@@@...