Zakia Arabelle Lawrance harus menelan kenyataan pahit saat mendapati suami yang selama ini ia anggap setia ternyata tak lebih dari seorang bajingan.
Setelah perceraian dengan suaminya, dirinya harus memulai kembali hidupnya. Menata kembali masa depannya. Tekadnya bulat untuk membuat siapa saja yang menghina dirinya malu dan tunduk dibawah kakinya.
Namun, ditengah jalan cinta kembali hadir mengusik ketenangan batinnya. Bukan hanya satu namun beberapa pria sekaligus terlibat dengannya. Namun, pada siapakah Zakia menentukan pilihannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Assalamualaikum" Ucap Zakia pagi itu.
Rumah Arya masih sedikit orang yang beraktivitas. Hanya para asisten rumah tangga yang sudah berkutat dengan pekerjaannya. Mungkin semua orang masih tidur, itu pikir Zakia. Bagaimana tidak, semalam acara pesta Tania dan Albert tembus hingga tengah malam.
Berbeda dengan Zakia, semalam ataupun dini hari dia tertidur. Dia seakan memiliki alarm otomatis untuk kegiatannya. Seperti sekarang contohnya. Semalam dia baru memejamkan matanya sekitar pukul setengah satu. Namun saat jam dinding menunjukkan pukul tiga dirinya seakan ada yang membangunkan untuk melaksanakan sholat malam yang tak pernah terlewat kan olehnya.
Setelah selesai sholat malam, jika tak ada pekerjaan yang harus di selesaikan maka Zakia akan lebih memilih membuka lembaran kitanya suci Al-Quran. Membacanya dengan suara merdunya, menunggu waktu subuh tiba. Selesai dengan sholat wajibnya, Zakia langsung berganti baju dengan pakaian olahraga miliknya. Pagi ini Zakia ingin sekali jogging. Meskipun hanya mengitari pekarangan ini, itu sama saja dengan berkeliling tiga kali penuh taman kota.
"Yang lain belum pada bangun ya, Bi? " Tanya Zakia pada salah satu ART yang sedang menyapu.
"Kayaknya belum, Non. Bibi belum lihat semuanya pada turun" Jawabnya.
"Ya sudah Kia ke dapur dulu"
Zakia dan lainnya memang memilih kembali ke kediaman Arya semalam. Hanya Tania dan Albert yang menginap di hotel tersebut. Mereka tak ingin menganggu kedua insan yang sedang di mabuk cinta itu.
"Masak apa, Bi? " Tanya Zakia tiba-tiba membuat ART yang sedang memasak kaget.
"Astaghfirullah, si non teh bikin bibi kaget wae" Zakia hanya tertawa pelan menanggapi wanita paruh baya ini.
"Hehehe, maaf deh bibi cantik gak janji bakal diulangi"
"Berarti bakal diulangi dong"
"Ya kita lihat aja kedepannya" Zakia kembali tertawa kecil. "Itu masak apa, Bi? "
"Oseng kangkung sama udang krispi. Ini ada ayam kecap, ayam bakar sama ayam pedas non"
"Ada cumi nggak, Bi? "
"Ada kayaknya non di kulkas"
"Kia lagi pengen cumi pedas manis"
"Setelah ini selesai bibi buatkan, non"
"Gak usah Bi. Kia buat sendiri aja, Kia mandi bentar doang kok" Zakia langsung berlari ke arah kamarnya yang terletak di lantai dua.
Masuknya Zakia ke dalam kamarnya. Bertepatan dengan semua orang keluar dari kamarnya masing-masing. Mereka langsung berkumpul di ruang tengah. Sedangkan para wanita langsung menuju ke arah dapur. Meskipun ada ART yang memasak, namun dalam kamus keluarga Wijaya adalah wajib untuk istri memasakkan sang suami. Alasannya hanya satu, agar sang suami tak jajan di luar rumah.
"Kok cuminya di keluarkan? " Tanya Nita bingung saat salah satu ARTnya merendam cumi yang membeku.
"Non Kia mau masak cumi, Bu" Jawabnya sekenanya.
"Itu anak kalau ada di rumah, dapur terus yang dijagain" Gerutu Nita. Memang seperti itulah kenyataannya, jika sedang di rumah Zakia akan lebih betah berada di dalam dapur untuk mengeksplor resep-resep baru.
"Bunda disini? " Sapa Zakia langsung mencuci tangannya di wastafel. Zakia kembali dengan tampilan segarnya setelah mandi. Kulit hitam dipadu dengan blouse berwarna baby pink menambah kesan lembut yang sudah melekat pada diri Zakia. Ditambah dengan dengan pashmina hitam yang menutup mahkotanya. Wajahnya kembali polos tanpa make-up.
"Kamu mau keluar? " Tanya Nita, karena biasanya Zakia lebih senang memakai piyama saat berada di rumah.
"Ke resto bentar, Bunda. Ada bahan makanan yang dikirim hari ini, jadi Kia mau cek langsung" Nita hanya mengangguk. "Tapi nanti agak siangan dikit berangkatnya"
Nita hanya mengangguk menanggapi ucapan Zakia. Mereka memulai kegiatannya masing-masing. Begitupun dengan Zakia, setelah selesai memasak cumi pedas manis miliknya. Bukannya berhenti Zakia malah mengeluarkan bahan-bahan kue. Zakia memang begitu terampil jika soal urusan dapur.
"Kia sudah sapa kakek dan nenek? " Tanya Nita di sela-sela kegiatannya.
"Sampun Bunda. Semalam kan kakek sama nenek ikut di mobil, Kia" Jawab Zakia tanpa mengalihkan pandangannya dari loyang yang tengah dia olesi margarin.
"Kamu buat apa, nak? " Tanya Rita, adik dari Nita.
"Buat brownis tante. Pengantin baru tadi telfon minta ini. Bi ini tolong di kukusin ya. Nanti kalau sudah mateng letak aja di kulkas. Tapi jangan langsung di masukin, tunggu dingin dulu. Coklat batangan Kia masih ada gak sih? " Setelah menjawab pertanyaan Rita, Zakia langsung memberi loyangnya kepada ART yang biasa membantunya jika membuat kue.
"Ada non, tinggal satu bungkus"
"Nanti tolong dilelehin ya, kejunya di parut ya, Bi"
"Siap non"
"Takutnya Kia keburu ke resto nanti. Bibi masih ingat kan cara lelehinnya sama nuang ke brownis nya? " Tanya Zakia memastikan.
"Ingat atuh, non"
"Sip, jadi Kia gak khawatir"
"Ayo nak sarapan dulu"
...****************...
"Jadi beneran, Ma. Kalau Zakia yang jadi adik angkatnya Tania adalah mantan istrinya Kak Tony? " Tanya Tina pagi itu.
"Iya, Mama sudah konfirmasi sama ibu-ibu komplek. Beruntung banget anak panti itu"
"Whatever lah bukan urusan kita lagi. Ma, bagi duit dong"
"Kamu ini. Cari kerja sana Tina, jangan minta Mama terus. Ingat, kakak ipar kamu sekarang Sari, bukan Zakia yang nurut sama kita" Sarah melotot ke arah Tina.
"Ck, tau gini dulu aku gak bakalan dukung Kak Tony buat nikahi Mbak Sari" Gerutu Tina.
"Mau gimana lagi Tina, Mama kira Sari juga tak jauh beda sama Zakia. Ternyata Sari lebih berani, kamu gak liat sekarang Mama udah jarang ke salon"
"Gaji Kak Tony itu besar loh, Ma. Masa kita dapetnya dikit doang"
"Kalau mau uang kerja, jangan cuma bergantung sama orang tua dan kakak kamu saja, Tina. Apa gunanya kamu kuliah kalau gak kerja, memang ijazah kuliah kamu mau dibuat pajangan doang. Gak sekalian aja kamu Museum kan" Ucap Sari saat mendengar sekilas percakapan mertua dan adik iparnya itu.
Tina hanya memutar bola matanya malas. Kata-kata sarkas, sinis dan pedas penuh sindiran sekarang menjadi makanan sehari-hari untuknya. Hanya karena dirinya menganggur dan tak bekerja membuat Sari lebih sering untuk mengusiknya.
"Kamu gak kerja Sari? "
"Libur Ma. Kenapa? Mama gak bisa keluar buat shopping kalau aku di rumah. Ingat Ma, ini rumah aku dan Mas Tony. Kalau Mama keberatan dengan aturan yang Mas Tony buat, kalian bisa pindah ke rumah yang di komplek. Gak usah khawatir tiap bulan aku transfer buat kebutuhan kalian" Setelah mengucapkan itu Sari berlalu begitu saja.
Sari sudah cukup muak dengan sikap mertuanya yang semena-mena padanya. Jika diawal pernikahan Sari hanya diam saat mertuanya mengambil alih semua keuangan di rumah. Namun, lama kelamaan dia juga kesal dibuatnya. Bagaimana tidak? Bahkan kebutuhan dapur tak pernah dilirik oleh ibu mertuanya itu. Gaji ART dan biaya lainnya juga Sari yang membayarnya. Untung saja Sari masih bekerja hingga saat ini. Dia terpaksa memakai jasa babysitter kala melihat mertuanya yang seakan tak peduli pada cucunya itu.
"Ngeselin banget sih tuh orang. Masih pagi juga, udah bikin mood berantakan"
...****************...
"Pagi datang menyapa, rindu mampir tak mau pergi. Malam membentang kau hadir lagi dalam mimpi. Tinggal aku dengan ingatan-ingatan yang entah kapan kadaluarsa. Tinggal aku yang entah sampai kapan menahan sesak kerinduan"
"Semoga rasa ini benar. Aku tak tahu kapan rasa itu hadir, namun bersamanya adalah kenyamanan, berjauhan dengannya adalah kegelisahan"
"Maaf jika aku lancang mengagumimu, kau hadir dengan kesederhanaan yang ada dalam dirimu. Membuatku terpikat untuk pertama kalinya. Kau hadir dengan sorot mata teduh, membuat aku ingin terus menatap mu"
"Ya Allah, aku titipkan rasa ini pada-Mu. Jika dia memang jodoh ku maka aku bersedia menjadi pot untuk bunga cinta yang kau hadirkan. Jika dia bukan jodoh ku, aku kembalikan rasa ini kembali pada-Mu"