NovelToon NovelToon
Kisah Kita

Kisah Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:521
Nilai: 5
Nama Author: RJ Moms

Apa yang kalian percaya tentang takdir? Bahwa sesuatu hal yang tidak akan pernah bisa kita hindari bukan? Takdir adalah hal yang mungkin saja tidak bisa diterima karena berbeda dengan apa yang kita harapkan. Tapi percayalah, rencana Allah itu jauh lebih indah meski kadang hati kita sangat sulit menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RJ Moms, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gara-gara dua cowok

“Pakar helm yang bener. Talinya pasang.” Ujar Harlan sambil merapikan helm Amelia.

Harlan melihat sekilas mata Amelia yang bengkak akibat menangis tadi malam. Dia merasa bersalah pada gadis kecil itu. Dia tidak pernah menyangka akan menjadi cinta pertama adik dari teman kosan nya.

Dalam perjalanan, Amelia memberi jarak pada Harlan. Dia teringat pada saran Rehan bahwa dia harus berusaha melupakan perasaannya pada pria yang kini ada di hadapannya. Dengan begitu dia tidak akan semakin jauh terluka.

Saat sampai di depan sekolah, Amelia mengabaikan uluran tangan Harlan yang mengajaknya bersalaman.

“Aku masuk ya, Kak.”

Hanya itu.

Tepat di depan pintu gerbang, Gunawan sudah menunggu. Amelia menghela nafas. Dia merasa sangat malas bertemu dengan anak itu.

“Hai, sayang.”

“STOP! Gue gak suka dipanggil begitu.”

“Honey? Darling? Cinta? Yayang?”

“Bomat lah, Gun! Pusing pala gue lihat tingkah lo,” ujar Amelia sambil berlalu. Tidak sulit bagi Gunawan untuk menyamakan langkah Amelia yang memiliki kaki pendek, meski Amelia sudah beberapa langkah berada di depan.

“Kamu di marahin papa kamu ya?”

“Bang Rehan cerita?”

“Iya, dia telpon dan marah-marah.”

“Sorry ya. Gara-gara gue lo kena imbasnya. Padahal gue yang maksa lo buat pergi makan.”

“Tapi lo gak makan sama sekali.”

“Diet.”

“Jangan diet. Seusia kita itu lagi masa pertumbuhan. Kamu masih butuh banyak nutrisi dan gizi buat tumbuh lebih tinggi.”

Langkah kaki Amelia langsung terhenti mendengar ucapan Gunawan. Anak laki-laki itu pun ikut berhenti.

“Asli ya, lo nyebelin banget sumpah!” Amelia mengacungkan jari telunjuknya pada Gunawan.

“Ya kan kamu emang pendek. Makanya jang—“

Bughhh!

“Awwwh!” Gunawan meringis saat tinju Amelia mendarat di perutnya.

“Jangan lupa, gue jago beladiri.”

Gunawan tersenyum disela rintihannya sambil memegang perut. Dia pergi ke arah yang berlawanan karna kelas mereka memang berbeda.

“Mel, mel. Tau gak?”

“Nggak.”

“Ih kamu mah.”

“Aku loh duduk aja belum. Kamu udah heboh aja. Ada apa?” Tanya Amelia setelah dia duduk dan mengaitkan tasnya di belakang sandaran kursi.

“Karina dihukum, dia di skors sama bapaknya selama seminggu gak sekolah.”

“Ya udah, biarin aja. Kita lihat sekolah akan seperti apa tanpa dia.”

“Tapi kasian gak sih, kita itu kelas tiga. Bentar lagi ujian.”

“Tapi yang salah tetaplah salah. Harus ada hukuman tanpa pandang bulu.”

“Mel.” Arif yang berada di luar kelas memanggil namanya. Dia meminta Amelia menuju kantor kepala sekolah.

“Aku pun pasti akan kena hukuman. Meski membela diri, tapi membanting Karina ke lantai memang agak keterlaluan sih.”

“Semangat, Mel.”

Amelia pergi meninggalkan Ade dan Ayu di kelas untuk menuju ruang kepala sekolah.

Setelah memberikan salam dan mengetuk pintu, Amelia masuk setelah mendapatkan ijin dari pemilik ruangan.

“Silakan duduk, Mel.”

“Iya, Pak. Terimakasih.”

“Mel, kamu tahu kenapa kamu dipanggil ke ruangan saya?”

“Terkait insiden kemarin ya, Pak?”

“Benar. Tapi bukan untuk dihukum, tapi untuk bernegosiasi.”

“Negosiasi?”

“Kamu tahu kan siapa ayahnya Karina? Dia meminta saya agar kamu mau memaafkan anaknya. Jika kamu mau memaafkan Karina, maka dia bisa masuk lagi besok.”

“Dia dihukum hanya sehari sementara saya di bully sama dia selama dua tahun lebih loh, Pak.”

“Tapi tidak pernah ada laporan sedikitpun pada saya bahwa kamu pernah terluka sama dia.”

“Maaf, Pak. Tapi bullying itu tidak hanya secara fisik, tapi dia melakukannya secara verbal.”

“Anggap saja itu candaan seskasam teman, Mel. Kasian Karina kalau harus tidak sekolah. Sebentar lagi kalian ujian.”

“Terserah bapak aja deh sebagai kepala sekolah. Toh saya ataupun keluarga saya tidak punya taring seperti orang tua Karina. Jadi, untuk apa kita negosiasi kalau tetep aja saya yang dipaksa untuk berkata iya.”

“Saya tau kamu anak yang berprestasi dan sering membuat nama sekolah harum, tapi kamu juga jangan seenaknya berbicara begitu sama saya.”

“Maaf, pak. Keputusan silakan Bapak ambil sendiri. Permisi.”

Amelia merasa heran sendiri dengan sikap yang barusan dia lakukan.

Gila apa gimana ini aku? Kenapa coba bilang gitu sama kepsek? Aaghhhh, ini keselnya merembet sampe ke mana-mana gara-gara Gunawan dan kak Harlan.

Amelia mengusap wajahnya karena merasa sangat tidak nyaman dan merasa bersalah telah bersikap kurang ajar pada kepala sekolah.

Meskipun memang benar apa yang dia ucapkan, tapi alangkah lebih baiknya lagi kalau Amelia diam.

Mampuuussss!

Memikirkan bagaimana dia bersikap di dalam kantor, membuat Amelia tidak berkonsentrasi pada pelajaran. Selama dia masuk dan pelajaran berakhir, Amelia hanya diam termangu. Dia bingung harus bersikap seperti apa jika dia bertemu dengan kepala sekolah nanti.

Bahkan Amelia mendapat teguran dari dua guru karena melamun.

“Kamu kenapa sih dari tadi diem aja?” Tanya Diah saat mereka keluar kelas untuk pulang.

“Emangnya pacar aku kenapa, De?” Tanya Gunawan yang tiba-tiba datang.

“Dia semenjak dipanggil kepala sekolah, ngelamun terus. Sampe ditegur Pak Dedi dan Bu Vera.”

“Kamu kenapa, Sayang? Dimarahin apa sama kepsek?”

Amelia menghentikan langkahnya. Ade dan Gunawan ikut berhenti.

“Ini semua gara-gara lo tau gak sih? Coba lo gak menyebarkan fitnah kalau kita pacaran. Mungkin aku gak akan ngebanting Karina kemarin.”

Amelia mendengus kesal. Dia berjalan sambil menginjak bumi penuh tekanan. Dia pergi begitu saja meninggalkan Ade dan Gunawan.

“Amelia kalau udah marah ngeri banget, buseettt.”

“Tapi pacar aku keliatan imut.”

Ade menoleh perlahan dengan bibir tersungging sebelah sambil menggelengkan kepala.

“Dasar bucin,” bisiknya.

Harlan kembali menghela nafas dalam saat melihat Amelia berjalan cepat dengan wajah cemberut.

“Ada apa lagi kali ini?” Tanyanya pada diri sendiri.

Harlan hanya menatap Amelia yang terdiam saat dipakaikan helm. Masih dengan wajah kesalnya.

Setelah naik, Harlan mengambil ponsel lalu menelpon Rehan yang sedang ada di rumah. Dia meminta ijin untuk pergi membawa Amelia jajan.

“Loh, kok ke sini?” Tanya Amelia yang baru sadar jika arah motor saat ini berbeda dengan arah menuju pulang ke rumah.

“Beli es krim.”

“Nanti papa marah lagi.”

“Saya udah ijin.”

“Kapan?”

“Tadi pas kita di depan sekolah.”

“Emang iya?”

“Makanya jangan melamun. Kenapa sih? Bete kenapa?”

“Gak apa-apa,” jawabnya ketus.

“Pegangan.” Harlan menarik tangan Amelia dan melingkarkan nya pada pinggang. Awalnya Amelia menolak, tapi Harlan menahan tangan mungil itu untuk tetap diam di pinggan nya.

Andai aja kakak belum punya calon istri. Kayaknya aku adalah wanita paling bahagia saat ini. Sayangnya kakak udah ada yang punya. Aku kan gak mau di cap perebut pacar orang. Hiksss

1
The first child
iya bang re, habis manis banget/Drool/
The first child
baca novel dapet bonus belajar agama/Smile/
Emak RJ: Hanya sikit. Aku juga masih belajar hehehe
total 1 replies
Scar
Tengkiuuu thor, bikin liburanku jadi lebih seru!
Emak RJ: Makasih ya udah mampir. Sehat selalu kakak 🫶🏻
total 1 replies
Yoko Littner
karya ini layak dijadikan film, semoga sukses terus thor ❤️
Emak RJ: Masya Allah terharu banget aku. Tanchuuuu ya kakak 🥹🫶🏻
total 1 replies
Mamah Mput(Bilanoure)
wah, ibunya gak suka apa gimana sebenernya? penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!