Devan Ganendra pergi dari rumah, karena iri dengan saudara kembarnya yang menikah dengan Dara. Karena dia juga menyukai Dara yang cantik.
Ia pergi jauh ke Jogja untuk sekedar menghilangkan penat di rumah budhe Watik.
Namun dalam perjalanan ia kecelakaan dan harus menikahi seorang wanita bernama Ceisya Lafatunnisa atau biasa dipanggil Nisa
Nisa seorang janda tanpa anak. Ia bercerai mati sebelum malam pertama.
Lika-liku kehidupan Devan di uji. Ia harus jadi kuli bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama Nisa.
Bagaimana penyelesaian hubungan keluarga dengan mantan suaminya yang telah meninggal?
Atau bagaimana Devan memperjuangkan Nisa?
Lalu apakah Devan menerima dengan ikhlas kehadiran Dara sebagai iparnya?
ikuti kisah Devan Ganendra
cusss...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Davin Dan Dara
Devan dan Davin sampai ke rumah pagi hari, tepat setelah sholat subuh berakhir.
"Noh suamimu pulang Mbak Nisa!" Ucap Dara sehabis sholat subuh di masjid
"Suamimu juga tuh!" balas Nisa kepada Dara.
Keduanya justru cengengesan di jalanan. Beberapa teman Nisa menanyakan siapakah gadis yang bersamanya itu.
Nisa pun bilang, jika Dara adalah saudara iparnya. Namun beberapa remaja cowok tidak percaya, justru ingin menggoda Dara.
Nisa bilang, kalau bisa ya boleh aja. Paling pulang kaki pincang.
Beberapa temannya tahu jika Nisa jago karate. Bahkan beladiri lainnya. Hanya yang paling unggul adalah karate.
Beruntung mas Hasan selalu mendukungnya. Sehingga saat ini, Nisa bisa sampai pendidikan tertinggi dan bekerja di salah satu rumah sakit.
Memang pendidikan Nisa sebenarnya masih kurang, karena ada satu jenjang lagi yang harus di lalui. Namun karena faktor biaya, maka Nisa mengurungkan keinginannya itu.
Nisa dan Dara sampai di rumah langsung di sambut Davin dan Devan.
Mbak Jannah sampai terkejut melihat Devan ada dua.
"Lha Iki yang Devan mana?, yang Davin mana?" tanyanya sambil membuka mulutnya bengong. Tangannya sambil menunjuk ke Davin dan Devan.
"Itu Davin, aku Devan mbak!"
Plaaakkkk...!
Mbak Jannah memukul Davin karena ia merasa di kerjain.
"Kamu mau bohongin aku ya Vin?" Ucap mbak Jannah kepada Davin.
"Kok ngerjain bagaimana to mbak!, aku Devan mbak!" tegasnya.
"Ck, ga usah bohong. Devan kemarin habis kecelakaan, masih ada luka di pelipisnya!, emang aku bodooh apa!" ketus mbak Jannah yang ternyata tidak bisa di kerjain oleh Davin.
"Hehe....!!" Sahut Davin.
Kemudian mereka masuk ke dalam rumah. Nisa dan Dara bersama-sama membuatkan minuman panas menemani pagi.
Sementara mbak Jannah keluar sebentar menggunakan motornya untuk mencari kue.
"Lek, kok wajahe sama Yo !" Ucap Hanif yang keluar kamar dan sudah rapi dengan pakaian sekolah.
"Kan kembar Nif!" sahut Nisa atas pertanyaan Hanif.
"Aku bedain engga bisa Bulik!" Ucap Hanifa adiknya Hanif.
"Yo kalau lek Evan Sik bathuke iyung itu!, kalau om Davin yang deket Tante Dara." Sahut Nisa sambil menunjukkan keberadaan Davin dan Dara.
"Kelas berapa le?" tanya Davin kepada Hanif.
"Kelas enam om!" Sahutnya.
"Kalau kamu?, Hanifa ya?"
"Iya om, kelas 3." sahut Hanifa.
"Sini, kalau mau berangkat salim dulu sama om dan Tante!" ucap Davin, membuat kedua anak mas Hasan itu mendekat.
Keduanya Salim dengan takzim.
"Nih buat jajan!" ucap Davin sambil menyodorkan uang warna merah tiga lembar untuk Hanif, dan tiga lembar untuk Hanifa.
"Asekkkk....!!, makasih om!, engga kayak Lek Evan. Pelit!"
"Haisss!!"
Devan pun menggerutu kesal karena ucapan Hanif itu. Keduanya berlari keluar,sambil memamerkan uang pemberian Davin.
"Oh!, lek Evan pelit ya Nif?" Ucap Davin sambil tertawa terkekeh.
Memang keduanya sekolah masuk pukul tujuh, dan ini sudah pukul enam pagi. Jadi anak mas Hasan sudah bersiap pergi sekolah. Tinggal menunggu ibunya pulang membeli kue.
Tak selang berapa lama, mbak Jannah datang membawa sekantong kresek aneka jajanan. Sebab pagi hari, biasanya mereka dagang di ujung kampung.
"Itu dapat duit dari siapa Nang?" Tanya mbak Jannah kepada Hanif.
"Om Davin!, Lek Evan kan ga punya uang!" sahutnya polos.
"Ngawur!, udah bilang makasih belum sama om dan Tante?"
"Udah kok Mak!" sahut Hanif dan Hanifa kepada ibunya itu.
"Ya udah, tunggu Mak bentar Yo, tak anter!" Ucap mbak Jannah kepada kedua anknya.
Mbak Jannah menaruh beraneka kue di satu piring besar. Sehingga bisa nampung jajanan yang ia beli.
"Wong aku mau langsung pamit kok mbak!" Ucap Davin, sambil menatap kue yang ada di depannya.
"Pokoknya makan dulu!, jangan main pergi-pergi aja!" Sahut mbak Jannah.
"Itu kan Devan mbak!" Celetuk Davin, sambil melirik arah Devan, yang suka main pergi-pergi saja.
Pletak...!!
Devan memukul Davin dengan sendok yang ada di gelas tehnya.
"Lho iya kan mbak, sampai sini malah suruh kawin!" Celetuk Davin. Membuat Dara dan Nisa tertawa.
Sementara Devan nyengir,karena itu kenyataannya.
Mbak Jannah pun akhirnya pamit untuk mengantar sekolah Hanif dan Hanifa dahulu.
"Om, Tante!, Hanif sekolah dulu ya!, sering sering main kesini. Sama kasih uang jajan ke Hanif!" Ucap Hanif sambil berlari menuju emaknya yang sudah menunggu di motor.
"Kalau rangking satu kasih tahu om ya Nif!" Sahut Davin.
Tanpa jawaban, Hanif sudah berlalu dengan mbak Jannah yang mengantar sekolah.
Nisa juga sudah bersiap untuk aktifitas kerja hari ini. Namun masih menunggu mbak Jannah untuk mengantarnya.
"Kenapa engga beli motor sih Van?" Ucap Davin kepada Devan.
"Belum mau dia!" Sahut Devan.
"Mbak, di kasih uang sama bang Devan engga?" Tanya Dara.
"Di kasih!" Sahut Nisa.
"Habisin aja!" Kata Dara.
"Hah!, buat apaan?"
"Beli mobil kek, rumah kek, sekalian orang yang suka ngomongin mbak itu di beli aja sekalian mbak." Goda Dara kepada Nisa.
"Ga bakal habis duit dia mah mbak!" Lanjut Dara.
"Hah..!" Nisa bengong karena perkataan itu.
"Mbak juga ngga usah kerja. Kaya aku lho malah kuliah!"
Dara sengaja memanas-manasi Nisa, sebab Devan memang tidak akan kehabisan uang. Setiap bulan ngucur deras ke kantong pribadinya. Begitu juga Davin.
Pluuukkk.....!!!
Aduhhhh...!!
Devan melempar kue bolu ke arah Dara." Kalau ngomong yang bener Ra..!!, udah terkontaminasi sama Davin ya!" lanjut Devan. Dara terkekeh karenanya, sebab kalau masalah keuangan memang lebih banyak Devan dari pada Davin suaminya.
"Iyalah, kan bini gue Van!" Celetuk Davin.
"assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!"
"Lho..!!" Mas Hasan terkejut karena melihat Devan dan Davin yang sama persis.
"Davin mas, kembarannya Devan!" Ucap Davin sambil menyalami mas Hasan memperkenalkan diri.
"Oh Davin!, ini ?"
"Dara mas, istrinya Davin!" Sahut Dara yang juga menyalami mas Hasan.
"Kapan kalian datang?"
"Semalam mas, tapi kamu ada perlu sama Devan bentar. Dara yang nginep sini!" Sahut Davin.
"Kopinya mas!" Ucap Nisa yang baru keluar dari arah dapur membawakan secangkir kopi.
Mas Hasan mengucapkan terimakasih, terus menyeruputnya.
Mas Hasan baru pulang dari rumah sakit untuk menunggu ayahnya yang masih di rawat.
"Bapak gimana mas?" Tanya Nisa.
"Sudah lebih baik. Bahkan kalau nanti siang kondisinya stabil, akan di pindah ruang perawatan." Sahutnya.
"Sama itu, si Wondo juga sudah di tangkap polisi kan ya?" Lanjut mas Hasan kepada Nisa dan Devan.
"Masa sih mas?" sahut Nisa.
"Tapi langsung di larikan ke rumah sakit di Jogja. Kondisinya terluka parah kok!" Ucap mas Hasan yang mendengar berita tentang Wondo di jalan.
Nisa langsung menatap suaminya dan Davin. "Kalian apain?" Kata Nisa pada keduanya.
"Hah..! Kalian?"
"Nisa mas!" Sahut Davin.
"Hah...!"
"Kalian kok malah hah heh hah heh..!!" Ucap mas Hasan.
Ketiganya malah langsung menunjuk ke arah Dara.
"Kok aku?" ucap Dara yang menunjuk ke arah dirinya juga.
"Kan yang nangkap kamu Ra!" Ucap Devan, tangannya masih menunjuk ke arah Dara.
"Tapi kamu kan Vin yang ngikat sama naruh di kursi!" Sahut Dara.
"Nisa yang ngajar!, tapi sudah dilepas sih tadinya!" Sahut Davin.
"Kalian kompakan gitu?" tanya mas Hasan kepada keempatnya.
Keempatnya hanya terkekeh mendengar ucapan mas Hasan.
"Itu tanggung jawab saya mas!" Sahut Devan.
"Saya juga tanggung jawab mas!" Davin menimpali.
Sementara mas Hasan menghela nafas panjangnya. Sebab keluarga suami dari adiknya, ga jauh beda dengan adik kandungnya sendiri.
.
.
.
BERSAMBUNG
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
ibu tirinya, Nisa???
lanjut thor ceritanya
lanjutkan
jadi semangat bacanya deh
kog bisa2nya kek gitu
kan mayan ada devan yg jadi jaminan
cwek tuh perlu bukti ucapan juga lhooo
pokoknya yg bilang habiskan semua nya 😅😅😅😅