Tidak ada seorang pun yang bisa menebak takdir Tuhan untuk perjalanan hidupnya.
Almayra adalah seorang gadis biasa yang berasal dari keluarga sederhana.
Dia tidak pernah bermimpi untuk menjadi orang ketiga dalam kehidupan rumah tangga orang lain.
Namun takdir Tuhan justru membawanya kesana.
Apa yang bisa dilakukan kalau Tuhan sudah menentukan segalanya.
Almayra hanya bisa menjalani semuanya dengan iklhas dan mencoba menerima kenyataan.
Air mata, bahagia, susah, senang dan perjalanan hidup yang penuh liku mewarnai kehidupan Mayra setelah dia terpaksa menerima keinginan sang Ayah untuk menjadikan nya istri kedua seseorang.
Bagaimana akhir kisah hidup kita, kita jugalah yang dapat menentukan.
Hanya dengan kesabaran dan ketegaran semua akan berakhir indah pada waktunya.
Yuukk..kita simak bagaimana Mayra menjalani kehidupan kerasnya..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Kedatangan Vanessa
Hari hari berikutnya dijalani Mayra seperti biasa di warnai dengan berbagai kesibukan.
Tapi sekarang dia lebih banyak berdiam di kantor, tidak ikut mendampingi Agam dalam berbagai pertemuannya dengan klien. Sekarang ini Denis lah yang lebih berperan penting untuk menghandle segala urusan Agam.
Entah kenapa sepertinya Agam masih ingin mencoba menenangkan diri dulu atas segala kekecewaan yang dirasakannya.
Mayra juga mengerti akan hal itu. Namun lama-kelamaan dia merasa sedikit tidak nyaman atas tindakan Agam yang selalu menghindari nya.
Siang ini setelah istirahat jam makan siang selesai, seperti biasanya Mayra kembali dengan segala kesibukannya.
Tiba-tiba dia dikejutkan dengan kedatangan seorang wanita yang langsung menghampiri mejanya.
Wanita ini bertubuh tinggi langsing, berkulit putih merona dengan rambut pirang dan bola mata berwarna biru laut yang indah. Sangat cantik dan eksotis. Dia berdiri dengan tersenyum manis dihadapan Mayra.
"Hallo..apa Agam ada di dalam.?"
Mayra berdiri dan membalas senyum manis wanita yang sedang memandangnya tersebut.
"Anda siapa, kebetulan pa Agam ada di ruangannya.."
Ucap Mayra dengan ramah.
"Kenalkan..saya Vanessa..Teman dekatnya Agam.
Saya ingin bertemu dengannya."
Mayra terdiam beberapa saat memperhatikan gadis yang mengaku teman dekat Agam tersebut.
"Baiklah nona Vanessa, mari saya antar."
Ucapnya kemudian sambil berjalan di ikuti oleh gadis yang bernama Vanessa itu.
Mayra mengetuk pintu dan terdengar sahutan dari dalam ruangan.
Kemudian dia di ikuti oleh Vanessa masuk kedalam ruangan tersebut. Terlihat Agam sedang sibuk dengan berkas2 ditangannya, dia memakai kacamata kerjanya, membuat aura ketampanan nya bertambah.
Vanesa langsung maju menghampiri Agam sebelum Mayra sempat berbicara.
"Hai kak..apa kabar..?"
Ucapnya. Agam seketika melihat pada orang yang baru saja datang dan langsung mendatangi dirinya itu.
Matanya tampak berbinar, dia berdiri dari duduknya, melangkah menyambut kedatangan Vanessa.
"Vanes..kau ada disini.?"
Tanya Agam terlihat bahagia.
Keduanya berangkulan dan tanpa basa-basi Vanesa mengecup lembut kedua pipi Agam, yang membuat wajah Agam seketika merah padam. Dia cepat melirik kearah Mayra yang hanya melihat kejadian itu dengan sorot mata yang tak terbaca.
"Saya permisi pak.!"
"Tunggu May..!"
Ucap Agam, Mayra menatap mata Agam yang terlihat tidak enak padanya.
"Ya pak, ada yang bisa saya bantu.?"
Tanya Mayra dengan tetap menatap Agam.
"Tolong bawakan minuman untuk Vanessa.."
Ucap Agam lagi. Sorot matanya terlihat benar-benar bimbang dan resah.
"Baik, permisi.!"
Sahut Mayra sambil kemudian berlalu keluar ruangan.
Agam mengajak Vanessa untuk duduk di sofa di ruangan tersebut.
Mereka duduk berdampingan hampir rapat.
Pandangan Vanessa begitu lekat, terlihat begitu mendamba laki2 tampan ini.
"Kapan kembali dari pameran mu Nes? kenapa tidak memberi kabar kalau kamu pulang.?"
Tanya Agam. Vanessa menggenggam tangan Agam dan menyandarkan kepalanya di bahu Agam.
"Pameran ku sudah selesai. Aku sengaja tidak memberimu kabar karena ingin membuat kejutan untukmu."
Jawab Vanessa sambil mengelus lembut rahang kokoh Agam. Agam mencoba menjauh agar mereka tidak terlalu rapat.
Tapi Vanessa malah merangsek merapatkan kembali tubuhnya, dan kini tangan Agam dirangkulnya.
"Sudah 2 tahun kita berpisah semenjak aku pergi ke Italia. Kita mengakhiri hubungan kita, tapi sekarang aku ingin kita kembali seperti dulu kak..!"
Ucap Vanessa lembut. Agam menatap gadis itu dan menarik napas yang terasa sangat berat.
"Aku sangat merindukanmu. Aku tidak bisa melupakan mu walau sedetik saja, aku sangat tersiksa jauh darimu kak.."
Kembali ucap Vanesa sambil meraih wajah Agam dan makin mendekatkan wajahnya.
Keduanya bertatapan lekat, napas mereka makin berat. Bibir Vanessa maju mendekat dan akhirnya menempel dengan bibir Agam yang masih terdiam tidak bereaksi. Dia mengecup lembut bibir Agam, kemudian mencoba melumatnya, dan mulai menekan
agar Agam membalas ciumannya.
Namun Agam masih terdiam tidak membalas ciuman hangat gadis itu.
Tiba-tiba di pintu muncul Mayra membawakan minuman untuk Vanessa. Sontak Agam melepaskan ciuman Vanessa kemudian sedikit mendorong tubuh Vanessa agar menjauh.
"Maaf kalau saya menggangu. Silahkan nona Vanessa..!"
Ucap Mayra dengan wajah merah, kemudian bergegas pergi dari hadapan keduanya.
Agam tampak kikuk, dia menyesal Mayra harus melihat semua itu tadi.
Apa yang akan dipikirkan oleh gadis itu nanti.?
Hati Agam gelisah, dia tidak ingin Mayra berpikiran yang tidak-tidak.
******
Jam pulang kerja sudah tiba, hari ini Mayra harus lembur lagi sampai jam 8 malam karena banyaknya pekerjaan yang harus segera di selesaikan.
Agam sudah pulang sedari sore karena Vanesa memaksanya untuk pergi dengannya.
Mayra segera berkemas dan kemudian turun dari kantor tempatnya bekerja.
Dia berjalan keluar gedung Royal Entertainment
menuju mobil para pengawalnya yang terparkir cukup jauh dari kawasan kantornya.
Suasana sudah sangat sepi karena hampir semua karyawan sudah pulang.
Mayra berjalan tergesa-gesa ketika tiba-tiba dia di bekap dari belakang dan di seret masuk ke sebuah mobil yang sudah menunggu di pinggir jalan.
Mayra berontak berusaha melawan, tapi kekuatan orang2 yang menyeretnya bukanlah tandingannya.
Sementara itu Jhon dan Darwis yang melihat nyonya mereka di seret kedalam sebuah mobil cepat2 mengejarnya. Namun sayang mobil yang membawa Mayra sudah melesat pergi.
Darwis dan Jhon cepat masuk ke mobil kemudian melajukan mobilnya kencang mengejar mobil penculik yang membawa Mayra.
Kejar- kejaran pun akhirnya berlangsung sengit di jalanan, hingga tak memperdulikan keselamatan pengguna jalan yang lain. Lampu merah mereka terobos, kemudian masuk ke jalanan yang cukup lengang. Kendaraan2 yang berpapasan dan bersalipan dengan mobil mereka rame2 membunyikan klakson karena kaget campur marah melihat kedua mobil itu melaju kencang dengan ugal-ugalan.
Didalam mobil penculik, Mayra tak henti berontak.
"Lepaskan aku..! Siapa kalian, kenapa menculik ku.?
Lepas..tolong lepaskan..! tolooong..!!"
Teriak Mayra tak putus asa, mulutnya kemudian di sumpel , namun Mayra berhasil membukanya dan kembali berteriak-teriak.
"Berisik..! bius saja bos..!"
Teriak salah seorang yang sedang memegang tangan kanan Mayra.
"Tidak perlu, lakban saja mulutnya.!"
Bentak salah seorang lagi yang duduk di jok depan .
Akhirnya mulut Mayra di tutup memakai lakban kuning agar tidak bisa lagi berteriak.
Namun tiba-tiba mobil pengawal Mayra sudah berhasil menyalip dan dengan kecepatan terkendali membanting setir menghadang mobil penculik, yang mau tidak mau harus mengerem mendadak mobilnya agar tidak terjadi tabrakan.
Dengan cepat dan sudah siaga penuh Jhon dan Darwis keluar dari mobil berlari ke arah mobil penculik.
Ketiga penculik itupun keluar, sementara yang satu masih memegangi Mayra.
Perkelahian pun tak dapat terelakkan. Mereka bertarung 2 lawan 3 yang sangat sengit. Tendangan dan pukulan terdengar mengerikan, membuat ngilu.
Ketiga penculik tampak sedikit kewalahan menghadapi Jhon dan Darwis, mereka mulai berjatuhan terjungkal ke aspal jalanan.
Mulut mereka mengeluarkan darah.
Mayra di seret keluar di tekan di pintu mobil oleh salah seorang penculik yang memakai penutup muka.
Dalam keadaan itu, dari kejauhan datang satu mobil lagi dan berhenti di lokasi kejadian.
Terlihat Lee keluar dari mobil bersama 3 orang bodyguard Dirga .
Mereka langsung mendekat kearah para penculik yang terlihat panik melihat kedatangan bala bantuan tersebut.
"Cabut..!"
Teriak si penculik yang memakai penutup muka.
Dengan secepat kilat mereka berempat masuk ke dalam mobil dan melaju kencang meninggalkan tempat itu.
Mayra tampak lemas, jatuh terduduk di atas aspal.
Jhon dan Darwis yang hendak mengejar penculik itu terhenti saat Lee mengibaskan tangannya.
"Tidak perlu, aku sudah mencatat plat nomornya.!"
Ucap Lee yang segera menghampiri Mayra dan berjongkok di hadapannya.
"Nyonya baik-baik saja ? apa ada yang luka.?"
Ucapnya khawatir.
Mayra mengangkat wajahnya menatap Lee dengan sorot mata yang lemah.
Wajahnya terlihat pucat pasi dan shock.
"Aku tidak apa-apa sekretaris Lee. Hanya rasanya lemas sekali."
Ucap Mayra bergetar. Terpaksa Lee harus membantu Mayra berdiri dan memegang tangannya.
Mayra juga tidak perduli karena memang dirinya kini butuh bantuan.
Lee akhirnya membawa Mayra pergi dari tempat itu, mengantarnya pulang menuju apartemen.
Selama di perjalanan Mayra menyandarkan tubuhnya yang lemas dan memejamkan mata.
Siapa orang-orang itu yang telah menculiknya.?
Dan untuk apa mereka melakukan hal itu padanya.?
Selama ini dia merasa tidak pernah berurusan dengan orang lain apalagi membuat masalah.
Ya Tuhan..kenapa hidupnya jadi rumit begini..!!
*********
TBC....
Jangan lupa dukung author terus ya gaiiss..!
Dengan cara like & koment..
Di tunggu koment nya yaa.. thank you..😘🙏