Sequel Mafia's in Love.
“Seorang wanita juga bisa melukai saat hatinya telah terluka. Tidak ada yang membedakan antara pria dan wanita. Bukan hanya hati, aku juga bisa melukai seluruh tubuhmu dengan tanganku sendiri.” Eleonora.
Seorang wanita yang mengubah hidupnya, menjadi jahat setelah ia di lukai. Hidupnya yang dulu terasa tenang dan tenteram harus berubah menjadi penuh darah dan tangis air mata. Tangan yang biasa digunakannya merias wajah juga harus berganti menggenggam pistol dan belati.
Semua karena cinta. Cinta memang bisa merubah seseorang menjadi jauh lebih baik. Namun, tidak dengan wanita bernama Eleonora. Tanpa disengaja, ia terjerumus ke dunia hitam untuk membalas rasa sakit hatinya kepada pria yang pernah ia cintai.
Apakah Eleonora berhasil membalaskan sakit hatinya? Apakah selamanya Eleonora akan berada di dalam dunia hitam? Apakah Eleonora akan menemukan cinta sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
Keesokan harinya. Leona merasa sangat bosan di rumah. Setelah selesai makan siang dengan Daniel dan Serena, ia memutuskan untuk pergi berjalan-jalan. Ia tidak memiliki teman dekat. Selain Kwan memang tidak ada lagi yang bisa ia temui. Namun, hari ini Leona merasa sangat bosan. Walau Kwan sedang sibuk dan Aleo juga sudah ada di amerika. Tetap saja Leona pergi meninggalkan rumah walau ia sendiri tidak tahu kemana tujuannya.
“Mungkin aku bisa berbelanja. Bukankah berbelanja sangat mengasikkan. Aku akan membeli beberapa barang untuk dibagikan kepada pelayan wanita yang ada di rumah,” gumam Leona di dalam hati.
Siang itu ia lebih memilih untuk berbelanja dan bersenang-senang agar bisa menghilangkan rasa bosannya. Sejak dulu, Leona sangat suka berbelanja sebelum membagikannya kepada pelayan wanita yang ada di rumah. Melihat senyum bahagia para pelayan rumah yang ia beri hadiah, membuat kebahagiaan tersendiri di hati Leona.
Leona melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia mengukir senyuman sambil menyanyikan lagu yang kini ia dengar melalui MP3 mobil. Sesekali Leona memandang ke arah spion. Terlihat jelas, mobil-mobil pengawal yang selalu mengikutinya. Sangat membosankan memang. Sejak kecil kemanapun ia pergi, maka akan ada pengawal yang mengawasinya. Leona berjalan di tempat keramaian dengan di kelilingi bodyguard layaknya seorang presiden.
“Mereka tidak pernah menyerah,” ucap Leona sambil menambah laju mobilnya. Wanita itu tidak suka diikuti. Ia menambah laju mobilnya agar bisa menjauh dari pasukan S.G. Group yang di kirim Serena dan Daniel untuk menjaganya.
Setelah beberapa menit melajukan mobilnya, Leona akhirnya tiba di salah satu pusat perbelanjaan. Wanita itu turun dari mobil dengan wajah yang sangat tenang. Memasang kaca mata untuk melengkapi penampilannya. Wanita itu kembali menghela napas ketika melihat pasukan S.G. Group yang baru saja turun dari dalam mobil. Pengawal itu berjumlah empat orang. Berpakaian hitam-hitam. Dengan kaca mata hitam pula.
“Menyebalkan,” ucap Leona sebelum melangkah masuk ke dalam mall. High heels wanita itu berbentur dengan lantai dan membuat sebuah irama indah. Leona berjalan cepat seperti seorang yang ingin menghindari musuhnya. Melihat langkah kaki Leona menjadi sangat cepat, para pengawal juga terlihat setengah berlari.
Leona tertawa riang. “Selalu saja ada aksi kejar-kejaran!” pikirnya sebelum masuk ke dalam salah satu toko baju.
Kejadian di Meksiko sudah berhasil di selidiki polisi. Sayangnya, info yang mereka dapat tidak menyinggung sedikitpun nama Zean di dalamnya. Semua polisi memberi keterangan kalau para preman itu ingin menculik Leona hanya karena Leona putri dari konglomerat terkenal. Mereka sengaja melakukan hal itu agar bisa mendapatkan tebusan dengan nilai yang fantastis. Penjelasan seperti itu membuat semua orang bernapas lega.
Serena dan Daniel tidak lagi menyimpan rasa curiga. Zean memang pria yang sangat pintar dan teliti. Ia berhasil menghilangkan jejak dan bau agar tidak tercium oleh Serena. Si Ratu mafia yang pernah berjaya di masanya.
Leona berjalan dengan santai. Wanita itu memilih beberapa baju yang ingin ia kenakan. Bibirnya mengukir senyuman ketika melihat satu setelan yang sesuai dengan seleranya. Hanya setelan yang simple. Sebuah rok biru muda dengan baju atasan berwarna putih. Bagian depannya terdapat bunga-bunga kecil yang di lapisi mutiara.
Leona membawa setelan itu ke dalam ruang ganti. Ia sudah tidak sabar untuk mengganti pakaiannya. Baru saja Leona masuk ke dalam ruang ganti, tiba-tiba tangan kekar menutup mulutnya. Leona melebarkan matanya. Wanita itu ingin berontak dan teriak untuk menyelamatkan dirinya. Namun, gerakannya terhenti ketika melihat sosok yang ia kenali ada di belakangnya. Pria itu berdiri dengan senyuman yang sangat indah. Leona bisa melihatnya dengan jelas melalui cermin besar yang ada di hadapannya.
“Maaf, karena sudah menakutimu, Leona,” ucap Zean. Pria itu melepaskan tangannya yang sejak tadi menutup mulut Leona agar tidak berteriak. “Aku tidak ingin mendapat pukulan dari para pengawal yang menjagamu,” bisik Zean dengan senyuman kecil.
Leona memejamkan mata sejenak saat merasakan hembusan hangat Zean. Wanita itu mengukir senyuman indah dengan hati yang bahagia. Selama satu minggu ini Leona sudah menanti-nanti kehadiran Zean. Tidak di sangka, hari ini mereka kembali dipertemukan. Sebelum berpisah, Zean memang berjanji akan menemuinya. Bahkan pria itu telah memberi kabar kepada Leona akan kehadirannya melalui pesan singkat.
“Zean, bagaimana caranya agar kita bisa jalan-jalan?” ucap Leona pelan. Wanita itu menatap wajah Zean agar segera memikirkan solusi.
Zean terlihat berpikir sejenak. Pria itu menyunggingkan bibirnya dengan senyuman kecil. “Kau hanya perlu mengenakan ini.” Zean memberikan sebuah topi dan masker. Pria itu juga memakai topi dan masker yang sama dengan Leona. Satu tangannya mencengkram tangan Leona. Tanpa permisi, pria itu menarik tubuh Leona agar meninggalkan ruang ganti.
Di depan pengawal itu terlihat sangat waspada. Memang sejak tadi mereka tidak berkedip memandang ke arah ruang ganti yang Leona masuki. Keempatnya terlihat syok ketika melihat Leona keluar bersama dengan sosok pria. Bahkan yang lebih membuat tidak habis pikir. Leona keluar dengan topi dan masker.
“Nona,” teriak salah satu pengawal.
Zean dan Leona memandang wajah pengawal sebelum berlari kenang dari pintu lainnya. Mereka terlihat senang bisa berlari-larian seperti itu. Tidak ada hal yang jauh lebih menyenangkan selain bermain kejar-kejaran.
Zean menarik tangan Leona dengan tawa kecil di bibirnya. Tawa pria itu diikuti dengan tawa Leona dengan wajah yang terlihat sangat bahagia. Ini bukan pertama kalinya, wanita itu berlari kencang untuk menghindari pengawal S.G. Group. Mereka saling kejar-kejaran. Leona dan Zean masuk ke dalam taman bunga yang sangat indah.
Zean membawa tubuh Leona untuk duduk di tengah-tengah taman yang terlihat rimbun. Wanita itu terlihat menahan tawanya dengan wajah bahagia. “Kau sangat lucu, Zean. Bagaimana bisa kau memiliki pemikiran seperti itu?” ucap Leona pelan.
Zean mengukir senyuman. Pria itu memandang wajah Leona dengan saksama. “Leona, maafkan aku. Apa kau kelelahan?” ucap Zean dengan wajah khawatir.
Leona menggeleng pelan. “Aku baik-baik saja.”
Tiba-tiba terdengar suara sepatu yang mendekat. Leona dan Zean mengunci mulut mereka. Beberapa pengawal S.G. Group terlihat mencari keberadaan mereka. Mereka memasang wajah panik. Bila gagal melindungi Leona, maka mereka akan mendapatkan hukuman dari Serena.
Pengawal-pengawal itu mengitari taman bunga tempat Leona berlari. Menyelidikinya dengan saksama di setiap sudutnya. Bahkan bunga-bunga yang rimbun mereka selidiki untuk mencari keberadaan Leona.
“Kita akan ketahuan,” bisik Leona pelan.
“Tidak akan,” jawab Zean dengan wajah menyakinkan. Tentu saja pria itu tidak sebodoh itu. Ia sudah menyiapkan perangkap di tempat lain agar para pengawal S.G. Group tertipu dan mengira Leona tidak ada di sana.
Tiba-tiba, dari balik pohon. Muncul wanita yang memiliki penampilan yang sama dengan Leona dan pria yang sama dengan Zean. Mereka adalah orang bayaran Zean yang sengaja ditugaskan untuk melancarkan aksi Zean siang itu.
Melihat sosok yang mirip Leona muncul dari balik pohon. Para pengawal S.G. Group berlari lagi untuk mengejar. Mereka tidak pernah menyadari, kalau sosok yang mereka kejar adalah Leona palsu.
Leona tidak menyadari rencana Zean. Wanita itu hanya tahu, kalau kini para pengawal telah pergi menjauh dari dirinya.
“Leona,” ucap Zean pelan.
“Hmm, ya. Ada apa?” Leona memandang wajah Zean.
“Bukankah kau ingin ke Brazil?” ucap Zean sambil memetik beberapa daun bunga yang ada di hadapannya.
“Ya. Aku akan berangkat dalam waktu dekat. Apa kau mau ikut?” ajak Leona dengan wajah yang bahagia.
“Apa pria sepertiku pantas mengikutimu pergi hingga sejauh itu?” ucap Zean dengan suara merendah.
“Tentu saja. Apa bedanya? Mama dan Papa juga tidak pernah membatasi pergaulanku. Mereka tidak pernah marah jika aku dekat dengan orang yang tidak punya,” ucap Leona sebelum berdiri.
Zean mengeryitkan dahinya. “Apa sebelumnya kau pernah dekat dengan orang miskin yang sama sepertiku?” tanya Zean dengan wajah serius.
“Ya. Aku dekat dengan beberapa pelayan yang ada di rumah,” jawab Leona dengan tawa kecil. Hal itu membuat Zean memalingkan wajahnya dengan senyuman kecil. “Zean, ayo kita jalan-jalan. Kau harus melihat keindahan kota Sapporo.”
Leona menarik tangan Zean. Wanita itu berjalan menuju ke pinggiran jalan untuk memesan taksi. Kali ini, Leona tidak lagi bisa mengambil mobilnya. Di tambah lagi, pria yang bersamanya bukan pria kaya. Leona terpaksa mengalah dengan memesan taksi.
Zean memandang wajah Leona dengan tatapan tidak berkedip. Pria itu membuang tatapannya ketika sadar dengan tujuan utamanya ada di kota itu. “Aku harus bisa melihat langsung wajah wanita itu.”
Zean ke Sapporo hanya untuk melihat langsung bagaimana wajah Serena saat ini. Pria itu ingin tahu. Bagaimana wajah wanita yang sudah berhasil membuat dirinya berpisah dengan sang ayah.
“Serena! Wanita itu akan mati di tanganku nanti. Saat ini, aku akan menguasai putrinya dulu,” gumam Zean di dalam hati.
Zean Wick
Eleonora
Aku kembali mengulik kisa terdahulu disini. Entah ada yang ingat siapa aku? Tak mengapa jika tidak ada yang ingat, cukup aku saja yang ingat😿.
Aku Cio