Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Pov Mia
"Dasar wanita gila, aku ini istri nya mas Randi bukan babu. Tapi dia memperlakukan aku seperti babu!" Aku menendang mesin cuci yang ada di hadapan ku.
Arin benar - benar keterlaluan, Aku dan mas Randi mendapat kan hal yang tidak pantas di sini. Bahkan tadi malam dia mengambil paksa ponsel mas Randi, hanya karena mas Randi mengambil uang 10 juta dari restoran. Padahal aku dan mas Randi juga punya hak di restoran itu, benar - benar wanita serakah.
"Udah deh, biarin aja pakaian di dalam mesin cuci ini. Aku mau istirahat saja!" Aku meninggal kan mesin cuci yang sedang berputar untuk mengering kan pakaian yang ada di dalam nya.
Aku segera pergi dari sana, aku berbaring di sofa yang ada di ruang keluarga. Aku bersantai sambil memainkan ponsel ku sementara televisi besar yang ada di depan aku ku biar hidup. Aku santai sambil menikmati cemilan yang ada di atas meja.
"Enak juga jadi orang kaya, akan lebih enak lagi jika Perempuan sialan itu pergi dari rumah ini!" Aku berguman sambil tersenyum membayangkan diri ku menjadi satu - satu nya istri mas Randi.
'Aku harus bisa menyingkirkan Arin dan menjadi ratu di rumah ini' Batin ku sambil tersenyum membayangkan betapa bahagianya diri ku.
"Oh, jadi kamu di sini ya. Enak ya santai seperti nyonya, dasar tidak tahu diri. Cepat kerja kan apa yang harus kau kerja kan!" Tiba - tiba datang pembantu itu membuyar kan angan ku tentang kehidupan mewah ku.
"Heh, dengar babu. Aku memang nyonya rumah ini, sementara kau adalah pembantu di sini. Jadi jangan pernah mengatur ku!" Aku membentak bi Sri dengan suara lantang, enak saja dia memerintah ku.
"Jangan mimpi untuk menjadi nyonya di rumah ini, cepat kerjakan tugas mu atau kau akan tahu akibat nya!" Perempuan paruh baya itu berkata sambil menyeret tangan ku dengan kasar ke ruang cuci.
"Lepas kan aku, aku akan adukan kau pada Mas Randi, kau akan di pecat nya!" Aku berusaha melepas kan cekalan tangan nya dari ku.
"Pak Randi tidak punya hak apapun untuk memecat ku, aku bekerja dan di bayar oleh Bu Arin. Bukan oleh pak Randi!" Bi Sri mendorong ku hingga aku terjatuh dan membentuk mesin cuci yang sudah selesai berputar.
"Dasar pembantu kurang ajar, aku akan membalas mu nanti!" Aku balik mengancam wanita tua itu.
"Cepat selesai kan pekerjaan mu, masih banyak pekerjaan lain yang menanti mu!" Bi Sri berkata sambil memandang ku dengan tatapan tajam.
"Aku tidak mau, aku bukan pembantu. Semua pekerjaan di rumah ini adalah tugas mu, bukan tugas ku!" Aku pun membentak Bi Sri dengan suara lantang.
"Aku akan melaporkan kan mu pada bu Arin, aku pastikan kau akan menjadi gembel di kota ini!" Bi Sri mengancam ku.
Aku terdiam mendengar ucapan Bi Sri, aku tidak mau jadi gembel. Jika Arin mengusir ku, maka aku yakin Mas Randi pun tidak akan bisa menolong ku. Mas Randi sendiri sangat takut pada istri sialan nya itu.
"Cepat selesai kan setelah itu bereskan rumah ini, kau harus membayar tempat tinggal mu dengan tenaga mu di rumah ini!" Bi Sri menekan ku lagi.
Setelah memaksa ku, bi Sri segera berlalu. Aku pun segera menuruti perintah nya sambil terus mencaci nya.
"Dasar pembantu sialan, awas saja nanti aku akan adukan kau pada Mas Randi!" Aku mengeluarkan pakaian dari mesin cuci sambil bersungut- sungut.
Setelah selesai mencuci dan menjemur nya aku pun menemui pembantu itu, aku ingin segera beristirahat setelah ini. Jadi aku menemui nya agar semua nya bisa segera selesai.
"Bersih kan rumah ini jangan ada debu lagi, ingat ya semua nya. Untuk kamar bu Arin, biar aku sendiri yang bersih kan!" Bi Sri memberikan perlengkapan kebersihan lengkap pada ku.
"Aku gak mau bersih kan semua nya sendirian, rumah ini besar jdi kau gak sanggup!" Aku menolak perintah Bi Sri.
"Baik lah kalau begitu, kita akan lihat kau mau atau tidak!" pembantu sialan itu mengeluarkan ponsel dari aku daster nya dan di menelepon seseorang.
"Hallo bu Arin, maaf bu mengganggu waktu nya. Bu, Mia menolak mengerjakan semua perintah ibu!" Dia mengadukan ku pada Si Arin stress itu.
Bi Sri tampak fokus mendengar kan Arin di seberang sana, aku tidak tahu apa yang di katakan oleh Arin. Karena Bi Sri tidak menghidupkan kan speaker di ponsel nya.
"Ni, bu Arin mau bicara pada mu!" Pembantu itu memberikan ponsel nya pada ku.
"Dengar Mia, turuti semua perintah Bi Sri, atau malam ini kau dan suami mu itu akan aku buat tidur di kolong jembatan. Ingat biaya sewa tempat tinggal mu di bayar dengan tenaga mu, jadi jangan berani kau menolak perintah Bi Sri!" Arin berkata pada ku di seberang telepon.
"Aku bukan pembantu mu Rin, aku punya hak yang sama dengan mu di rumah ini. Aku juga istri nya mas Randi!" Aku kembali mengingat kan posisi ku di sini.
"Iya kau punya hak yang sama atas apa yang mas Randi miliki, tapi asal kau tahu bahwa mas Randi cuma punya isi celana nya saja. Silahkan kau ambil, aku tidak butuh. Rumah dan yang lain nya adalah milik ku. Jadi ikuti peraturan ku jika mau tinggal di rumah ku, atau kau mau ku seret sekarang juga!" Suara Arin terdengar jelas di seberang telepon.
"Aku tidak percaya jika ini rumah mu, jangan membodohi ku Arin!" Aku tidak merata dengan ucapan Arin dan aku pun tersenyum walaupun Arin tidak melihat ku.
"Baik, nanti akan ku tunjuk kan bukti nya jika aku lah pemilik nya, sekarang turuti ucapan Bi Sri atau kau dan suami kesayangan mu itu akan menerima akibat nya!" Arin mematikan sambungan telepon nya secara sepihak sebelum aku menjawab nya lagi.
"Kerja kan sekarang atau aku akan memanggil sekuriti untuk menyeret mu keluar!" Bi Sri berkata lagi.
Aku pun terpaksa menuruti perintah dari bi Sri, aku tidak bisa melawan. Jika Mas Randi ada di sini mungkin dia bisa membela ku. Aku membersih kan rumah yang cukup besar dan itu menguras tenaga ku.
"Cepat ikut aku ke pasar!" Bi Sri menyentak kan tangan ku ketika aku baru saja akan beristirahat.
"Aku capek Bi, aku mau istirahat!" Aku menolak ucapan Bi Sri.
"Kau bisa beristirahat nanti, cepat ikut aku sekarang!" Bi Sri menarik tangan ku.
"Aku laper Bi, aku belum makan!" Aku menolak perintah Bi Sri karena aku memang belum makan.
Dari pagi aku di sibuk kan dengan urusan cucian pakaian, setelah itu aku juga harus membersih kan rumah. Jadi aku belum sempat sarapan.
"Makan di pasar saja!" Bi Sri menyeret ku keluar rumah.
"Aku ganti pakaian dulu bi dan bersiap!" Aku beralasan.
"Tidak perlu, lagian siapa yang mau sama wanita jalang seperti mu!" Ujar Bi Sri dengan tatapan sinis.
Aku pun menurut saja karena tubuh ku sudah cukup lemas, aku tidak menyangka impian ku menikah dengan mas Randi dan menjadi Ratu malah hancur. Aku di jadikan babu oleh istri sah suami ku. Oh Tuhan, aku tidak mau seperti ini, aku tidak terima di perlakuan seperti ini. Aku akan mengadukan semua nya pada bu Siti, ibu mertua ku. Bu Siti bilang bahwa Arin takut dan tunduk pada semua perintah nya.
Awas saja Rin, aku akan membuat hidup mu menderita lebih dari apa yang aku rasakan. Aku akan membalas semua nya melalui ibu mertua ku.