NovelToon NovelToon
Dibalik Tirani Pernikahan

Dibalik Tirani Pernikahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Tukar Pasangan / Selingkuh / Balas Dendam
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Rama dan Ayana dulunya adalah sahabat sejak kecil. Namun karena insiden kecelakaan yang menewaskan Kakaknya-Arsayd, membuat Rama pada saat itu memutuskan untuk membenci keluarga Ayana, karena kesalahpahaman.

Dalih membenci, rupanya Rama malah di jodohkan sang Ayah dengan Ayana sendiri.

Sering mendapat perlakuan buruk, bahkan tidak di akui, membuat Ayana harus menerima getirnya hidup, ketika sang buah hati lahir kedunia.

"Ibu... Dimana Ayah Zeva? Kenapa Zeva tidak pelnah beltemu Ayah?"

Zeva Arfana-bocah kecil berusia 3 tahun itu tidak pernah tahu siapa Ayah kandungnya sendiri. Bahkan, Rama selalu menunjukan sikap dinginya pada sang buah hati.

Ayana yang sudah lelah karena tahu suaminya secara terbuka menjalin hubungan dengan Mawar, justru memutuskan menerima tawaran Devan-untuk menjadi pacar sewaan Dokter tampan itu.

"Kamu berkhianat-aku juga bisa berkhianat, Mas! Jadi kita impas!"

Mampukah Ayana melewati prahara rumah tangganya? Atau dia dihadapkan pada pilihan sulit nantinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 25

"Tuh 'kan, Mah! Bener 'kan kata Milya. Ayana itu licik! Dia pasti udah ngerencanain itu jauh-jauh hari. Makanya dia bersihin kamar Mamah pagi-pagi banget," timpalnya lagi.

Bu Anita bangkit. Wajahnya memerah menahan geram.

"Awas aja anak itu! Aku harus bilang sama Rama," gumamnya penuh ambisi.

Sementara di kamar Rama,

Ayana masih terduduk lemas diatas kursi rias, sambil mengeringkan rambutnya. Ia tidak menyangka, rupanya pertahanan itu akhirnya runtuh juga. Aya begitu membenci dirinya, mengapa bisa sampai terjerumus dalam lubang yang sama.

Dan untung saja, hingga saat ini ia masih mengkonsumsi pil kontrasepsi tanpa sepengetahuan Rama.

Brak!

Brak!

"Rama, buka pintunya!"

Brak!

Brak!

Ayana bangkit. Ia tampak gelisah mendengar suara teriakan Mertuanya dari luar. Rama yang baru saja keluar dari walk in closet juga mengerutkan dahi, saling tatap dengan Aya beberapa menit.

"Mas, ini gimana?"

Rama langsung menarik lengan Ayana untuk di ajaknya keluar juga.

Ceklek!

"Ada apa, Mah?"

Bu Anita semakin melotot, kala melihat putra serta menantunya keluar dari kamar dalam keadaan rambut basah bersama.

Tanpa aba-aba, Bu Anita langsung...

Plak!

Ia menampar wajah Ayana, hingga wajah cantik itu menolah tersentak.

Rama menajamkan matanya, "Mamah apa-apan sih? Kenapa menampar Ayana?"

"Kamu yang apa-apaan, Rama? Kenapa bisa WANITA MALING ini berada didalam kamarmu? Dan... Dan kalian keluar dalam keadaan keramas bersama? Apa yang kalian lakukan?" Sentak Bu Anita.

"Mamah bisa nggak sih, nggak usah teriak-teriak! Ini masih pagi, Mah?! Lagian... Ayana masih istri sah Rama. Jadi, mau apapun yang kami lakukan, itu masih sah di mata agama!" bantah Rama.

Ayana sampai tak berkutik menatap bantahan suaminya. Dan baru kali ini, Rama mampu menentang Ibunya sendiri. Dan lagi, tatapan Aya jatuh kebawah.

Tangannya masih tergenggam erat oleh tangan Rama.

"Dasar kamu, ya... Bukan hanya pandai menghasut putra saya. Kamu itu maling, Ayana-"

"Maling? Apa maksud Mamah?" Rama memotong kalimat Ibunya.

Ayana juga terkejut dengan tuduhan itu. Ia lalu melepaskan tanganya dari genggaman Rama, dan berkata, "Apa maksud, Ibu? Maling? Maling gimana sih?"

Bu Anita berdecih, "Cih! Nggak usah munafik kamu, Ayana! Ngaku aja, daripada kamu saya penjarakan saat ini juga!"

"Mamah!" Rama menaikan nada suaranya. "Maksud Mamah apa, sih?"

"Rama... Wanita nggak tahu diri ini, dia tadi habis bersihin kamar Mamah! Dan kamu tahu... Kalau uang Mamah didalam brankas sudah raib, habis semua!"

Rama terkejut, begitu juga Ayana. Mereka saling tatap beberapa detik, hingga Ayana berani membantah.

"Memangnya Ibu punya bukti, kalau saya yang sudah mengambil uang Ibu? Apalagi di brankas! Kalau pun saya mau jadi maling, kenapa harus hari ini? Kan bisa sejak dulu?!"

Rama menimpali, "Mah, brangkas Mamah 'kan ada kodenya? Aku nggak yakin kalau Ayana sampai tahu kode itu. Aku yakin, bukan Ayana pelakunya."

"Tapi, Mamah yakin jika wanita itu yang sudah maling uang Mamah, Rama! Ngapain coba ngebersihin kamar Mamah pagi-pagi banget, kalau nggak ada niat terselubung?!" tampik Bu Anita.

Ayana jelas merasa tidak terima, "Kata Milya, bukanya Anda yang sudah nyuruh saya sendiri buat ngebersihin kamar Ibu?"

"Milya?" Rama memicing mendengar suaminya menyebut nama sang Adik.

Ayana menolah, "Iya, pas aku mau naik keatas, aku ketemu Milya di ujung tangga, Mas! Dan dia bilang... Bu Anita nyuruh saya buat bersihin kamarnya."

Rama sedikit berpikir. Namun, pagi ini ia tidak ingin memperpanjang masalah itu.

"Begini saja, berapa uang Mamah yang hilang?"

"50 juta, Rama!"

Rama mendesah dalam, "Ya sudah, nanti biar Rama transfer! Udah ya... Rama nggak mau denger, Mamah ungkit uang itu lagi," setelah itu ia menatap Istrinya. "Ayana... Buatkan saya sarapan, saya mau ada meting pagi ini!"

Ayana mengangguk, lalu segera mengikuti Rama berjalan menuju tangga.

Bu Anita masih terlihat bingung dengan masalah pagi itu. Namun yang lebih membuatnya bungkam, ia tak habis pikir dengan hal yang dilakukan Anak serta Menantunya tadi.

"Rama nggak boleh terlalu dekat dengan Ayana! Aku harus buat Mawar supaya dia mau tinggal disini," batin Bu Anita penuh khawatir.

*

*

"Siapa ini yang masak?"

Rama sudah duduk, dan menatap beberapa lauk tersaji di atas meja makan.

"Mungkin Bik Siti," jawabnya seraya akan mengangkat centong untuk mengambilkan suaminya makan.

Rama menghentikan gerakan itu.

Ayana menoleh sambil memicing, "Kenapa?"

Rama menatap wajah sang Istri bekas tamparan Ibunya tadi. "Apa ini sakit?" tanganya mengusap lembut wajah Istrinya.

Ayana mencoba menghentikan, "Jelas sakit lah, Mas! Di tampar, mana ada yang nggak sakit," balasnya kembali melanjutkan gerakanya tadi.

'Mamah benar-benar keterlaluan," batin Rama menatap Ayana dengan sendu. Tak lama itu ia kembali menatap beberapa menu masakan didepanya dengan malas, "Buatkan saya telur omlet sama sambal bawang saja!" ucapnya.

"Huh!" Ayana mendesah lemah.

Rama selalu seperti itu. Entah mengapa tenggorokannya selalu susah untuk menelan masakan orang lain. Meskipun ada di resto mahal sekalipun, ia hanya terpaksa melakukannya.

Ayana berjalan menuju dapur kembali. Ia menyiapkan telur, dan beberapa cabai untuk ia gunakan membuat sambel request suaminya.

Baru saja ia memecahkan telur, tiba-tiba ada yang menyeletuk melihat ia pagi-pagi sudah mandi dan keramas.

"Udah nggak di anggap sama Aden, tapi bisa-bisanya keramas pagi-pagi. Jangan-jangan, ada main di belakang tuh!"

Ayana hanya melirik, tanpa berniat menjawab. Ia tak pedulikan itu. Tangannya masih sibuk mengaduk telur tadi, sembari menambahkannya beberapa bumbu.

Lastri datang dan menyahuti cercaan Bik Siti, "Mungkin jual harga diri, Bik! Upstt!"

Telinga Ayana sudah mulai panas. Dan seketika,

Brak!

Aya membanting talenan kayu diatas keramik, hingga membuat kedua pelayan tadi terdiam kaku.

Bi Siti yang sedang meracik masakan pun langsung menatap Lastri dengan sorot ketakutan.

"Heh! Maksud kalian berdua itu apa sih? Iri ya sama saya?! Kalian itu hanya pelayan, dan nggak usah terlalu sering merecoki urusan pribadi saya! Mau saya mandi, keramas, dan JUAL DIRI SEKALIPUN... Itu bukan urusan kalian BERDUA, PAHAM!" tekan Ayana menuding kedua pelayan tadi.

Rama yang semula fokus pada layar gawainya, kini tampak memicing, kala mendengar suara istrinya meninggi. Ia bangkit, lalu segera berjalan menuju dapur.

"Ada apa ini?"

Degh!

Degh!

Bik Lastri dan Bik Siti tertunduk kaku, kala mendengar suara bariton Rama.

"Saya rasa, lama-lama telinga saya hampir meledak dengar ocehan kedua pelayanmu ini, Mas! Selalu saja ngurusin hidup orang lain," pekik Ayana sambil menatap culas ke arah dua pelayan di sampingnya.

Rama masih terdiam. Namun sorot matanya bagaikan pedang yang mencengkram kedua leher pelayan tadi.

"Sudah, kamu lanjutkan saja memasakmu!" ucapnya pada Ayana. "Buat kalian berdua, ayo ikut saya!"

Rama sudah berjalan lebih dulu meninggalkan area dapur.

Sementara Lastri dan Siti. Ia saling menatap cemas, sebab hidupnya sebentar lagi akan berakhir di rumah megah itu.

"Syukurin! Itulah balasan buat orang-orang nggak tahu diri seperti kalian," cerca Ayana yang masih fokus dengan masakannya.

"Bik, gimana nih? Saya takut kalau di pecat!" rengek Lastri sembari berjalan beriringan dengan Bik Siti.

Bik Siti sejujurnya juga takut. Namun mengingat ia pelayan yang sudah lama, jadi ia mencoba bersembunyi dibalik 18 tahun itu.

"Udahlah Lastri, kamu diem aja! Jangan buat pikiran saya jadi tambah takut!" sahut Bik Siti menahan cemas.

Rama sudah duduk kembali. Namun kali ini ia duduk di sofa ruang tengah. Sementara kedua pelayan tadi berdiri tegang, sambil tertunduk.

"Apa kalian berdua sudah bosan bekerja disini?" tanya Rama yang masih terdengar tenang di telinga.

Kedua pelayan itu hanya terdiam membatu.

"JAWAB!" Bentak Rama sambil melempar majalah yang tadi ia pegang ke atas meja.

Bik Siti tersentak, begitu Bik Lastri. Kedua pelayan itu saling berhadapan, lalu salah satu dari mereka bersimpuh sambil merengek.

"Aden... Maafkan kami!" Pinta Bik Siti sambil menarik lengan Lastri agak mengikutinya.

"Iya, Den... Saya sama Bik Siti cuma becandain Ayana saja," timpal Lastri dengan wajah memucat.

Rama tersenyum getir begitu tipis. Kedua pelayan itu bahkan sama sekali tidak menghargai keberadaan Ayana sebagai Nona muda dalam rumah itu.

"Sekarang, bereskan barang-barang kalian, dan angkat kaki kalian berdua dari rumah ini. CEPAT!" Bentak Rama kembali.

Dari atas tangga, Bu Anita turun dengan tergesa sebab mendengar suara Putranya marah-marah. Wanita tua itu juga melibat kearah dua pelayannya, yang kini saling menangis dan masih bersimpuh.

"Rama, ada apa ini?"

Bik Lastri dan juga Siti segera bangkit, dan langsung berjalan menghadang langkah Bu Anita. Keduanya sudah memasang wajah melas, berharap Majikannya itu akan menyelamatkan hidupnya dari jurang kematian.

"Nyah... Tolong jangan pecat kami. Saya tidak bermaksud memojokan Ayana. Den Rama hanya salah paham, Nyah," rengek Bik Siti sambil menangis.

Bu Anita langsung berjalan kembali menghampiri putranya.

"Ada apa, Rama? Kenapa kamu pecat Siti dan Lastri?"

"Mah, aku tidak suka ada pelayan yang mengolok-olok penghuni rumah ini, mau siapapun itu!" tekan Rama yang masih mencoba menahan amarahnya.

"Maksud kamu?" Bu Anita kembali memicingkan matanya.

"Mah, dia sudah memojokan Ayana! Dan Rama nggak suka itu!"

Hah!

Bu Anita mendesah dalam. Ia tersenyum culas sekilas, lalu kembali berkata, "Mamah nggak setuju, hanya karena Babu itu, kamu memecat-"

"Namanya Ayana, Mah!" Rama bahkan menaikan nada suaranya.

"Rama!" sentak Bu Anita. Kedua matanya sudah menajam, menunjuk bahu putranya. "Mamah nggak suka kamu terlalu membela wanita itu!" Bentaknya sambil mendorong bahu putranya.

"Untuk kalian berdua... Kembali saja ke dapur!" pekik Bu Anita yang masih menatap tajam kearah Putranya.

"Mamah ini apa-apaan sih? Selalu saja membela orang yang salah saking tidak sukanya sama Ayana! Dan masalah uang hilang tadi, Rama yakin jika putri Mamah sendiri yang sudah mengambilnya! Sefatal itu, apa masih Mamah belain juga?!" tekan Rama yang sudah merasa frustasi.

Dada Bu Anita sudah kembang kempis. Emosinya naik, hingga ia berkat, "Sampai kapan pun, Mamah tidak akan pernah suka dengan Babu itu, Rama! Kamu nggak ingat, Ayahnya yang sudah membunuh Kakakmu!"

Rama yang merasa kesal, langsung saja pergi keluar begitu saja. Ia sampai melupakan sarapan pagi yang sedang di siapkan Ayana.

Hah! Setelah mendesah kasar, Bu Anita kembali pergi dari ruang tengah itu. Untuk akhir-akhir ini, ia merasa kualahan menghadapi sikap anarkis putranya.

Kembali lagi di dapur.

Ayana celingak celinguk mencari keberadaan Rama, sebab masakan yang ia buat tadi telah ia sajikan di atas meja.

"Mas Rama ini kemana sih? Katanya minta sarapan, tapi kok ngilang gitu aja," gumamnya sambil menatap masakannya.

"Non... Non...." panggil Bik Sumi mendekat.

1
Daulat Pasaribu
jgn sampai kau buat kesalahan fatal rama,kasihan zeva
Daulat Pasaribu
aku sih gk mau si rama sama ayana pisah,klo bisa jgn sampai kesalahan si rama fatal
Daulat Pasaribu
pasti si milya yg curi.jgn sampai si rama bodoh kesekian kalinya.mau mauan ketipu sama ibunya
Rieya Yanie
mungkin sebaiknya ayana pergi saja dr pada km, zefa dan ibumu makan ati dan diinjak ijak tiap hari
Daulat Pasaribu
takutnya si rama ingkar janji besok,kasian si zeva uda senang
Septi.sari: palingan nanti juga lupa kak😭
total 1 replies
Dini Anggraini
Jangan mau ayana itu jebakan dari myla agar kamu masuk dan menuduhmu mencuri uangnya anita bunda author tolong jangan jahat2 sama ayana padahal pencuri sebenarnya myla sendiri dan di berikan Brandon kemarin. 🙏🙏😍😍😍
Septi.sari: si milya biang kerok🤧
total 1 replies
Dini Anggraini
Apa yang membunuh irsyad pacarnya myla ya bunda author dan pak susilo juga yang membunuh orang yang sama tapi kenapa hanya irsyad, Rama tidak di bunuh juga. Semoga segera terpecahkan misteri pembunuhan irsyad dan pak susilo tapi saat mawar sudah bahagia dan sukses setelah keluar dari rumah neraka itu bunda. Q tunggu penyesalan Rama, ibu anita dan myla karena telah melepaskan berlian demi batu kali dan mawar menantu kesayangannya gak bisa apa2 bisanya hanya menghabiskan uangnya Rama saja saya tidak sabar menunggu penyesalan keluarga itu bunda author. 🙏👍👍👍😍😍😍
Dini Anggraini: maaf kak komentar saya salah yang sukses ayana bukan mawar keenakan dong mawar sudah jadi pelakor hidup bahagia sama Rama. 🙏🙏🙏
total 3 replies
Dew666
💃💃💃💃💃
Daulat Pasaribu
lawan aja terus ayana,emang dia aja yg boleh selingkuh.klo bisa balas ayana kamu pun brarti dimata pria lain
Septi.sari: Ayana mah gas aja🤭
total 1 replies
Daulat Pasaribu
ntah kenapa aku curiga thor si arsyad,abangnya rama masih hidup.klo terbukti mamanya rama yg sengaja membunuh arsyad.apa gk nyesal si rama salah balas dendam sama ayana
Septi.sari: biar nyesel aja kak🤭
total 1 replies
Daulat Pasaribu
apa gk menyesal seumur hidup sirama klo tau abangnya dibunuh sama mamanya sendiri.salah balas dendam ama ayana.
Septi.sari: ntar ada plot twistnya kak🤭
total 1 replies
Daulat Pasaribu
giliran si ayana uda mau nyerah sok sok an si rama merasa korban
Septi.sari: playing victim banget🤭
total 1 replies
Daulat Pasaribu
mau nya papa ibrahim nikah lagi biar tau si anita rasanya dipoligami
Rieya Yanie
bu Anita jahat banget klo g mau sama ayana minimal kan sayang sama zeva
Septi.sari: ini cucu aja ngga di akuin lo kak🤧
total 1 replies
Dew666
🔥🔥🔥🔥🔥
Daulat Pasaribu
kok aku nebaknya malah mamanya si rama ya.ibu tiri rupanya ku kira ibu kandung
Septi.sari: iya kak, ibu tirinya Arsyad.
total 1 replies
Siti Koyah
ini mh kaya nya ulh si anita mak tere
Septi.sari: biar anaknya lebih unggul kak🤭
total 2 replies
Daulat Pasaribu
gk sabar sih liat penyesalan si rama
Septi.sari: nanti kita liat sama2 kak🤭
total 1 replies
Dew666
👄❤️‍🩹
Daulat Pasaribu
klo uda di tinggal baru nyahok kamu rama
Septi.sari: iya kak nangis deh🤧
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!