Rabella membenci Alvaro, adik angkatnya!
Semua orang tau itu, tapi apa jadinya kalau Rabella malah jadi istri kedua Alvaro karena kecerobohannya sendiri? Setelahnya, Rabella harus menanggung nasib paling buruk yang tak pernah dia impikan!
Apa yang terjadi sebenarnya?
Yuk simak cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alnayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alvaro Ngerengek
"Tapi, Kak Rabella fokus sekali sampai lupa kalau satu jam lagi kita ada janji temu dengan tim W.SAN Grup."
Kali ini Alvaro menjauh, merapikan kemejanya yang sempat kusut karena memeluk Rabella dari belakang tadi.
Lepas dari pelukan Alvaro, Rabella langsung berdiri. Menjauh dari pria itu, sejauh mungkin. Nafasnya masih terengah-engah, tapi tangannya dengan cekatan kembali membenarkan kancing kemeja yang lepas karena ulah Alvaro barusan.
Rabella sempat menengok ke berbagai arah, walaupun ruangan Direktur Utama ada di ujung lorong yang sepi, tapi tentu saja kedatangan karyawan yang tiba-tiba tidak bisa terelakkan.
Sekarang, nafas Rabella sudah tenang.
Apalagi setelah memastikan bahwa tidak ada satu pun kepala manusia yang menyaksikan apa yang baru saja terjadi antara dirinya dan Alvaro.
Ah, lebih tepatnya apa yang dilakukan Alvaro padanya.
Sorot matanya kembali menatap sengit pada Alvaro, yang bertindak seolah tak terjadi apa-apa.
"Lo gila ya? Ini tuh kantor, bukan rumah."
"Iya, aku tahu kok, Kak. Makanya, pindah ke ruangan ku. Supaya kita bisa berduaan tanpa takut diketahui sama orang lain," ucap Alvaro tanpa beban, wajahnya malah menampilkan senyum tipis.
Jika wanita lain yang melihat senyum itu, atau Mika, mungkin mereka akan langsung heboh karena kegirangan.
Tapi, senyuman itu tidak berlaku pada Rabella. Yang ada, Rabella makin kesal dan marah pada pria tampan yang sia*lnya adalah suaminya sendiri.
"JANGAN HARAP!!" tukas Rabella langsung, emosinya masih membara.
Tapi, Alvaro abai. Pandangannya sendiri sudah beralih ke jam tangannya, bukan pada Rabella.
"Waktu kita tinggal empat puluh menit untuk sampai di tempat meeting, jadi tolong lebih cepat ya, Kakak sayang." Baru kemudian kembali menatap Rabella, masih dengan senyuman ramah. Seolah dia tidak peduli dengan makian dan omelan Rabella barusan.
Kening Rabella mengernyit. Bingung, tak paham dengan ucapan Alvaro barusan.
'Apa sih maksudnya dia? Meeting apaan?' Batin Rabella bertanya-tanya.
Enggan bertanya langsung pada Alvaro, Rabella akhirnya kembali mendekati meja kerjanya, mengambil tab miliknya dan memeriksa jadwal hari ini.
Sial. Rabella hanya bisa memaki dalam hatinya, kali ini dia yang lalai. Jam sebelas siang nanti, memang ada janji temu dengan perusahaan keluarga Wisma!!
Gara-gara Alvaro yang berbuat ulah hanya karena meja kerja.
Meja yang saat ini Rabella memang agak kecil, untuk menampung hal-hal penting urusan pekerjaan. Rabella bahkan sampai melupakan tab yang berisi jadwal Alvaro hari ini.
"Sudah tahu kan? Ayo, buruan siap-siap, Kak. Aku turun duluan ya, sampai jumpa di basement." Setelah berkata demikian, Alvaro langsung meninggalkan Rabella yang masih uring-uringan.
"Sialan!! Dasar bocah kurang ajar! Haaa.. Sadar, Rabella!! Ini bukan waktunya maki-maki bocah itu, gue harus cepet ke tempat meeting sama perusahaan Wisma!" Cepat sekali Rabella bersiap, membawa beberapa dokumen penting, tab, dan juga laptopnya.
Tak ada lagi Alvaro, mungkin pria itu sudah meninggalkannya.
Tak apa, Rabella malah senang. Setidaknya, gara-gara kejadian beberapa waktu lalu, yang membuat emosinya tidak membara, jadi bisa dipadamkan dengan kepergian Alvaro.
"Wah, cepet juga ya Kak Rabella! Aku kira, kakak bakal sengaja lamain siap-siapnya."
Sampai di basement, wajah Rabella kembali masam.
Nyatanya, asumsi Rabella bahwa pria itu meninggalkannya salah.
Lihat saja sekarang, Alvaro sudah berdiri di depan pintu mobil milik Rabella.
"Kenapa lo di sini, hah? Buruan berangkat sana," ucap Rabella, berusaha mengusir pria itu.
Tapi Alvaro malah memasang wajah melas.
"Tapi, aku ga bawa mobil hari ini, Kak. Tadi pagi, aku dianterin sama Mika, sekalian dia ke rumah orang tuanya. Jadi, aku ikut sama Kak Rabella aja ya."
Rabella sampai mendelik, melihat kelakuan Alvaro. Pertama kali dia melihat Alvaro memasang wajah melas dan memohon padanya seperti ini, lalu apa katanya tadi?
Ikut numpang di mobilnya? Dia??
Dih, Rabella GAK SUDI.
Langsung menolak dengan gelengan kepala, Rabella masih memandang Alvaro dengan tatapan sinis.
"Gue gak peduli sama urusan lo gak bawa mobil atau gimana, tapi yang penting gue gak mau satu mobil sama lo. Lo bisa pakek mobil perusahaan, kita berangkat pisah!" tukas Rabella, tanpa ragu sama sekali.
"Kakak tega sama aku? Lagian tujuan kita sama, kenapa ga sekalian aja? Kalau aku kenapa-kenapa di jalan gimana? Ini kan janji temu penting, masa iya Kak Rabella datang sendiri tanpa aku? Kalau mereka nanyain aku yang datangnya lama gimana? Kak Rabella mau jawab apa?"
"AAARRGGHH BODO AMAT, ITU URUSAN LO YA! KENAPA JADI GUE YANG REPOT SIH? LO ITU UDAH GEDE, BUKAN BOCAH LAGI DAN GUE BUKAN BABYSITTER LOH YAH! JADI BERHENTI NGERENGEK KE GUE! NGERENGEK AJA SANA KE ISTRI LO!"
"Tapi, Kak Rabella kan juga istri aku," balas Alvaro dengan santainya.
Rabella memutar bola matanya malas. Tak habis pikir dengan tingkah Alvaro yang entah kenapa mendadak sering berubah sejak mereka menikah.
Padahal, dulu mereka jarang berinteraksi dan Alvaro tak pernah menampilkan ekspresi seperti ini. Tak pernah merengek, bahkan pada papanya Rabella, Felix Wilson.
Tapi, kenapa? Kenapa bocah ini bertingkah aneh padanya?
Itulah yang dipikirkan Rabella saat ini.
"Haaah... Ke istri pertama lo, sana. MIKA!! Bukan gue, sialan," balas Rabella lagi, tak kuasa menahan diri untuk berkata kasar pada Alvaro yang masih setia bersandar pada badan mobil milik Rabella.
"Tapi, sekarang kan Kak Rabella yang paling deket sama aku. Jadi, ngapain aku jauh-jauh cari Mika?" Alvaro masih saja mengelak ucapan Rabella.
Berhubung Alvaro berdiri di tempat lain, bukan tepat di kursi kemudi, Rabella jadi mudah membuka pintu mobilnya sendiri dan masuk. Kepalang kesal dengan pria itu, Rabella juga sudah malas meladeninya, sekarang mereka bahkan sudah dikejar-kejar waktu.
Tapi Alvaro masih saja ngajak drama-drama gak jelas. Kesal? Jelas! Siapa yang tidak kesal hidupnya direcoki manusia modelan Alvaro?
Rabella bukan Mika.
Dia benci Alvaro, sedangkan Mika amat mencintai Alvaro.
Kadang Rabella juga bingung pada Mika, apa yang perempuan itu lihat pada diri Alvaro yang hanya anak angkat itu?
Diabaikan Rabella begitu saja, Alvaro tak tinggal diam. Ikut masuk secara paksa ke mobil Rabella, lalu tersenyum pada wanita yang duduk di bangku kemudi.
"Ayo, kita berangkat, Kakak sayang."
Rabella ingin berteriak sekarang, tapi menyamping kan kekesalannya pada Alvaro, waktu mereka saat ini sudah terbuang percuma.
Menahan kekesalan sendirian, Rabella terpaksa mengemudikan mobilnya menuju tempat meeting yang disepakati sebelumnya.
Selama perjalanan, Rabella benar-benar menahan diri untuk tidak menabrakkan mobilnya ke pembatas jalan hanya karena Alvaro yang mengoceh panjang lebar, entah apa saja yang diocehkan. Tapi yang jelas, ocehan itu hampir membuat Rabella kehilangan fokus dalam mengemudi.
Syukurlah mereka berdua sampai di tempat meeting tepat waktu dan selamat.
Rabella cepat-cepat keluar dari mobil, tak betah bersama dengan Alvaro.
Diikuti Alvaro, mereka masuk ke sebuah hotel dan langsung masuk ke tempat yang sudah dipesan sebelumya.
"Ah, sudah datang rupanya. Kami kira ada masalah, karena kalian belum datang."
Kedatangan mereka berdua langsung disambut hangat oleh seorang pria.
Tapi, detik selanjutnya wajah Rabella berubah. Terkejut, melihat sosok yang tak diduga juga turut datang dalam meeting kali ini.