kelanjutan dari Novel "Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat"perjalan ini akan di mulai dengan perjalanan ke alam dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Keesokan paginya, Jian Yu dan kedua istrinya sudah bersiap untuk berangkat. Begitu pula dengan Zhao Feng dan Zhentao yang juga sudah menunggu di halaman depan. Zhentao bahkan bersikeras ingin ikut dalam perjalanan mereka.
“Gu Yue, kalau terjadi apa-apa, tolong jaga semua yang ada di sini, ya,” pinta Jian Yu sambil menatap pelayannya itu.
Gu Yue membungkuk sopan. “Tenang saja, Tuan. Saya akan menjaga semuanya dengan baik.”
“Dan satu lagi, latih juga Lin Shi agar bisa menguasai teknik yang kau ajarkan,” tambah Jian Yu.
Gu Yue mengangguk mantap. “Baik, Tuan. Saya mengerti.”
Tak lama kemudian, beberapa kesatria naga datang membawa kuda untuk mereka. “Ini kudanya, Ketua. Silakan,” ucap salah satu kesatria sambil menyerahkan tali kendali kuda.
Jian Yu mengangguk, lalu naik ke atas kudanya, diikuti oleh yang lain. Perjalanan pun dimulai, dipimpin oleh Zhentao yang paling tahu jalan tercepat menuju Kota Xi’an.
Di tengah perjalanan, Xiao Ying menoleh ke arah Jian Yu sambil memegang kendali kudanya. “Sayang, kenapa kita tidak terbang saja? Kalau kita terbang, bukankah akan lebih cepat sampai?” tanyanya penasaran.
Jian Yu menatapnya sekilas lalu tersenyum kecil. “Bukan karena tidak bisa, tapi aku ingin kita menikmati perjalanan ini. Lagipula, kalau kita terbang, itu akan terlalu mencolok. Bisa saja pihak lain memperhatikan dan menargetkan kita,” jawab Jian Yu dengan tenang.
Xiao Ying mengangguk pelan. “Benar juga, kalau terbang memang lebih cepat, tapi juga bisa menarik perhatian. Dan lagi, terbang juga cukup menguras energi,” katanya setuju.
Ia kemudian menoleh ke arah Meiyan yang dari tadi diam saja. “Saudari Meiyan, kenapa kau tidak bicara dari tadi?” tanya Xiao Ying sambil mendekatkan kudanya.
“Oh, tidak apa-apa. Aku hanya sedang menikmati perjalanan ini. Aku jarang keluar dari kota, jadi pemandangan seperti ini terasa indah sekali,” jawab Meiyan sambil menatap deretan bunga liar di pinggir jalan.
Jian Yu menoleh ke arahnya sambil tersenyum. “Jadi istriku ini belum pernah keluar dari kota, ya?” tanyanya lembut.
Meiyan menunduk sedikit, pipinya memerah. “Iya… aku jarang keluar dari Kota Tianjing. Jadi ini pertama kalinya aku menikmati perjalanan sejauh ini, Sayang,” jawabnya malu-malu.
Jian Yu hanya menggeleng kecil sambil tersenyum hangat. Namun sebelum ia sempat bicara lagi, Zhentao terkekeh sambil menatap Meiyan. “Hah, selama ini kakak jarang keluar karena malu iya, bukan karena tidak mau? Dasar gadis klan yang penurut,” ejeknya ringan.
“Enak saja kau bicara begitu!” sahut Meiyan kesal sambil mengambil sebuah apel dari cincin penyimpanannya dan melemparkannya ke arah Zhentao.
Plek!
Apel itu tepat mengenai kepala Zhentao.
“Aduh! Itu sakit, tahu!” protesnya sambil mengelus kepala, sementara Meiyan memalingkan wajah dengan ekspresi kesal.
Semua yang ada di sana langsung tertawa kecil melihat tingkah mereka.
“Jadi itu alasannya kau jarang keluar dari klan, ya? Tapi sekarang kau terlihat menikmati perjalanan ini, kan, Saudari Meiyan?” ucap Xiao Ying sambil tersenyum menggoda.
Meiyan hanya mengangguk kecil sambil tersenyum tipis. Sementara itu, Zhao Feng yang sejak tadi duduk di atas kudanya tetap fokus melihat peta di tangannya, memastikan mereka tidak salah arah menuju saat masuk reruntuhan.
"Zhao, peta apa itu? Dan dari mana kamu mendapatkannya?" tanya Jian Yu dengan nada penasaran sambil mendekatkan kudanya untuk melihat peta yang ada di tangan Zhao.
Zhao Feng menoleh ke arahnya dan berkata, "Ini peta reruntuhan. Peta ini akan membuat kita sedikit lebih aman nanti. Soal bagaimana aku mendapatkannya, aku membelinya seharga seratus lima puluh koin emas. Yah... walaupun tidak terlalu berguna sekarang, tapi di dalam reruntuhan nanti pasti akan bermanfaat. Kita hanya bisa berharap saja kalau peta ini benar-benar asli."
Setelah berkata demikian, Zhao Feng menyimpan peta tersebut ke dalam cincin penyimpanannya. Namun saat ia menoleh sebentar, suara desingan tajam terdengar dari arah hutan.
Swiiing!
Sebuah anak panah melesat cepat ke arah mereka! Dalam sekejap, Jian Yu bereaksi. Tangannya bergerak refleks, menangkap anak panah itu di udara dengan jentikan jari yang diselimuti energi Qi, lalu melemparkannya kembali ke arah datangnya serangan.
Clang! Suara logam beradu di udara, percikan cahaya Qi berhamburan.
"Kita dalam masalah sekarang," ucap Jian Yu dengan tatapan tajam ke arah hutan. Suaranya berat, penuh kewaspadaan.
Sekejap kemudian, semua bersiap. Zhentao menggenggam tombaknya yang berputar mengeluarkan kilatan cahaya kebiruan. Udara di sekitarnya bergetar halus karena tekanan Qi-nya.
Meiyan menarik pedangnya yang kehitaman, aura dingin menyelimuti bilahnya, seolah menyerap cahaya di sekeliling.
Xiao Ying menghunus pedangnya yang bersinar putih seperti salju, bilahnya memantulkan cahaya matahari dengan kilauan lembut namun mematikan.
Sementara itu, Zhao Feng mencabut pedang guntur miliknya. Begitu pedang itu terhunus, suara gemuruh petir menggema pelan dari bilahnya, dan kilatan biru mengitari tubuhnya seperti ular listrik yang menari.
Zzzrak! Zrrt!
Udara di sekitar mereka mendadak berat. Debu jalanan berputar naik oleh dorongan energi Qi yang saling beradu.
Semua mata menatap tajam ke arah hutan, tubuh mereka tegap dan siaga. Tak ada yang berani bersuara. Hanya suara napas kuda dan hembusan angin yang terdengar di antara ketegangan itu.
Dari dalam hutan sekelompok orang berpakaian hitam keluar dengan senjata mereka masing masing ada yng memegang pedang ada yng membawa busur ada yng membawa pedang bengkok dan belati"hehehe kalian sudah masuk dalam kawasan kami "ucap sosok yng berdiri paling depan dan menatap ke arah Jian yu dan juga yang lainya dengan tatapan yang berbinar.