Setelah diselingkuhi, Brisia membuat rencana nekat. Ia merencanakan balas dendam yaitu menjodohkan ibunya yang seorang janda, dengan ayah mantan pacarnya. Dengan kesadaran penuh, ia ingin menjadi saudara tiri untuk mengacaukan hidup Arron.
Semuanya berjalan mulus sampai Zion, kakak kandung Arron muncul dan membuat gadis itu jatuh cinta.
Di antara dendam dan hasrat yang tak seharusnya tumbuh, Brisia terjebak dalam cinta terlarang saat menjalankan misi balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ken Novia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin rumit
Brisia melemparkan ponselnya ke kasur, dadanya terasa sesak. Meskipun sudah melihat hal seperti itu beberapa hari lalu, rasa nyeri itu masih ada, bahkan semakin menyesakkan dada.
Gara-gara penasaran sama berita apa yang rame di saluran, Brisia jadi nyesel sendiri karna udah cari tau. Pikirnya itu info penting.
"Sabar Brie, sabar." Ucapnya sambil mengelus dada.
"Kalian berdua bener-bener ya! Entah berapa kali kalian kaya gitu disekolah? Nggak tau malu!"
"Ar, Lo keliatan menghayati banget kalo lagi ciuman sama Disa? Gitu yang katanya cinta sama gue? Sayang sama gue? Bulshit tau nggak! Lo bahkan tidur sama Disa sampai dia hamil. Lo mikir apa sih Ar? Apa Lo nggak inget gue pas ngelakuin semua itu?"
"Sekarang video ciuman? Besok video apa lagi? Video kalian lagi ngadon?"
"Gue sakit hati banget Ar! Kenapa harus sama sahabat gue? Kalian berdua keparat tau nggak!"
Brisia masuk ke kamar mandi, membasuh mukanya. Ia menatap pantulan wajahnya dicermin.
"Kalau gue dirumah terus yang ada makin stress, mending gue nyusulin mama ke warung. Ketemu banyak orang bikin gue nggak ada waktu buat mikirin Arron!"
Mungkin itu yang bisa Brisia lakukan saat ini, perpisahan masih dua hari lagi. Bingung mau ngapain, malah ada aja gebrakan dari Arron sama Disa.
Arron mengendarai motornya kerumah Daren, teman SMP nya. Untungnya pas ditelfon orangnya lagi dirumah jadi Arron bisa langsung nyamperin.
Motor merah Arron berhenti didepan sebuah rumah, seorang cowok berkacamata sedang duduk diteras, tampak menunggu kedatangan Arron.
"Tiga tahun Lo baru kesini lagi?" Tanyanya sambil tersenyum sinis.
"Sorry gue sibuk beneran Ren."
"Sibuk pacaran?"
"Ya itu salah satunya."
"Njirrr.. Ngapain Lo kesini?"
"Gue butuh bantuan."
"Anjrott sekalinya datang minta bantuan, minimal bawa apa kek?"
"Tenang gue bayar!"
"Oke, masuk yuk!"
"Giliran ngomongin duit gercep Lo!"
"Gue suka duit Ar, Lo kaya nggak tau gue aja!"
"Udah kaya sekarang?" Tanya Arron penasaran, soalnya temennya itu dari dulu hobi nabung.
"Kaya bajingan." Jawabnya asal.
"Jirrr... Lo dari dulu mulutnya ceplas ceplos!"
"Gue orangnya apa adanya Ar, nggak bisa ngomong yang manis-manis tapi dibelakang nyakitin."
"Gue kesindir bajingan." Arron mendorong punggungnya Daren.
"Lah, padahal gue ngomongin diri sendiri."
Mereka berdua sampai dikamarnya Daren yang ada dilantai dua. Rumahnya sepi karna cowok itu emang tinggal sendirian, orangtuanya sibuk diluar kota paling pulang sebulan dua kali.
"Kalau mau minum ambil sendiri!" Tunjuk Daren pada kulkas kecil yang ada disudut kamar.
"Wih, kirain nggak bakal dikasih minum."
"Pilih aja mau yang mana, nanti masuk tagihan." Jawabnya santai sambil nyalain komputer.
"Astaga! Sampai minum dihitung juga."
"Ya elah, hidup Lo spaneng amat kayaknya Ar! Canda anjir."
"Lo ngomongnya serius banget anjj! Gue percaya wajar."
"Heleh. Buruan mau ngapain?"
"Bentar gue ambil minum dulu."
Arron membuka kulkas dan mengambil salah satu minuman bersoda yang ada disana.
Setelahnya Arron duduk dan mengambil ponselnya.
"Tolong lacakin akun ini! Sama satunya lagi yang diatas, gue yakin ada kaitannya!"
Daren menerima ponselnya Arron, ngebaca postingannya trus kepo jadinya ngeplay videonya Arron.
"Buset! Lincah bener tangan Lo Ar? Cipokan enak nggak?"
"Diem nggak!"
"Lah ngegas! Gue penasaran anjirr."
"Lo belum pernah?"
"Belum."
"Tuh cipokan sama monitor!"
"Bajingan!"
Arron cuma nyengir, puas banget kalo bikin Daren ngumpat.
"Heh Lo hamilin anak orang?"
"Bukan gue!"
"Tapi Lo ikut andil?"
"Ya."
"Wah Arron udah dewasa ternyata, udah bisa nanam saham."
"Dia selingkuhan gue, tapi gue nggak yakin itu anak gue!"
"Alamaaaak, najis bener Elo Ar, udah selingkuh, ngewongan pula!" Umpat Daren mewakili para netijen.
"Brisik!"
"Pacar Lo yang mana?"
Arron mengambil ponselnya lalu membuka profil instagram miliknya, disana banyak fotonya sama Brisia.
"Ar Lo kelilipan salak apa gimana? Punya pacar spek bidadari malah selingkuh!"
"Gue khilaf."
"Iya udah ketauan makanya bilang khilaf. Lo pasti kena godaan setan botak Ar, eh godaan kesemek bulat."
"Gue kesini bukan buat Lo roasting!"
"Gue ketularan temen-temen Lo yang lain, ternyata asyik juga ngeledek Elo. Lo bego sih!"
Daren ketawa ngakak, apalagi pas balik ke saluran ngebaca komentar teman-temannya Arron yang pedes bin julit.
"Buruan ceritain dulu gimana? Baru gue lacakin!"
Arron akhirnya menceritakan semuanya ke Daren, bukan empati yang Arron dapatkan. Tapi umpatan dari manusia laknat bernama Daren itu.
"Ya ampun Ar, gue kira Lo pinter. Bisa-bisanya Lo kena godaan siluman undur-undur. Pusing sendiri kan Lo?"
"Makanya bantuin gue! Gue beneran pusing banget anjirrr jadi gunjingan satu sekolahan."
"Ah nyesel gue ngga satu sekolahan sama Elo! Jadi ketinggalan gosip."
"Ren, buruan anjirrr!"
"Iya-iya, sabar napa!"
Daren mencatat dua akun yang akan dilacak, cowok itu membenarkan kacamatanya, meregangkan tangan keatas dan mengibaskan jari-jarinya kaya lagi peregangan. Tak ketinggalan lehernya dikretek kanan kiri lebih dahulu, bener-bener kaya lagi ritual. Arron ngeliatnya geregetan soalnya kelamaan. Setelahnya jari jemari Daren mulai sibuk diatas keyboard.
Arron diam menunggu, cowok itu meneguk minumannya. Ponselnya tiba-tiba berdering, ada panggilan dari papanya.
"Halo Pa!"
"Ar kamu dimana?"
"Lagi dirumah Daren Pa."
"Ar, papa barusan ditelfon pihak sekolah. Katanya ada video kamu lagi ciuman sama cewek dibelakang gudang?"
"Hah... Pa." Arron seketika panik.
"Nggak udah ngelak papa udah liat videonya!"
"Maaf Pa."
"Bener cewek itu hamil? Dia pacar kamu yang dulu waktu itu kerumah kan?"
"Pa, itu bukan anak aku!" Arron berusaha menjelaskan.
"Pulang Kamu! Ikut papa ke sekolah! Bikin malu aja!"
Papa Handi menutup teleponnya, nggak peduli sama Arron yang berusaha menjelaskan.
"Ren masih lama ngga?"
"Setengah jam lagi."
"Duh, gue pulang dulu ya papa gue ngamuk! Sialan banget siapa sih yang udah cepu ke pihak sekolah?"
Arron kesel banget, bisa-bisanya ada yang ngasih tau ke pihak sekolah. Jadi panjang kan urusannya.
"Oke ntar gue kirim lewat chat!"
"Thanks ya Ren, berapapun gue bayar pokoknya yang penting gue punya bukti!"
"Satu akun lima juta. Ini dua akun."
"Busett!"
"Mau nggak?"
"Ah iya, gampang lah! Soal duit Lo nggak perlu khawatir."
"Nah gitu dong. Kaya orang susah aja Lo!"
Arron buru-buru pulang, cowok itu ngebut dijalan. Sampai dirumah, papa Handi duduk diruang tamu, wajahnya terlihat marah.
"Pa!"
PLAK!
Satu tamparan mendarat di pipi Arron.
"Anak kurangajar! Bisa-bisanya kamu bikin ulah kaya gitu Arron! Sekolah ya sekolah aja nggak usah macem-macem. Papa nggak ngelarang kamu pacaran yang penting tau tempat!"
"Maaf Pa." Jawab Arron sambil tertunduk, nggak berani natap papanya.
"Kamu tinggal perpisahan doang malah kena masalah?"
"Maaf Pa!"
"Kamu juga mikir apa sampai hamilin dia? Kamu masih muda Ar, masa depan masih panjang! Dia juga sama kalian masih harus lanjutin belajar, kamu mikir apa sih?"
"Pa itu bukan anak aku beneran! Aku lagi cari cara buat buktiin, Aku yakin itu bukan anak aku Pa!"
"Tapi kamu pernah tidur sama dia?"
"Iya Pa."
"Berapa kali?"
"Lupa."
PLAK!
Satu tamparan mendarat lagi dipipi Arron yang satunya, jadi adil dua-duanya kena.
"Ya ampun Ar, papa nggak pernah ngajarin kamu jadi cowok brengsek ya! Kamu harus nikahin dia"
"Pa..."
"Sekarang ikut papa ke sekolah, kita selesein satu-satu masalahnya."
sinavan dah kecanduan sm tubuh disa...