Area Dewasa
Lanjutan dari kisah Kimy dan Satria dengan berbagai kekocakannya.
Diharapkan baca seasons pertama yang menguras air mata karena cekikikan sebelum mampir ke sini.
Kelanjutan tentang cerita Satria-Kimy, tapi didominasi kisah cinta Thomas yang berupaya meraih cinta dari seorang janda cantik bernama Amora.
Akankah Thomas mampu menaklukkan hati Janda Cantik sekelas Amora??
Ataukah dia akan berpindah haluan meraih hati diriku?? 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berpisah
Amora akhirnya memilih untuk tak meneruskan hubungannya, ternyata ketakutannya akan kegagalan cinta mengalahkan rasa cintanya kepada Thomas. Pikirnya, jika memang mereka berjodoh pasti suatu saat pasti akan bersama.
"Mas, kemarin Ibu—" Ah Amora sebenarnya tak suka jika harus memilih sikap seperti ini.
"Apa?" tanya Thomas yang dua hari lalu telah berkoalisi bersama calon ibu mertuanya untuk mendapatkan hati si janda kembang itu.
"Mas." Amora menghela napasnya, kemudian menegakkan posisi duduknya. "Ibu udah tau, tentang kita," ucapnya pelan dengan wajah sendu.
"Bagus dong!" seru Thomas, padahal dia sudah lebih dahulu dibuat terkejut oleh kelakuan ibu dari wanita yang begitu ia cintai itu.
Amora kembali mendesah. "Ibu langsung buatin pilihan buat aku, 'menikah atau pisah?'," jawab Amora, semakin mendung saja raut wajah cantiknya.
"Aku udah pernah bilang kan, kalau emang sebaiknya kita nikah aja secepatnya. Daripada—"
"Dan aku milih pisah." Amora menatap wajah Thomas dengan nanar. Ada rasa perih yang Amora rasakan saat harus mengucapkan kata-kata itu.
Thomas terdiam, meski Dina kemarin sudah memberitahu dirinya jika kemungkinan besar Amora akan memilih untuk pisah, tapi tetap saja sudut hatinya kecewa.
"Maafin aku Mas!" ucapnya lagi tulus dari dalam hati. Karena bagaimanapun Amora sadar jika pilihannya itu akan melukai hati Thomas. "Aku masih belum siap untuk memulai lembaran baru sama—"
"Aku tau. Pasti karena masa lalu aku, jadi hati kamu masih belum bisa nerima aku sepenuhnya dan masa lalu aku." Thomas balik menatap wajah Amora.
"Bukan kayak gitu, ini semua karena aku belum bisa lupain tragedi yang nimpa aku." Mata Amora mulai berkaca-kaca. "Maaf!" cicitnya lagi.
Thomas menghela napasnya kemudian tersenyum ke arah Amora seraya berkata, "aku gak apa-apa."
Dan Amora tahu bahwa tak ada yang tak apa-apa pada Thomas saat itu. Sepertinya benar apa kata Dina kemarin, cinta Amora pada Thomas ternyata memang harus diuji dengan sebuah perpisahan dulu, agar ia tahu betapa berharganya Thomas untuk dirinya.
"Tapi kita tetep bisa seperti dulu, kan?" harapnya.
"Seperti dulu? Maksudnya?"
"Seperti sebelum kita saling mengutarakan isi hati, seperti rekan kerja yang saling mendukung, saling menolong, dan apapun itu. Bisa kan?" Karena sejatinya Amora tetap mengharapkan Thomas selalu ada untuknya, meski penolakan yang ia lakukan. Egois memang.
"Gak bisa, Sayang. Akan sulit buat aku ngehindarin kamu, ditambah kita pisah dengan rasa yang masih ada. Jadi sebaiknya, kita memang harus pisah, kalau kamu maunya pisah. Pisah dalam arti yang sesungguhnya. Meski gak rela, tapi aku tetep hormatin keputusan kamu." Thomas mengusap lelehan airmata di pipi Amora dengan ibu jarinya. "Aku akan tetap nunggu kamu. Dengan syarat, jangan terlalu lama!"
Bukan, seharusnya bukan seperti ini yang Amora inginkan. Seharusnya Thomas tetap menuruti keinginannya, kembali seperti dulu, tetap bersama meski tanpa jalinan kasih, karena asa di antara mereka akan tetap ada. Tapi kenyataan Thomas malah seolah menyerah begitu saja, tanpa sebuah perjuangan.
Rolex di pergelangan tangan Thomas sudah menunjukkan pukul 21.00 malam, dan saat itu juga ia ingat sesuatu yang harus ia persiapkan untuk esok.
"Aku anter pulang?"
Apa Thomas benar-benar langsung menyerah semudah itu?
Karena mungkin saja Amora bisa berubah pikiran jika kondisi dirinya seperti ini. Melihat situasi jadi seperti ini membuat Amora tak siap jika harus berpisah dengan cara yang Thomas maksud tadi.
Berpisah?
Tanpa bisa bertemu dan bertegur sapa?
Tanpa ada gombalan receh Thomas yang selalu membuat pipinya hangat?
Tidak, tidak seperti ini, Amora tak mau seperti ini.
Please, rayu aku, sedikit aja. Please, beri aku kesempatan kedua, aku janji aku akan ubah keputusan aku! Hati Amora memberontak.
Saat Amora belum menjawab ajakan Thomas untuk pulang, seorang wanita cantik yang tinggi dan langsing menghampiri meja mereka.
"Thomas?" serunya, tak percaya jika dirinya bertemu dengan Thomas.
"Hai," jawab Thomas dengan senyum menawan. Senyum khas dirinya, senyuman yang berhasil membuat iman Amora tergoyahkan dengan mudahnya. Namun sialnya senyuman itu kini untuk wanita lain, bukan Amora. "Kapan balik dari Bangkok?" Sepertinya Thomas sudah sangat akrab pada gadis cantik yang malam itu meski hanya mengenakan outfit berupa celana jeans dan atasan kaos longgar, namun auranya berhasil menghipnotis para pengunjung kafe lainnya.
"Minggu lalu lah kurang lebih. Bokap nyerahin proyek apartemen ke gue, makanya gue balik."
"Oh." Thomas ber oh ria. "Ke sini sama siapa?"
"Adek sama kakak gue. Di lantai dua," jawabnya saat mata Thomas berkeliling mencari keberadaan adik dan kakak yang gadis itu maksud. "Siapa nih?" tanyanya saat melirik ke arah Amora.
"Temen kerja," jawab Thomas cepat.
Apa, temen?
Cuma temen kerja?
Mata Amora mendelik.
"Ra, kenalin Gitsa."
"Hai, Gitsa!" Gadis bernama Gitsa mengulurkan tangannya terlebih dahulu.
"Amora," jawab Amora dengan memaksakan senyumnya. Dan saat Amora tak sengaja melihat ada tato kupu-kupu kecil di punggung tangan wanita itu, dadanya langsung bergejolak.
Apa Gitsa ini adalah si Tato Kupu-kupu yang membuat dirinya dan Kimy cemburu secara bersamaan beberapa waktu lalu?
Apakah Gitsa ini adalah wanita yang pernah manjadi…
Ah, Amora tak tahan dengan pikirannya sendiri. Beberapa kali dia meneguk Lemon Tea yang sejak tadi tak ia sentuh.
Amora ketar-ketir karena takut jika Thomas akan lebih memilih menjalin kasih dengan wanita yang bernama Gitsa tadi. Bukankah dulu Thomas memang menyimpan perasaan pada wanita yang juga mantan teman duet adik iparnya itu?
Apa mungkin Thomas bisa dengan mudahnya berpaling ke lain hati?
Amora kembali meneguk minumannya, rasa panas melanda hati.
"Minggu depan kamu free?" tanya Gitsa.
Thomas mengingat-ingat.
Kita ada rencana ke kebun binatang. Hati Amora yang menjawab.
"Kayaknya gitu. Kenapa?"
Ingin sekali Amora membantah ucapan Thomas, dan mengingatkannya kembali jika mereka punya janji untuk kencan.
Hah, kencan?
Amora lupa jika beberapa menit lalu, dia sudah memutuskan hubungan percintaannya dengan Thomas.
"Maen ke rumah dong, nyokap ultah minggu depan, ngadain pesta kecil-kecilan. Ajak temen kamu yang nyebelin itu juga!" Wajahnya nampak kesal saat menyebut teman yang dia maksud.
"Satria?"
Tanpa siapapun tahu, sebelah alis Amora naik ke atas, seolah mengetahui jika dirinya mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. Gitsa benar-benar si Tato Kupu-kupu. Sialaaaan.
"Siapa lagi?" ketusnya.
"Sibuk ngasuh bininya dia sekarang." Thomas tersenyum mengejek sahabatnya, yang minggu-minggu terakhir ini terlihat semakin overprotective saja pada Kimy.
"Dia dah married?" Gitsa terkejut, "ada cewek yang mau sama dia?" Tak percaya.
"Nih kakak ipar Satria, Thomas melirik Amora dan lagi-lagi Amora memaksakan senyumnya.
"Moga aja tuh orang insaf."
"Dia udah jadi suami siaga. Sekarang mereka lagi nunggu anaknya lahir," jawab Thomas, seperti ikut antusias menyambut kehadiran bayi dalam perut Kimy.
Keduanya seperti lupa jika ada Amora di antara mereka, obrolan mereka yang semakin seru dan kadang terselip tawa yang membuat Amora meradang.
Tapi obrolan Thomas dan wanita bernama Gitsa itu harus terhenti saat mendengar bunyi yang cukup mengganggu dari dalam mulut Amora.
Amora yang kesal dan sangat cemburu dengan obrolan tak menarik antara Thomas dan Gitsa tanpa sadar mengunyah es batu yang ada di dalam gelasnya hingga menimbulkan bunyi yang cukup mengganggu.
"Kamu gak ngilu?" tanya Gitsa dengan wajah yang dibuat aneh.
"Karena aku pernah ngerasain ngilu yang lebih dari ini." Jawaban Amora membuat Gitsa semakin mengerutkan dahinya.
Bukan perihal perpisahannya dengan Andre yang jelas, karena Amora sudah menghapus secara permanen nama Andre dari hatinya.
Sedangkan hati Thomas sedang bersorak-sorai melihat api cemburu yang membakar hati Amora, dan Thomas tahu pasti mengapa wanita cantik itu cemburu.
"Eh, Git. Udah malem nih. Kita mau balik dulu. Besok gue mau ada acara," pamit Thomas, menyudahi perbincangannya dengan Gitsa.
"Oh, okey. See you!" Gitsa kembali menyalami Thomas dan Amora kemudian berlalu pergi menuju tangga.
"Kita pulang sekarang?" tanya Thomas dan lagi-lagi pria tampan itu melihat jam tangannya.
"Aku lagi mau sendiri." Amora tak bergeming, padahal saat melihat keakraban Thomas dan Gitsa tadi dirinya ingin sekali pergi dari tempat itu.
"Kamu datang sama aku, dan akan aku anterin pulang seperti biasa," ajak Thomas dengan lembut. "Please, Ra. Untuk terakhir kalinya, biarin aku anter kamu pulang.
Ucapan lembut Thomas yang seperti merayunya pulang kembali memancing airmatanya. Amora segera menutup wajahnya agar Thomas tak bisa betapa rapuh dirinya saat itu.
Benar apa kata orang, setiap pertemuan pasti ada perpisahan, dan Amora membenci momen menyedihkan ini.
Thomas menghampiri kursi Amora, membawa tubuh yang masih sesegukan itu ke dalam peluknya.
Gue akan pergi dengan membawa hati lu, Sayang. Hati Thomas tertawa riang.
mirip bersin nya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
ampe berair mata ku ya Allah gustiiiiiiii 😄😄😄.
bingung mau nulis apa ketawa dari awal ampe ahir udah cukup 😄😄.
si bumil mode kalem 😅😅.
baca doa makanya kalau mau bobo onta 😄😄.