NovelToon NovelToon
Gadis Polos Kesayangan Tuan Mafia

Gadis Polos Kesayangan Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Mafia / Cinta Seiring Waktu / Roman-Angst Mafia
Popularitas:48.5k
Nilai: 5
Nama Author: Senja

Sebelum lanjut membaca, boleh mampir di season 1 nya "Membawa Lari Benih Sang Mafia"

***

Malika, gadis polos berusia 19 tahun, tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah hanya dalam satu malam. Dijual oleh pamannya demi sejumlah uang, ia terpaksa memasuki kamar hotel milik mafia paling menakutkan di kota itu.

“Temukan gadis gila yang sudah berani menendang asetku!” perintah Alexander pada tangan kanannya.

Sejak malam itu, Alexander yang sudah memiliki tunangan justru terobsesi. Ia bersumpah akan mendapatkan Malika, meski harus menentang keluarganya dan bahkan seluruh dunia.

Akankah Alexander berhasil menemukan gadis itu ataukah justru gadis itu adalah kelemahan yang akan menghancurkan dirinya sendiri?

Dan sanggupkah Malika bertahan ketika ia menjadi incaran pria paling berbahaya di Milan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14

“Apa kau paham apa yang Paman katakan, Lika?” ulang Albert, memastikan gadis itu mengerti bahaya yang akan mengintainya nanti.

Malika langsung mendongak dengan mulut sedikit terbuka.

“Eh?! Tidak suka kucing? Mana ada manusia seperti itu?” Ia memeluk Pumpkin lebih erat seolah hendak melindunginya dari sosok Alexander yang belum pernah dilihatnya.

“Sok sekali, tidak menyukai makhluk semanis dan menggemaskan ini,”

gerutunya sambil mencibir.

Pumpkin mengeong lirih, seolah mendukung pernyataan tuannya yang baru.

Albert hanya menghela napas kecil. “Tuan Muda Alexander bukan orang biasa. Ia hanya menyukai ketenangan, kerapian, dan keteraturan. Dia tumbuh sangat cerdas sejak kecil, begitulah adanya.”

“Cerdas itu bagus, Paman, tapi tidak suka kucing itu jahat,” balas Malika serius, membuat Albert hampir tersedak air tehnya.

Albert kemudian mencondongkan tubuh sedikit, seolah ingin memastikan Malika memahami hal yang lebih penting daripada sekadar alergi.

“Bukan hanya cerdas. Dia dijuluki Bocah Kematian dulu waktu kecil,” lirihnya.

Malika langsung terpaku.

“Bocah… kematian?” suara kecilnya terdengar seperti bisikan antara ketakutan juga kebingungan.

Albert tersenyum simpul melihat reaksi Malika, senyum yang menyimpan kekhawatiran.

“Ya, karena Tuan Muda Alexander bisa membuat siapa pun mati kutu hanya dengan ucapannya. Tatapannya tajam, sikapnya dingin, dan selalu benar. Semua orang segan pada setiap kata-katanya. Mulutnya itu berbahaya,” jelas Albert.

Malika menelan ludah dengan susah payah. Ia pikir setelah bebas dari Paman Jhon, ia akan aman. Nyatanya masih ada bahaya lain mengintainya, bahaya yang tidak kasat mata.

“Memangnya ada ya manusia membunuh manusia lain hanya dengan ucapan?” Ia memandang Pumpkin seolah berharap kucing itu dapat memberi penjelasan. “Lika baru tahu manusia bisa seseram itu.”

Albert terkekeh kecil. “Tidak dalam arti sebenarnya, gadis kecil. Tapi apa yang dia ucapkan cukup membuat orang dewasa sekalipun kehilangan kata-kata dan merasa seperti mau tenggelam ke dalam tanah. Kalau kau tidak kuat mental, kau bisa menangis hanya karena satu kalimat darinya.”

Malika langsung memegangi pipinya sendiri, seakan membayangkan dirinya dimarahi Alexander.

“Astaga, apa dia semengerikan itu? Apa dia juga makan manusia, Paman?”

Albert hampir terjatuh dari kursinya karena menahan tawa.

“Tidak begitu juga. Kau ini ada-ada saja.”

Malika tidak merasa semua ketakutannya itu lucu. Ia menatap Pumpkin dengan khawatir sambil mengelusnya.

“Pumpkin, kalau nanti kau bertemu Tuan Muda, kau jangan mengeong, ya. Jangan jalan. Jangan bernapas kencang. Pokoknya jangan membuat suara,” ucap Malika sembari menunjuk makhluk menggemaskan itu seperti sedang memarahi anaknya.

Pumpkin hanya berkedip lambat seolah berkata, Aku kucing, bukan patung.

Albert geleng-geleng kepala.

“Yang penting berhati-hatilah. Kalau bisa, hindari pertemuan dengan Tuan Muda. Dia bukan tipe yang senang melihat hal-hal ceria seperti dirimu.”

Kalimat terakhir itu diucapkan Albert sambil mengangkat alis. Apalagi saat melihat ekspresi Malika yang sudah ketakutan seperti anak ayam.

Malika langsung mengangguk cepat. “Baik, Paman! Lika janji tidak akan mendekati Tuan Muda!” Ia mengangkat tangan seperti melakukan sumpah pramuka.

“Bagus.”

“Tapi…” Malika mendekat. Dengan suara rendah ia berbisik. “Kalau dia membenci Pumpkin, apa dia bisa membuangnya? Atau mengusirnya? Dan juga membunuhnya, Paman?”

Albert menepuk pelan kepala Malika dengan penuh kasih sayang tulus.

“Tenang. Tidak akan terjadi apa-apa. Lagipula dia jarang berada di rumah. Asal kau tidak membuat keributan, Pumpkin aman.”

Malika menghela napas lega, seolah baru saja selamat dari ancaman bencana.

“Syukurlah. Pumpkin, kau dengar itu? Kau aman. Tapi tetap jangan mengeong, ya,” ucap Malika.

Pumpkin mengeong keras, seakan menolak instruksi itu secara langsung. Malika menatapnya dengan panik.

“Jangan mengeong Lika bilang! Kau akan dibuang!”

Albert tertawa terpingkal-pingkal.

Melihat pamannya tertawa, Malika malah tersenyum juga, meski belum bisa menyembunyikan rasa paniknya.

“Paman jangan tertawa! Ini serius! Masa depan Pumpkin bisa terancam!” serunya dengan dramatis. “Sudahlah. Selama ada Paman Albert dan Lika, Pumpkin pasti selamat.”

Albert memandang keduanya. Rumah itu terasa jauh lebih hidup sejak kedatangan Malika.

*

*

Angin malam berhembus pelan, menyentuh rambut Alexander yang duduk bersandar di kursi balkon.

Di tangannya, sebuah iPad menyala menampilkan laporan keuangan.

Namun matanya tidak benar-benar fokus pada angka-angka itu.

Tatapannya justru mengarah ke rumah belakang. Rumah kecil tempat para pelayan tinggal.

Lampunya masih menyala terang meski jam hampir menunjukkan pukul dua belas malam.

“Apa mereka belum tidur?” gumamnya. Begitu sadar dengan ucapannya sendiri, Alex langsung merengut dan mengumpat pada dirinya.

“Shit! Apa-apaan ini. Kenapa aku ingin tahu? Memangnya itu urusanku? Mau mereka tidur atau mau menari tengah malam, terserah mereka!” Ia menggeram sembari mengetuk-ngetuk iPad dengan kesal.

Alex mencoba kembali fokus pada laporannya, tetapi matanya lagi-lagi melirik ke arah rumah belakang.

“Cih! Menggelikan sekali!” gumamnya sembari komat-kamit.

Di belakangnya, Jimmy yang sedari tadi berdiri diam sambil memegang berkas hanya bisa mengerutkan dahi.

Jimmy jelas menyadari arah pandangan Tuan Mudanya.

Dari tadi, Alexander terus saja mencari-cari alasan untuk melihat ke arah itu, seolah ada sesuatu atau seseorang yang membuatnya gelisah.

Kenapa dia terus menatap rumah belakang? Bukankah itu hanya tempat tinggal Albert dan beberapa pelayan lain?

“Kau berdiri di situ sejak kapan?!” tanya Alex dengan nada pedas tanpa menoleh.

“Sejak kau memerintah aku untuk membawa berkas penyelidikan ini,” jawab Jimmy hati-hati sembari memperlihatkan berkas itu pada Alex.

Ya, itu adalah berkas milik Theo. Theo meminta Alex untuk menyelidiki putrinya yang sudah tiada sejak masih bayi. Theo yakin kalau putrinya masih hidup.

Alex mendengus. “Kalau begitu berhenti menatapku seperti aku sedang melakukan kejahatan. Dan cepat keluar. Kehadiranmu sangat mengganggu!”

“Lalu ini bagaimana?”

“Masih ada hari esok bukan? Pergilah, Paman! Kau menggangguku!” seru tajam Alex.

Jimmy hanya bisa menelan ludah. Lalu buru-buru keluar.

Ia mulai curiga, ada sesuatu di rumah belakang yang menarik perhatian Tuan Mudanya malam ini.

“Aku akan selidiki besok,” gumam Jimmy.

1
Netiihsan
lh salah sendiri kamu lex...mengatakn kpda malika klau ciuman itu hadiah..
Netiihsan
malu alex brtamabah...apa lgi malika sangat jjur k pada kdua orang tua alex
🐰
EMANG 🖕 KELUARNYA LAHAR PANAS 😭
Sri Rahayu
😀😀😀...ada2 aja Malika ngatain Leon singa....kl Alex sampe tau Leon bekap Malika bisa berabe tu...lagian Malika uda dilarang keluar kamar juga oleh Alex masih aja keluar...bisa kena hukum nanti 🤪🤪🤪🤪🤪
Rizka Susanto
bang Leon... tanganmu jngan lupa dikondisikan yaa... takut klo kk singa liat🤣😄
Rizka Susanto
lha kan awalnya km yg mulai2in bang...
malika dan Leon cm korban😄🤣
Rizka Susanto
lika oh lika... 🤣😄
Yuyun Yunita
sejata yg itu beda lika.. kl yg itu bisa bikin loka merem melek🤣🤣🤣
Hediana Br Hutagalung
makin menarik Lika,manusia diblng singa
Hediana Br Hutagalung
anak sama papa Diego sama aja,klu dah bucin semua diabaikan
Hediana Br Hutagalung
klu ngak salah ya Alex,waktu Malika baru lahir ,ditawarin Theo Alex jelad2 nolak
Lilik24
itu senjata utk membunuhmu lika🤣🤣
Rida Arinda
🤣🤣🤣🤣
Sri Rahayu
jangan salah paham sama Leonard soal ciuman Malika...hanya rasa terima kasih sdh diberi sapu tangan utk menghapus air matanya karena perlakuan Kaylin pd Malika 🤪🤪🤪
Sri Rahayu
😄😄😄....betul.Malika itu senjatanya Alex.yg bisa bikin kamu candu 🤪🤪🤪
Marya Dina
malika ini polos apa pura2 polos ya🫣🫣🫣
angel: kayaknya malika polos deh, karena mungkin dia tidak bergaul kepada orang lain semasa dia kecil dan puber karena kan dia dirawat sama paman jahat itu sebelum Malika dijual
total 1 replies
Leny Wijaya
hahahz leon jd singa🤣🤣🤣dasar malika benar2 polos💪💪💪srmngat thor lanjut cerita yg lain jgn lupa ya👍🤭
Leny Wijaya: 🤣🤣🤣iya jgn lupa brnafas lho bahaya kak🤭semngat kak💪💪💪💪
total 2 replies
Leny Wijaya
yes jenifer ambil sample rambut lika buat test DNA,, dan kau kaylin jgn macam2 dgn lika yg dilindungi oleh Alexander🤭
Leny Wijaya
yes Test DNA ITU yg utama biar tau malika itu daisy atau bukan👍
LB
senjata yg ini bunyi dan pelurunya beda ya lika😄 hasil tembakannya juga nanti lain 😁😁😁
Senjakala: Kek mana kak bunyinya🤣 kasih tahu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!