Atas desakan ayahnya, Poppy Yun datang ke Macau untuk membahas pernikahannya dengan Andy Huo. Namun di perjalanan, ia tanpa sengaja menyelamatkan Leon Huo — gangster paling ditakuti sekaligus pemilik kasino terbesar di Macau.
Tanpa menyadari siapa pria itu, Poppy kembali bertemu dengannya saat mengunjungi keluarga tunangannya. Sejak saat itu, Leon bertekad menjadikan Poppy miliknya, meski harus memisahkannya dari Andy.
Namun saat rahasia kelam terungkap, Poppy memilih menjauh dan membenci Leon. Rahasia apa yang mampu memisahkan dua hati yang terikat tanpa sengaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
“Poppy, kau berani sekali bicara seperti itu pada mamaku. Cepat minta maaf!” bentak Andy, wajahnya memerah karena emosi dan malu.
“Minta maaf?” Poppy menatapnya dengan dingin. “Kau sendiri yang bersalah padaku. Apakah kau sudah meminta maaf? Ibumu tidak bisa mendidikmu dengan baik, jadi biar aku saja yang mendidikmu.”
Cecil langsung bangkit, menunjuk Poppy penuh kemarahan.
“Poppy Yun! Kau tidak berhak mengatakan itu!”
William cepat menengahi, takut pertengkaran semakin memanas.
“Poppy, Paman minta maaf atas kejadian ini. Paman akan mengawasi Andy lebih ketat agar dia tidak mengulanginya lagi.”
Alan menambahkan, wajahnya muram tapi tegas,
“Untung saja Leon menyelamatkanmu. Kalau tidak, nama keluarga Huo dipermalukan oleh cucu durhaka ini.”
William menatap Poppy, tampak lelah namun tulus.
“Poppy, katakan saja. Apa yang harus kami lakukan?”
Poppy menggeleng pelan.
“Kakek, Paman… ini masalah kami berdua. Aku datang bukan untuk menuntut apa pun. Aku hanya ingin menyelesaikan masalah ini sendiri.”
Andy mendengus sinis.
“Poppy Yun, tidak usah jual mahal. Kau selama ini tinggal di Hong Kong dan hidup bebas. Siapa tahu kau sudah tidak suci lagi? Hidup bebas tanpa orang tua… apa saja bisa terjadi, kan?”
Cecil ikut menimpali dengan suara merendahkan,
“Benar. Gadis yang bebas keluar masuk bar… mungkin saja sudah tercemar sejak awal.”
Poppy berhenti.
Wajahnya menegang.
Tatapannya berubah tajam.
Tanpa memberi waktu untuk bernapas—
Plak!
Tangan Poppy mendarat tepat di pipi Andy.
Suara tamparan itu menggema di seluruh ruangan.
“Hei! Kau berani menampar anakku?!” teriak Cecil, berdiri sambil memegangi dada seperti hendak menyerang balik.
“Poppy Yun!” Andy meraung, memegangi pipinya yang memerah.
Namun Poppy hanya menatap mereka berdua tanpa gentar.
“Bibi,” katanya dengan suara rendah namun menusuk, “anakmu yang salah, tapi kau malah menyalahkan aku? Pantas saja dia tumbuh jadi laki-laki tak tahu diri.”
Cecil membeku. Andy terdiam, tidak menyangka Poppy justru balik menyerang.
Poppy melanjutkan—dan kali ini, setiap kata terasa seperti pisau.
“Walau papaku dari keluarga atas, semua orang tahu cara beliau mendidik anaknya, dengan disiplin dan rasa hormat. Tidak seperti Bibi… yang selalu memanjakan anak sampai jadi seperti ini.”
Ia menatap Andy dengan tatapan jijik.
“Dan tamparan itu… pantas untukmu.”
“Cih, gadis zaman sekarang ... terutama yang seperti dirimu ... mana mungkin bisa menjaga diri? Kau hanya sengaja mencari keributan di rumahku agar anak aku dipersalahkan,” hina Cecil, menyeringai meremehkan.
Poppy justru tersenyum tipis. Ia merogoh tasnya, mengeluarkan sebuah map putih.
“Benarkah begitu, Bibi?”
Ia membuka map itu dan mengeluarkan laporan medis resmi, kemudian menaruhnya di meja tepat di depan Andy.
“Apa ini?” tanya Andy malas.
“Laporan tes kesehatanku,” jawab Poppy dingin. “Semua tertera lengkap. Dan terbukti aku belum tercemar, tidak sepertimu."
Andy mengambil laporan itu. Saat matanya bergerak membaca halaman-potongan hasil laboratorium yang jelas, wajahnya mulai pucat.
Poppy melipat tangan, menatapnya tanpa berkedip.
“Andy, jangan samakan semua orang dengan dirimu. Tidak semua orang hidup bebas dan kotor seperti yang kau lakukan.”
Tatapannya tajam.
“Dan ini—” ia mengetuk berkas itu dengan jarinya, “adalah bukti bahwa kau menodai harga diriku. Karena, Andy Huo… aku masuk rumah sakit dengan obat perangsang dalam tubuhku.”
Cecil membulatkan mata.
“Apa maksudmu?!”
“Obat itu,” lanjut Poppy tanpa menoleh pada Cecil, “ditemukan oleh dokter. Rumah sakit punya catatan medis, dan CCTV jelas merekam saat Andy mencampurkan sesuatu ke minumanku.”
Andy tersentak.
“A—apa?!”
“Jangan pura-pura bodoh,” ujar Poppy. “Bukti sudah ada. Jadi, Andy… perlu aku laporkan, atau cukup sampai di sini?”
Cecil berdiri, menunjuk Poppy.
“Kau ini keterlaluan! Tidak terjadi apa-apa padamu, tapi kau masih saja sengaja mencari masalah!”
Poppy menoleh perlahan pada Cecil, tatapannya menusuk.
“Aku selamat karena Paman Leon datang tepat waktu.”
Ia mengalihkan pandangan ke Andy.
“Dan putramu adalah pelakunya.”
Cecil terdiam, wajahnya menegang.
Poppy kemudian mengeluarkan selembar kertas hasil pemeriksaan lain.
“Selain itu,” katanya, suaranya dingin bagai pisau, “aku juga punya data kesehatanmu, Andy Huo.”
Andy menegang.
“Apa lagi?!”
“Bahwa kau mengidap kecanduan seksual akut—hiperseksualitas. Kau tidak bisa hidup tanpa perempuan sehari pun.” Tatapannya menusuk penuh jijik. “Sakit… tapi kau malah ingin menyeretku ke dalam penyakitmu.”
Ruangan langsung hening.
Alan dan William tampak terkejut.
Cecil kehilangan kata.
Andy membeku, wajahnya merah padam karena malu dan marah.
Poppy melangkah maju satu langkah, menatap Andy dari dekat.
“Dan kau berani menuduh aku gadis murahan? Sedangkan kau…”
Ia menatapnya dari kepala hingga kaki, lalu mendesis:
“Bahkan wajahmu saja sudah memalukan, apalagi kelakuanmu.”
"Dari mana kau dapat laporan ini? Ini pasti palsu," tanya Cecil.
"Anakmu telah melakukan pemeriksaan kesehatan, aku tentu saja ada cara. Dia menyembunyikan dari kalian semua. Tentu saja dia malu," jawab Poppy." Hanya dengan tiga bukti ini, sudah cukup aku menuntutnya."
Leon yang duduk di sana, hanya diam dan santai tanpa sepatah kata pun.