“Yang hidup akan ditumbuk menjadi pil, yang mati akan dipaksa bangkit oleh alkimia. Bila dunia ingin langit bersih kembali, maka kitab itu harus dikubur lebih dalam dari jiwa manusia…”
Di dunia tempat para kultivator mencari kekuatan abadi, seorang budak menemukan warisan terlarang — Kitab Alkimia Surgawi.
Dengan tubuh yang lemah tanpa aliran Qi dan jiwa yang hancur, ia menapaki jalan darah dan api untuk menantang surga.
Dari budak hina menuju tahta seorang Dewa Alkemis sekaligus Maharaja abadi, kisahnya bukanlah tentang keadilan… melainkan tentang harga dari kekuatan sejati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 : Keberuntungan yang Tak Terduga
Beberapa hari setelah insiden dengan para perampok jalanan, Li Yao akhirnya memasuki jalur pegunungan berbatu. Langit di atasnya tertutup awan kelabu, dan angin dingin menusuk kulitnya. Jalannya semakin menanjak dan licin karena lumut, tetapi setiap langkah terasa lebih kuat berkat latihan Roh Tanpa Bentuk yang terus ia asah dalam perjalanan ini.
Malam harinya dalam perjalanan, Li Yao menemukan sebuah tebing kecil untuk beristirahat. Ia kemudian menyalakan Api unggun kecil untuk memberikan cahaya samar di tengah kegelapan pegunungan. Li Yao kemudian duduk bersila, menutupi matanya dan menarik napas panjang. Teknik Roh Tanpa Bentuk mengalir seperti air di dalam dirinya, membuka pendengaran yang lebih tajam dari sebelumnya.
Dengan mata tertutup ia berdiri perlahan, mencoba melangkah di jalur berbatu tanpa melihat. Jemarinya menyentuh permukaan kasar batu dan telapak kakinya merasakan setiap lekukan tanah.
“Semakin aku memperdalam Teknik ini, semakin aku memahami suara jiwa di sekitarku…,” gumamnya pelan.
Tidak kerasa perjalanan Li Yao sudah masuk ke hari kesembilan, disini ia memasuki hutan belantara yang lebih gelap dari sebelumnya. Kabut tipis merayap di antara pepohonan tinggi. Tiba-tiba, kesadarannya yang telah terbentuk oleh teknik Roh Tanpa Bentuk menangkap getaran yang aneh.
Li Yao akhirnya berhenti melangkah. Dari balik pohon besar yang tertutup lumut, sepasang mata berkilau keperakan menatapnya tajam. Disana terlihat Seekor Serigala berwarna Perak sedang mengintainya dengan suara geraman rendah.
Li Yao tidak bergerak saat ini, ia mencoba membaca aliran emosi dari makhluk itu. Dari apa yang Li Yao rasakan, makhluk itu menunjukan rasa Lapar, dan rasa waspada tetapi tidak terlalu agresif selama dirinya tidak merasa terancam.
Dengan langkah pelan Li Yao melangkah menjauh dari tempat binatang Serigala itu dan tidak mengganggunya lebih jauh. Sambil melangkah pergi ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan meninggalkannya di tempat dimana serigala itu akan berjalan maju.
“Teknik ini harus bisa aku gunakan untuk memahami aliran emosi dari makhluk lain.” gumamnya sambil tersenyum tipis.
***
Pada hari ke dua belas, Li Yao akhirnya melihat Kota Qingya Timur menjulang dengan megah di kejauhan. Dinding batu putih setinggi puluhan meter memantulkan cahaya sore.
Di atas gerbang kota, bendera besar berwarna merah marun dengan lambang Klan Yue berkibar anggun, menandakan kekuatan mereka sebagai salah satu klan dominan di arah timur wilayah tengah Tianxu.
Li Yao akhirnya memperlambat langkahnya. Punggungnya terasa berat, bukan hanya karena tas besar berisi botol ramuan, tapi juga rasa lega yang mulai memenuhi dadanya.
“Akhirnya aku sampai juga di kota Qingya Timur.” bisik Li Yao dengan senyuman tipis terukir di bibirnya.
Jalan besar menuju Qingya Timur ramai oleh para pedagang dengan kereta kayu penuh barang dagangan, terlihat juga anak-anak yang gembira sedang berlarian di tepi jalan, bahkan mereka sesekali melihat ke arah Li Yao yang seperti melihat orang aneh, yang membawa tas besar dan pakaian yang sedikit lusuh.
Di antara keramaian itu, terlihat beberapa orang yang sedikit berbeda dari yang lain, mereka adalah seorang kultivator yang mungkin sedang lewat wilayah ini. Dari pakaian mereka terlihat jelas ada lambang sekte mereka yang khas. Aura mereka juga memancarkan tekanan halus yang membuat para manusia biasa menunduk sopan.
Li Yao mengamati mereka dalam diam, matanya sedikit menyipit karena kesadarannya kini lebih peka. Walaupun Li Yao bukan seorang Kultivator, tapi dengan teknik Roh Tanpa Bentuk ia bisa merasakan energi Qi yang mengalir dari tubuh para kultivator itu seperti gelombang yang menggetarkan udara.
Kota Qingya Timur adalah salah satu kota pertama yang ia singgahi dengan banyaknya para kultivator setelah ia keluar dari tambang.
“Ini adalah kota pertama dengan banyaknya kultivator yang aku singgahi, dunia ini ternyata jauh lebih berbahaya dari yang kubayangkan,” gumamnya.
Menjelang waktu sore, Li Yao tiba di depan Gerbang Timur. Disana ia melihat antrian panjang yang sudah menunggunya, mulai dari para pedagang kecil, pengelana, hingga bangsawan dengan kereta kuda mewah. Para penjaga gerbang dua pria berbaju zirah perak memeriksa setiap orang dengan ketat.
Pada saat giliran Li Yao, seorang penjaga dengan tatapan tajam menghentikannya. Dia melihat pakaian Li Yao yang lusuh, kemudian tas besar di punggungnya menandakan bahwa dia seperti pengemis, sementara Kota Qingya tidak memperbolehkan pengemis masuk.
"Di sini pengemis tidak diizinkan masuk ke kota!" bentak salah satu penjaga dengan tatapan tajam.
Li Yao mengepalkan tangannya, berusaha menahan amarahnya. Tujuannya datang ke sini bukan untuk mencari keributan ataupun masalah.
"Maaf Tuan, aku bukan seorang pengemis," jawab Li Yao dengan suara tegas namun tenang.
Penjaga itu menyipitkan matanya. "Lalu, apa tujuanmu memasuki Kota Qingya Timur?"
Li Yao menunduk perlahan, membiarkan rambut hitam kusutnya menutupi sebagian wajahnya. "Aku datang kesini untuk mencari seseorang yang bernama Yue Xian."
Mendengar nama itu, kedua penjaga saling menoleh. Sorot mata mereka langsung berubah, nama Yue Xian bukanlah nama sembarangan. Dia adalah putri pertama dari Ketua Klan Yue, seseorang yang sangat dihormati di kota Qingya.
Salah satu penjaga kembali menatap Li Yao, kali ini dengan penuh keraguan. "Apa kamu tau orang yang kamu sebutkan itu adalah orang yang sangat di hormati disini, dengan pakaianmu saat ini, aku tidak yakin kamu mengenali Nona Yue Xian, dan bahkan Klan Yue sendiri tidak mungkin memiliki tamu seperti dirimu yang mirip pengemis."
Perkataan penjaga itu membuat hati Li Yao terguncang, ia benar benar selalu diremehkan kemanapun ia pergi. Tanpa berkata-kata lagi, Li Yao akhirnya mengambil sesuatu di dalam tasnya dan mengeluarkan sebuah surat yang tersegel. Di permukaan surat itu, jelas terlihat cap asli Klan Yue yang tidak bisa ditiru oleh orang lain. Ia kemudian menyerahkannya tanpa ragu.
Penjaga itu mengambil surat tersebut dengan acuh tak acuh, begitu melihat cap resmi dari Klan Yue wajahnya langsung berubah. Matanya melebar menunjukan ekspresi terkejut yang tak bisa ia sembunyikan.
“Ini surat asli dari Klan Yue...” gumamnya pelan, seolah tak percaya pria lusuh di hadapannya bisa memiliki hubungan dengan orang seberpengaruh itu.
Sementara penjaga yang berada di sampingnya pun penasaran dengan surat yang di pegang rekannya.
"Mana aku lihat." pada saat ia melihat surat dengan cap asli Klan Yue ia pun sama terkejutnya.
Setelah beberapa detik hening yang penuh keterkejutan, penjaga itu akhirnya melangkah ke samping dan mengangguk. "Baiklah, kali ini aku mengijinkan seorang pengemis masuk ke Kota.."
Li Yao akhirnya melewati para penjaga dan langsung memasuki gerbang. Namun pada saat Li Yao sudah jauh kedepan, kedua penjaga itu menatap punggung Li Yao dalam diam, mereka sebenarnya merasa tidak percaya sebesar Klan Yue bisa bisanya berhubungan dengan orang seperti dia.
Pada saat di dalam Kota Qingya, Li Yao melihat suasana terasa berbeda, ia benar benar pertama kali melihat suasana kota yang begitu indah seperti ini. Jalan-jalan besar berlapis batu putih, kios-kios yang menjajakan dagangan seperti pedang spiritual, pil obat, dan artefak kecil, serta aroma makanan khas kota yang bercampur dengan wangi dupa dari kuil kecil di sudut jalan.
Li Yao berhenti sejenak memandangi pemandangan itu dengan kagum. Dalam hatinya ia sangat ingin sekali berkeliling tempat ini, tapi saat ini bukan waktunya, dan tujuannya kesini adalah menemui Yue Xian dari Klan Yue, bukan untuk bermain ataupun bersenang senang.
“Aku harus secepatnya menemui Nona Yue Xian.”
Li Yao kemudian melangkah pelan pelan di jalanan utama Kota Qingya Timur, matanya menelusuri seluruh keramaian kota.
“Klan Yue pasti sangat berpengaruh di kota ini. Tapi, di mana aku harus mencari tempat mereka?” Li Yao bergumam sambil mengencangkan tasnya.
Setelah berkeliling hampir setengah jam, ia berhenti di depan sebuah kedai teh yang tampak ramai dihuni oleh manusia biasa. Orang-orang duduk di meja bundar dari bambu, sebagian besar pria paruh baya sibuk dengan perbincangan mereka.
“Mungkin aku bisa mencari informasi ditempat seperti ini,” pikirnya.
Li Yao akhirnya masuk kedalam kedai itu, kemudian mencoba memesan teh hangat dan duduk di sudut dekat jendela. Matanya terus mengamati obrolan orang-orang di sekitarnya.
“Apakah kamu melihat beberapa waktu lalu langit berubah warna menjadi merah darah?” bisik seorang pria berambut abu-abu kepada teman di depannya yang lagi meminum teh.
“Iya, aku sempat melihatnya, itu sangat aneh apakah itu pertanda bencana akan datang. Bahkan Klan Yue pun sampai menutup diri.” sahut temannya.
Nama Klan Yue membuat telinga Li Yao langsung memperhatikan lebih seksama. Tidak lama setelah itu Pelayan muda berwajah cerah datang membawa tehnya.
“Silakan Tuan.”
Li Yao menganggukan kepalanya, kemudian dengan rasa penasaran Li Yao mulai bertanya.
“Maaf, apakah Anda tahu letak kediaman Klan Yue?”
Mata pelayan itu langsung melebar. “Klan Yue? Tentu saja. Mereka salah satu keluarga bangsawan terbesar di Qingya Timur. Tapi… jarang ada orang luar yang bisa bertemu langsung dengan anggota klan itu.”
“Bisakah kau memberitahuku arah menuju kediaman mereka?” tanya Li Yao lagi.
Pelayan itu menatap Li Yao sekilas dari ujung kepala hingga kaki, pakaian sederhana Li Yao jelas membuatnya ragu. “Kalau tuan ingin mencoba mencari Klan Yue, pergilah ke Distrik Timur Dalam. Tempat itu dekat dengan paviliun angin putih, tapi hati-hati Tuan, disana dijaga oleh para penjaga yang sangat ketat.”
Li Yao mengangguk lagi dan tersenyum tipis. “Terima kasih atas informasinya.”
Setelah mendapatkan informasi penting itu, Li Yao tak ingin membuang waktu. Ia segera meninggalkan kedai teh dan melanjutkan perjalanannya menuju Distrik Timur Dalam yang ditunjukan oleh pelayan tadi.
Langkah Li Yao saat ini membawanya melewati pasar yang jauh lebih padat dan ramai. Namun di tengah keramaian itu, Li Yao justru lebih waspada. Kesadarannya diaktifkan kembali.
Tiba-tiba, sebuah suara perempuan yang lembut namun jelas terdengar dari belakangnya.
“Hai…" panggilnya
"Apa kau Li Yao?”
Li Yao menghentikan langkahnya dan menoleh. Seketika berlari seorang gadis muda berwajah bersih dan cerah. Ia mengenakan pakaian biru muda sederhana, dan membawa keranjang berisi gulungan ramuan serta botol kecil. Wajahnya ramah, tapi ada sorot mata tajam yang memperhatikan Li Yao dengan penuh rasa ingin tahu.
Li Yao menyipitkan matanya. “Siapa kamu?”
Gadis itu sedikit menunduk sopan. “Namaku Ling Mei. Aku pelayan pribadi Nona Yue..”
Alis Li Yao terangkat. “Apakah kamu pernah melihatku?”
Ling Mei tersenyum lembut. “Saat Nona Yue hendak berangkat menuju Lembah Terlarang bersamamu. Aku sempat melihat kalian dari kejauhan, di penginapan Mata Air Timur.”
“Apakah Saudara Li Yao datang untuk menemui Nona Yue?” Tanya Ling Mei lagi
“Iya, Aku datang ke sini memang untuk menemuinya.” jawabnya
Mendengar itu, Ling Mei tersenyum lega. “Kalau begitu, izinkan aku mengantarkan mu ke kediaman Klan Yue.”
Li Yao menatapnya beberapa detik, memperhatikan ketulusan di wajah gadis itu lalu mengangguk pelan. “Terima kasih.”
Ling Mei mengangguk sopan, lalu mulai melangkah. Li Yao mengikutinya di belakangnya.
Saat mereka berjalan beriringan melewati lorong-lorong kota, Li Yao sempat melirik ke arah Ling Mei, lalu tersenyum samar dalam hatinya
“Keberuntungan memang datang di saat yang tak terduga.”