Warisan Kaisar Naga

Warisan Kaisar Naga

Chapter 1

Malam itu, langit seperti diselimuti tinta hitam. Petir membelah cakrawala, namun tak menurunkan hujan hanya kilatan cahaya yang menari di atas lembah panjang, seolah para dewa sedang mencari sesuatu yang hilang.

Di bawah sinar kilat yang redup, hutan sekitar Desa Longyuan bergoyang oleh angin utara yang membawa aroma belerang dan tanah basah. Setiap desir angin terasa berat, seperti memikul ratusan tahun kutukan yang belum dituntaskan.

Di tengah badai itu, seorang lelaki tua berlari menembus kabut. Nafasnya berat, tapi tatapannya tetap tajam. Dialah Long Wei, salah satu tetua desa, orang yang dikenal berani memasuki area yang bahkan roh-roh enggan untuk mendatanginya. Langkahnya berhenti di depan reruntuhan Kuil Batu Naga, tempat yang selama ini dianggap berbahaya oleh seluruh penduduk Longyuan.

Dari dalam reruntuhan, terdengar tangisan bayi pelan, serak, namun menembus suara hujan dan guruh. Long Wei mendekat dengan hati-hati. Api dari lentera bambunya bergetar, menyorot sesosok bayi mungil yang terbungkus kain lusuh dengan pola pola aneh yang terasa kuno. Bayi itu menangis keras, sementara di lengan kanannya tampak pola teratai bersinar merah keemasan. Cahaya itu berdenyut mengikuti detak jantung kecilnya.

Long Wei menatap tanda itu lama sekali. “Tanda naga…,” gumamnya pelan, suaranya lebih mirip doa yang tercekik. “Apakah ini pertanda kebangkitan, atau kutukan baru?”

Petir kembali menyambar, kali ini sangat dekat. Batu-batu kuil retak dan mengeluarkan asap tipis. Long Wei segera membungkus bayi itu dengan jubahnya lalu berlari kembali ke desa, menembus kabut dan kilat yang seolah mengejarnya. Dalam pelukannya, bayi itu tiba-tiba berhenti menangis. Seolah badai yang mengamuk di langit tunduk pada kehadirannya.

Di rumah bambu tua di tepi desa, lima orang duduk mengelilingi lentera minyak yang redup. Bai Feng, Xuan Yuan, Shui Lan, dan Tian Yu menatap Long Wei yang baru tiba dengan napas tersengal. Di pelukannya, bayi yang kini terbungkus kain hangat tampak tenang, matanya tertutup, tapi pola teratai di lengannya tetap bersinar lembut.

Bai Feng mencondongkan tubuhnya, suaranya tenang tapi penuh tekanan. “Dari mana kau mendapatkannya?”

Long Wei menjawab tanpa mengangkat kepala. “Dari reruntuhan kuil naga di utara lembah. Tangisannya memanggilku ke sana.” Ia menarik napas panjang, lalu melanjutkan dengan suara rendah. “Tato di lengannya… bukan pola manusia biasa. Aku melihatnya sekali, di medan perang lama, di lengan Kaisar Naga Agung.”

Suara angin meniup lentera hingga nyalanya menipis. Xuan Yuan menyipitkan mata. “Kaisar Naga? Kau yakin? Pola itu sudah lenyap ribuan tahun. Tidak mungkin—”

“Tidak ada yang mustahil di tempat ini,” potong Long Wei pelan. “Desa Longyuan sudah lama menjadi tempat sisa-sisa kekuatan naga terkubur. Bukankah itu alasan kita semua di sini?”

Shui Lan menatap bayi itu lama. Ia merasakan aliran Qi halus keluar dari tubuh mungil itu, murni, tapi berbahaya, seperti api surgawi yang masih tertidur. “Bayi ini… bukan makhluk biasa,” katanya perlahan. “Qi-nya terasa seperti milik naga langit. Kalau orang luar tahu, dunia akan datang memburunya.”

Long Wei mengangguk pelan. “Itulah sebabnya aku datang pada kalian malam ini. Kita harus merahasiakan ini dari siapa pun. Dunia luar tidak boleh tahu bahwa ada anak naga lahir di tanah ini.”

Tian Yu, yang sejak tadi diam di sudut ruangan, membuka matanya. Pandangannya tajam menembus bayangan. “Kau ingin membesarkannya di sini? Di desa yang bahkan dewa pun sudah melupakannya?”

“Aku tidak punya pilihan,” jawab Long Wei tanpa ragu. “Langit menitipkannya padaku. Jika kutinggalkan, dunia akan binasa sebelum waktunya.”

Tidak ada yang menanggapi. Hanya suara lentera yang berderak pelan, dan angin malam yang membawa aroma hujan serta takdir yang berat.

Menjelang fajar, kabut tipis menggantung di atas desa. Long Wei berdiri di depan rumahnya, menatap lembah yang perlahan diterangi cahaya pagi. Di pelukannya, bayi itu menggeliat, lalu membuka mata sepasang mata emas, berkilau seperti dua serpihan matahari.

Long Wei tersenyum samar. “Kau tidak takut pada cahaya,” gumamnya lembut. “Maka aku akan memberimu nama yang layak untuk menantang langit.”

Ia menatap langit yang mulai cerah dan berbisik pelan, “Mulai hari ini, kau bernama Tian Long "Sang naga dari langit!". Semoga langit memaafkan dosa kami karena menyembunyikanmu.”

Angin pagi berembus lembut, tapi ada gema samar seperti auman jauh di antara gunung. Seolah nama itu membangunkan sesuatu yang tertidur sangat lama.

                ...........                  ...........                    ..........                    ..........                     ..........

Pagi di Desa Longyuan selalu dimulai dengan suara seruling bambu dari lembah. Nada-nadanya lembut tapi sendu, seakan hutan dan sungai sedang berkabung atas sesuatu yang pernah hilang. Di tepi desa, kabut biru menari di antara pepohonan tinggi, membawa aroma embun dan rumput liar.

Seekor burung hitam melintas di langit, menandai datangnya musim baru. Di halaman rumah bambu tua, seorang pemuda berdiri dengan mata terpejam. Tubuhnya tegap, ototnya terlatih, dan di lengan kanannya tato teratai naga bersinar samar di bawah sinar matahari pagi. Tian Long telah tumbuh menjadi remaja, dan setiap gerakannya menunjukkan ketenangan sekaligus kekuatan yang tersembunyi.

Tangannya memegang tombak kayu buatan sendiri. Ia mengangkatnya perlahan, lalu menurunkannya dengan gerakan yang mengikuti irama napas bumi. Setiap kali ujung tombak menembus udara, terdengar bunyi lirih seperti bisikan naga.

Long Wei berdiri tidak jauh dari situ, memperhatikan dengan senyum samar. “Pernafasanmu sudah mulai menyatu dengan aliran Qi bumi,” katanya pelan. “Sekarang, coba ulangi gerakan terakhir jurus Cakar Dewa Naga.”

Tian Long menyeringai sedikit tertawa, lalu mulai mengatur napas. Udara di sekelilingnya tiba-tiba bergetar halus. Ia menekuk lutut, merentangkan jari-jarinya seperti cakar, dan dalam sekejap, serangan dilepaskan cepat, tajam, dan menggetarkan udara. Batu besar di hadapannya retak membentuk lima garis dalam sekali tebas.

Long Wei menepuk bahu Tian Long dengan puas. “Bagus. Kau mulai memahami dasar jurus itu. Namun jangan terburu-buru memanggil Qi naga. Tubuhmu belum siap menahannya.”

Tian Long menarik napas panjang. “Aku mengerti, Paman. Tapi… setiap kali aku menggerakkan Qi, aku seperti mendengar suara gemuruh yang jauh di dalam tubuhku. Seperti ada sesuatu yang hidup di sana.”

Long Wei menatapnya tajam. “Itu tanda bahwa darah naga di dalam tubuh mu mulai terbangun. Suara itu adalah roh naga yang masih tertidur. Jangan bangunkan dia sebelum waktunya, jika tidak mau dirimu celaka.”

"Setiap orang punya roh naga dan kekuatan naga, hanya saja ada yang dominan dan tidak dominan, semakin kuat darah naga dalam tubuh seseorang, semakin kuat roh naganya" Ucap Long Wei dengan tangan yang diletakkan di belakang punggungnya, sambil berjalan membelakangi Tian Long.

"Meskipun darah naga kuat membuat kekuatan seseorang juga ikut kuat, namun kekuatan selalu selaras dengan resiko. Roh naga yang kuat, akan sulit dikendalikan, jika kekuatan jika seseorang belum mampu untuk mengendalikan kekuatan naga itu" Lanjut Long Wei

Tian Long mengangguk, namun matanya menyimpan rasa penasaran yang dalam.

Terpopuler

Comments

Nanik S

Nanik S

Sebenarnya Anak Siapa Tian Long

2025-11-06

0

Didi h Suawa

Didi h Suawa

awal yg baik,

2025-11-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!