 
                            Aprilia, gadis desa yang dijodohkan dengan Vernando, pria tampan dan kaya raya, harus menelan pil pahit kehidupan. 
Alih-alih kebahagiaan, ia justru menerima hinaan dan cacian. Vernando, yang merasa memiliki istri "jelek" dan "culun", tak segan merendahkan Aprilia di depan teman-temannya. 
Kesabaran Aprilia pun mencapai batasnya, dan kata "cerai" terlontar dari bibirnya. 
Mampukah Aprilia memulai hidup baru setelah terbebas dari neraka pernikahannya? Atau justru terjerat dalam masalah yang lebih pelik?
Dan Apakah Vernando akan menceraikan Aprilia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Surga Dunia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 25
Aprilia tersentak dari lamunannya saat dering ponsel memecah kesunyian kamar. Cepat-cepat ia menghapus jejak air mata yang masih membasahi pipinya.
Dengan tangan gemetar, diraihnya ponsel dari saku celananya. Nama Mbok Ratmi tertera di layar.
"Halo, Mbok," sapa Aprilia dengan suara serak.
"Non, Mbok tadi dengar Non sudah pulang. Kenapa Non tidak makan dulu? Apa Non baik-baik saja?" tanya Mbok Ratmi dengan nada khawatir yang kentara.
Aprilia menghela napas. "Aku dikurung di kamar sama Vernando, Mbok," jawabnya lirih.
"Ya ampun, Non! Mau Mbok bantu keluar?" Mbok Ratmi menawarkan bantuan dengan sigap.
"Jangan, Mbok. Besok pagi Vernando pasti akan membukakan pintu untukku. Mbok jangan khawatir, ya," tolak Aprilia halus. Ia tidak ingin Mbok Ratmi mendapat masalah karena membantunya.
"Non yakin?" tanya Mbok Ratmi, masih ragu.
"Iya, Mbok. Mbok tenang saja, ya," Aprilia berusaha menenangkan wanita yang sudah dianggapnya seperti ibu sendiri itu.
Padahal, jauh di lubuk hatinya, ia sendiri merasa bimbang dan tidak yakin apakah Vernando akan benar-benar melepaskannya besok pagi.
Pagi Hari
Aprilia sudah rapi dengan pakaian kerjanya, tubuhnya terasa segar setelah mandi. Namun, ia tak bisa tenang.
Dengan gelisah, ia mondar-mandir di depan pintu yang terkunci. Pikirannya kalut, membayangkan Zio yang pasti sudah menunggunya.
Tanpa sabar, diraihnya ponsel dan segera menghubungi Vernando. "Apa?!" suara Vernando terdengar ketus dari seberang.
"Tolong buka pintunya, aku harus bekerja. Zio pasti sudah menungguku," pinta Aprilia dengan nada memohon.
"Aku tidak peduli!" jawab Vernando dingin, lalu menutup telepon begitu saja.
Aprilia menggerutu kesal. Ia semakin khawatir memikirkan Zio, anak itu pasti akan mencarinya.
Perutnya pun mulai berbunyi, mengingatkannya bahwa ia belum makan sejak semalam. Namun, Vernando seolah tak peduli dengan keadaannya.
***
Dengan ragu, Mbok Ratmi memberanikan diri menghampiri Vernando yang sedang menikmati sarapannya.
"Tuan, Non Aprilia belum makan apa-apa sejak semalam. Mbok izin membawakan makanan untuknya, ya?" ucap Mbok Ratmi dengan hati-hati.
Vernando menghentikan suapannya, lalu menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari piring, "Biarkan saja dia."
"Tapi, Tuan..." Mbok Ratmi mencoba membujuk.
"Apa dia yang memberi Mbok gaji? Majikan Mbok itu siapa, saya atau dia?!" bentak Vernando dengan nada tinggi, membuat Mbok Ratmi terkejut.
"Maaf, Tuan," ucap Mbok Ratmi lirih, lalu segera undur diri dengan perasaan tidak enak.
Ponsel Vernando berdering, panggilan dari ibunya. Ia mendengus kesal, sudah tahu ibunya pasti akan memarahinya. "Apa, Bu?" tanyanya ketus.
"Di mana Aprilia?" tanya Dayana langsung.
"Di kamar, sedang aku kurung," jawab Vernando enteng.
"Astaga! Anak bodoh! Kenapa kau selalu memperlakukan dia seperti itu? Kalau dia mengadu pada kakekmu bagaimana?!" omel Dayana.
"Apa Ibu tahu di mana dia bekerja? Di rumah Yuka, Bu! Dia bekerja sebagai pengasuh Zio!" teriak Vernando frustrasi.
"Apa?!" Dayana terkejut mendengar pengakuan anaknya.
"Jadi, aku mengurungnya agar dia tidak bisa bekerja di tempat Yuka lagi," jelas Vernando.
"Bodoh! Kalau kau mengurungnya, Yuka akan curiga kenapa dia tiba-tiba menghilang. Untuk saat ini, biarkan saja dia bekerja," nasihat Dayana.
"Tapi, Bu..." Vernando mencoba membantah.
"Tidak ada tapi-tapi! Cepat bukakan pintu, kita akan memikirkan bagaimana caranya agar gadis itu dengan suka rela mengundurkan diri," perintah Dayana.
"Ck, baiklah," jawab Vernando malas, lalu mematikan panggilan. Dengan langkah berat, ia berjalan menuju kamar Aprilia dan membuka pintu.
Aprilia segera bangkit saat melihat pintu terbuka. "Terima kasih," ucapnya singkat, lalu bergegas keluar.
"Jika kau berani mengadu pada Yuka atau kakek, kamu akan tahu akibatnya!" ancam Vernando.
"Aku tahu," jawab Aprilia, menepis rasa takutnya. Kali ini, ia menatap mata Vernando dengan berani.
"Tundukkan kepalamu!" bentak Vernando.
"Aku tidak bersalah, untuk apa aku menunduk?" balas Aprilia, meski dengan nada ragu.
PLAKKKKKK
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Aprilia. Ia memegangi pipinya yang terasa panas, matanya mulai berkaca-kaca.
"Kalau kau membantah lagi, nenekmu yang akan merasakan akibatnya!" ancam Vernando, lalu pergi meninggalkan Aprilia yang terpaku.
Aprilia menghapus air mata yang belum sempat jatuh. Ia berjalan keluar kamar dengan langkah gontai.
"Non April," panggil Mbok Ratmi saat melihat Aprilia. Ia merasa rindu, meski baru sehari tidak bertemu karena kemarin Aprilia tidak pulang.
"Mbok," sapa Aprilia menghampiri Mbok Ratmi.
"Ayo makan dulu," ajak Mbok Ratmi dengan lembut.
"Nggak bisa, Mbok. Aku harus berangkat, Zio pasti sudah menunggu," tolak Aprilia halus.
"Tadi Mbok tidak sengaja dengar kamu bekerja di rumah Pak Yuka, ya?" tanya Mbok Ratmi hati-hati.
"Iya, Mbok. Dia yang pernah aku ceritakan, ternyata dia sepupu Vernando. Dunia memang sangat sempit," ujar Aprilia.
"Hehe, iya Mbok ingat, pantas saja kamu bilang dia tampan. Pak Yuka memang sangat tampan, tapi setelah kepergian Non Lizzie, dia semakin murung," kata Mbok Ratmi.
"Non Lizzie? Siapa dia, Mbok?" tanya Aprilia penasaran.
Mbok Ratmi terlihat gugup, lalu tersenyum canggung. "Nanti Mbok ceritakan, sekarang kamu berangkat kerja saja. Ini roti, untuk mengganjal perut kamu," ucap Mbok Ratmi, lalu mendorong Aprilia agar cepat berangkat.
Aprilia mengerutkan kening, merasa ada yang disembunyikan. Namun, ia tetap berjalan keluar mencari taksi karena sudah mulai terlambat.
***
Sesampainya di rumah Yuka, Aprilia mendapati Zio sudah rapi mengenakan seragam sekolah, duduk di meja makan bersama Yuka. "Maaf, Pak, saya terlambat," ucap Aprilia dengan napas tersengal.
Yuka mendongak, menatap wajah Aprilia, lalu tertegun melihat pipinya yang memerah. "Apa ada insiden pagi ini?" tanya Yuka dengan nada menyelidik.
"S...saya terjatuh di kamar mandi, Pak," jawab Aprilia berbohong, berusaha menutupi kejadian sebenarnya.
"Tapi, Kak April baik-baik saja?" tanya Zio dengan wajah khawatir.
"Iya, sayang, Kak April baik-baik saja," jawab Aprilia sambil tersenyum untuk menenangkan Zio.
Yuka bangkit dan berjalan menuju dapur. Tak lama kemudian, ia kembali membawa handuk kecil dan sebongkah es batu.
"Ini, kompres wajahmu. Jangan sampai Zio tahu kalau kamu habis ditampar," bisik Yuka pelan.
Aprilia membeku, terkejut bagaimana Yuka bisa tahu bahwa ia baru saja ditampar. Dengan ragu, Aprilia meraih es batu dan handuk kecil itu dari tangan Yuka, lalu sedikit menjauhkan diri. "Terima kasih, Pak," jawabnya canggung.
Yuka kembali duduk dan menatap Aprilia. "Duduklah, kamu belum makan, kan?" tanyanya dengan ekspresi datar.
"Iya, Kak April, ayo temani kita makan," ajak Zio dengan senyum ceria.
"Saya...." Aprilia menggantungkan kalimatnya.
"Duduk," ucap Yuka lirih, namun dengan nada yang tak terbantahkan.
Aprilia pun duduk dan ikut menikmati sarapan pagi itu. Hatinya sedikit menghangat. Selain Mbok Ratmi, ternyata ada orang lain yang peduli padanya.
Selama ini, hanya Mbok Ratmi dan Toni yang selalu diam-diam membantu dan menyemangatinya di rumah Vernando yang penuh hinaan dan hukuman.
 
                     
                    