Gendis baru saja melahirkan, tetapi bayinya tak kunjung diberikan usai lelahnya mempertaruhkan nyawa. Jangankan melihat wajahnya, bahkan dia tidak tahu jenis kelamin bayi yang sudah dilahirkan. Tim medis justru mengatakan bahwa bayinya tidak selamat.
Di tengah rasa frustrasinya, Gendis kembali bertemu dengan Hiro. Seorang kolega bisnis di masa lalu. Dia meminta bantuan Gendis untuk menjadi ibu susu putrinya.
Awalnya Gendis menolak, tetapi naluri seorang ibu mendorongnya untuk menyusui Reina, putri Hiro. Berawal dari menyusui, mulai timbul rasa nyaman dan bergantung pada kehadiran Hiro. Akankah rasa cinta itu terus berkembang, ataukah harus berganti kecewa karena rahasia Hiro yang terungkap seiring berjalannya waktu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika Ssi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Pengkhianatan Dua Kali
"Ndis, hati-hati!" teriak Hiro dari belakang punggung Gendis.
Gendis terus melangkah tanpa memedulikan kondisi jalanan. Beberapa mobil terpaksa mengerem secara mendadak akibat ulahnya. Hiro berulang kali membungkuk meminta maaf kepada para pengguna jalan.
"Ndis tolong tenanglah, aku akan mengantarkanmu kepada Reiki. Tapi, tidak sekarang!" Kali ini Hiro berhasil mencekal pergelangan tangan Gendis.
Gendis terpaksa menghentikan langkah. Dia memutar bola mata kemudian menggerakkan tubuhnya menghadap ke arah Hiro. Tatapannya seperti belati yang siap menikam Hiro ratusan kali sebagai balasan sakit hati.
"Bagaimana aku bisa tenang saat tahu orang yang selama ini bersamaku menyembunyikan banyak hal penting dariku! Kamu kejam! Kamu jahat!" ujar Gendis dengan suara bergetar.
"Reiki baru saja sadar dari koma. Jadi belum bisa diajak berkomunikasi dengan baik. Percuma kalau kamu mendesaknya sekarang. Itu akan membahayakan dirinya!" Hiro kali ini meninggikan suara.
Semua orang yang ada di sekitar keduanya langsung menoleh. Kini mereka menjadi pusat perhatian. Gendis langsung mengedarkan pandangan lepada orang yang kini menatapnya.
"Aku tidak peduli! Aku ingin menanyakan semuanya! Aku ingin memastikan apakah benar dia pria yang merenggut kehormatanku dan kabur setelahnya!" Gendis menatap tajam Hiro yang kini ada di hadapannya.
"Jadi, tolong bawa aku kepadanya, Hiro. Aku butuh memastikan hal itu." Kali ini Gendis menangkupkan kedua telapak tangan dan saling menggosokkannya.
Hiro menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. Dia juga mengusap wajah secara kasar karena tidak tahu lagi harus berbuat apa. Akhirnya Hiro mengangguk.
"Kalau begitu, ayo. Tapi, tolong jangan bersikap terlalu keras. Kakakku baru saja bangun dari koma." Bahu Hiro merosot sambil menatap sendu perempuan di hadapannya itu.
Keduanya pun kini melangkah bersamaan. Hiro menggandeng jemari Gendis dan kali ini perempuan tersebut tidak menolak. Meski sulit kembali percaya pada Hiro, tujuan Gendis kali ini adalah memastikan satu hal apakah Reiki benar-benar pria yang telah menidurinya setahun yang lalu.
Elevator membawa keduanya menuju ruang ICU pasien VIP. Begitu pintu benda itu terbuka, Gendis dan Hiro melangkah keluar bersamaan. Tenangnya lantai pasien VIP dirawat, membuat langkah keduanya terlalu bising dan memecah keheningan yang ada.
"Dia ada di dalam bersama Yumi. Ingat, di dalam ada Yumi, jadi bicara baik-baik. Tolong kendalikan emosimu."
Gendis mengangguk pelan, Hiro membuka pintu perlahan. Sontak Yumi dan Reiki menoleh ke arah mereka. Gendis melangkah masuk, dan mendekati Reiki yang masih terbaring di atas brankard.
Lelaki tersebut tersenyum miring. Namun, dari sorot matanya ada sekelumit kekhawatiran. Entah apa yang kini sedang dipikirkan oleh Reiki.
"Untuk apa kamu ke sini?" tanya Yumi dengan tatapan dingin dan suara dengan emosi yang ditahan.
"Aku ingin bicara dengan dia." Tatapan Gendis tak lepas dari Reiki.
"Rei, apa kamu mengenalnya?" tanya Yumi sambil menoleh ke arah sang suami.
"Aku ... tidak begitu mengenalnya. Tapi kami pernah bertemu sekali." Suara Reiki masih lemah, tetapi terdengar lebih jelas daripada sebelumnya.
Yumi beranjak dari kursi dan memberikan ruang kepada Gendis. Perempuan tersebut tidak pergi meski Hiro menarik lengannya agar mau keluar dari sana. Gendis masih menatap Reiki dengan jemari mengepal di atas paha.
"Keluarlah jika tidak ingin sakit hati karena mengetahui kelakuan suamimu." Suara Gendis dingin dengan tatapan tak lepas dari Reiki.
"Aku istrinya, jadi aku akan menerima semuanya! Apa pun itu!" seru Yumi sambil melipat lengan di depan dada.
Hiro yang ingin memberikan ruang kepada mereka memilih untuk mundur, tetapi tetap berada dalam ruangan tersebut. Gendis menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan melalui mulut. Dia berusaha mengontrol emosinya.
"Kenapa malam itu langsung pergi? Kamu yang menghampiriku, menawarkan minuman, dan kita berakhir di atas ranjang hotel." Suara Gendis sedikit bergetar ketika kembali mengorek keping ingatan masa lalunya.
"Mana mungkin Reiki ...." Suara Yumi menggantung di udara karena Gendis tiba-tiba menoleh dan menempelkan telunjuk pada permukaan bibir.
"Aku tidak sedang bicara denganmu. Aku hanya ingin bicara dengan dia." Gendis kembali menoleh ke arah Reiki.
"Aku ... takut jika tetap di sana situasi menjadi semakin rumit. Jadi, aku memilih untuk pergi karena sudah memiliki istri. Kamu hanya satu dari sekian banyak wanita yang berusaha mengejarku padahal aku ini pria beristri."
Gendis terkekeh hingga bahunya bergetar. Namun, tak lama berselang tawanya berhenti berganti dengan tatapan tajam. Rahang perempuan tersebut mengeras seketika.
"Aku mengejarmu? Apa tidak salah? Bukankah situasi yang terjadi justru sebaliknya? Aku ingin memastikan lagi kalau aku tidak salah orang seperti kemarin." Gendis tiba-tiba berdiri, lalu membukan kancing baju Reiki secara kasar.
"Apa yang kamu lakukan!" terika Yumi sambil berusaha menghentikan Gendis.
"Diamlah! Dalam masalah ini kamu hanya orang luar!" seru Gendis sambil terus berusaha membuka satu per satu kancing baju Reiki.
Ketika berhasil membuka setengah bagian baju, Gendis menariknya paksa sehingga tampak sebuah tanda lahir berbentuk hati merah muda pada dada Reiki. Ya, hal itu membuktikan bahwa kali ini dia tidak keliru. Gendis langsung mendaratkan sebuah tamparan pada pipi Reiki karena tak mampu lagi membendung emosi.
Hiro tak tinggal diam sekarang. Meski dia mendukung Gendis, kondisi Reiki juga harus dipikirkan. Lelaki tersebut mendekap tubuh Gendis dan membawanya keluar dari sana.
"Lepaskan aku Hiro! Dia orangnya! Dia yang menghancurkan hidupku! Ke mana kamu bawa putriku! Di mana dia sekarang!"
Hiro memeluk Gendis semakin erat dan membawanya keluar dari ruangan tersebut. Lelaki itu mengusap lembut punggung perempuan tersebut. Gendis perlahan menjadi lebih tenang, amarahnya berganti dengan isak tangis.
"Kenapa Tuhan nggak adil? Kenapa setelah penderitaan ini aku harus kehilangan jejak anakku! Siapa yang membawanya! Jika memang dalam rekam medis putriku dibawa ayahnya, pasti Reiki yang membawanya! Tapi sekarang di mana anakku! Dimana!" teriak Gendis histeris.
Hiro merasa hatinya begitu teriris ketika mendengar tangisan Gendis. Dia terus mengusap puncak kepala Gendis.
"Ndis, aku akan menunjukkan sesuatu kepadamu. Tapi kamu tenang dulu, ya? Kita bicara di mobil." Hiro menggenggam kedua lengan atas Gendis.
Perempuan tersebut menatap Hiro. Dia berusaha meneliti sorot mata lelaki tersebut. Apakah ada kebohongan lain atau tidak, tetapi sorot mata Hiro kali ini penuh dengan kejujuran.
Akhirnya Gendis mengangguk dan keduanya keluar dari rumah sakit. Hiro belum mengendarai mobilnya dan memilih untuk menunggu Gendis menjadi jauh lebih tenang. setelah memastikan kondisi perempuan itu stabil, Hiro mengeluarkan sebuah dokumen dan menyodorkan kepadanya.
"Itu berkas adopsi Reina. Maaf jika belum sempat memberitahumu, aku tadi ingin memberikannya kepadamu. Tapi, tiba-tiba Yumi menelepon dan mengabarkan bahwa Reiki sadar."
Gendis tak lagi menanggapi. Kini dia membuka dokumen itu lembar demi lembar. Matanya terbelalak ketika mendapati tanda tangan yang tertera di sana.
"Kenapa nama Ayaka ada di sini?" Gendis menatap Hiro sambil menunjuk nama serta tanda tangan sang sahabat yang dibubuhkan di sana.
Semua bersumber dari otak jahat Reiki