NovelToon NovelToon
Bunga Kering Vs. Narsistik Gila

Bunga Kering Vs. Narsistik Gila

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pembaca Pikiran / Pelakor jahat
Popularitas:859
Nilai: 5
Nama Author: Tri Harjanti

Jarang merasakan sentuhan kasih sayang dari suami yang diandalkan, membuat Mala mulai menyadari ada yang tidak beres dengan pernikahannya. Perselingkuhan, penghinaan, dan pernah berada di tepi jurang kematian membuat Mala sadar bahwa selama ini dia bucin tolol. Lambat laun Mala berusaha melepas ketergantungannya pada suami.
Sayangnya melepas ikatan dengan suami NPD tidak semudah membalik telapak tangan. Ada banyak konflik dan drama yang harus dihadapi. Walaupun tertatih, Mala si wanita tangguh berusaha meramu kembali kekuatan mental yang hancur berkeping-keping.
Tidak percaya lagi pada cinta dan muak dengan lelaki, tetapi jauh di dasar hatinya masih mengharapkan ada cinta tulus yang kelak melindungi dan menghargai keberadaannya di dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Harjanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bingung Setengah Gila

Tujuh hari sudah, Mala dan anak-anak tinggal di rumah orang tua Mala. Menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan acara untuk mendoakan Almarhumah Mama Mala.

Sedikit pun tak tampak batang hidung Bram selama tujuh hari itu. Membuat tetangga berkasak-kusuk dan sekali lagi Mala dibuat Malu atas ulahnya.

Ketika ditemui di rumah, saat Maya mengantar makanan, katanya Bram enggan datang karena baru pulang kerja. Selalu saja begitu.

Mala mencoba menegurnya. Sebab ayah Mala juga mendesak agar Bram menunjukan diri sebagai pihak keluarga yang masih berkabung. Tapi tentu saja, Bram berdalih dengan seribu alasan.

Sampai akhirnya seminggu berlalu dan Bram mulai bosan ditinggal sendirian di rumah.

Sering menggunakan Mia untuk menyampaikan maksud kekesalannya karena Mala terlalu lama di rumah ayahnya. Bram mulai mengancam untuk pergi saja di rumah karena merasa diabaikan, bertindak manipulatif pada Mia—yang belum mengerti—dengan mengatakan mereka lebih wajib menemani Papah daripada Kakek karena Papah-lah yang mencari nafkah untuk mereka.

Mendengar cerita itu dari anak-anak, Mala ingin menyerah dengan sifat Bram. Namun, kurang lebih yang dihadapi Mala di rumah ayahnya juga sama. Ayah yang terus mengoceh betapa kurang ajarnya Bram. Tapi ocehannya ditemani kepulan asap rokoknya yang membuat Mala sesak.

Bukankah Ayah sama egoisnya dengan Bram? Mereka berdua saling menjelek-jelekkan satu sama lain. Membuat Maya, Moya dan Mia merasa bersalah di antara keduanya. Antara Kakek yang selalu beralasan kesepian jika cucunya tak bersamanya, dan juga Papah mereka yang mengancam tak mau pulang ke rumah kalau ditinggal terus.

Belum lagi Bram selalu menggunakan uang sebagai alasan.

"Nggak penting aku hadir di pertemuan warga, yang penting kan ada uangnya untuk setoran bulanan."

Atau kadang Bram juga mengatakan dengan sindiran, "Minta duit ke bapakmu saja, Mala. Itu pun kalau dia ada. Bukannya selama ini dia bergantung pada Mama? Dan Mama di usia lanjutnya telah bergantung padamu. Itu artinya, Ayah juga bergantung pada uangku."

Celotehan Bram hanya Mala dengarkan. Menjelaskan macam apa pun juga percuma. Bram hanya mau dengar apa yang ia ingin dengar.

Akhirnya setelah melalui drama prengat-prengut Bram, dan mengatasi celotehan ayah Mala yang kini tinggal sendirian ... Mala dan anak-anaknya kembali ke rumah.

Tentu saja sindiran yang dialami Mala tak berhenti di situ saja, kali ini ia harus menghadapi sindiran tetangga yang tanpa tahu duduk perkaranya langsung berkomentar memerintah.

"Mala kasihan ayahmu tinggal sendiri, daripada kamu bolak balik nganter makanan.. kalian tinggal saja dengannya."

Atau ada yang menyindir ....

"Seorang ayah bisa membesarkan putrinya tanpa pamrih, tapi belum tentu seorang anak bisa merawat ayahnya di hari tua."

dan entah apa lagi ....bukan main banyaknya kalimat menohok yang dirasakan Mala.

Huh, tahu apa mereka tentang ayahku? Ayah yang selalu mengandalkan Mama, dan setelah Mama tiada dia memainkan drama kasihan dengan amat baik. Menjadikan aku terpojok, padahal rumor mengenai Bram telah beredar di antara warga ... sungguh tak mungkin bila Ayah tak tahu. Namu, Ayah seakan menutup mata, menutup telinga. Setelah lelah sibuk mengoceh, ia kembali meminta uang untuk membeli rokok.

***

Mala sedang sibuk membuat video produk. Namun, kesibukannya dicemooh oleh Bram. Jangan harap Bram akan membiarkan pekerjaan Mala lancar. Bagi Bram waktu yang dihabiskan Mala untuk membuat konten hanyalah waktu terbuang sia-sia.

Padahal keuangan Mala sebagian besar disumbangkan oleh konten-konten yang ia buat. Selain menjadi ilustrator tentunya. Tetap saja, semuanya Mala lakukan diam-diam. Sama sekali tak ada keinginan menunjukkan dirinya kepada orang-orang—terutama keluarga Bram—jika diri Mala juga bekerja menghasilkan uang. Tidak menjadi lebih baik, paling makin menjadi-jadi meminta dibelikan barang ini, barang itu.

"Kamu menghasilkan uang dari konten-kontenmu itu?" tanya Bram memperhatikan gerak-gerik Mala dari belakang.

Mala melirik Bram yang berkacak pinggang. "Sedikit!" ujarnya.

"Baguslah, kalau sudah banyak tak perlu minta uangku lagi," sungut Bram.

Kali ini Mala menghentikan kegiatan merekam video. "Bukannya sudah kewajiban kepala keluarga memberi makan keluarganya?" tanya Mala penuh arti.

"Hah?? Lihatlah ayahmu?? Memangnya ia berfungsi sebagai kepala keluarga?"

Mata Bram melotot. Lubang hidungnya kembang kempis. Seperti itu memang kebiasaannya saat bernafsu adu argumen.

Mala sebetulnya lelah, tak ingin menanggapi. Hanya ingin fokus merampungkan pekerjaan agar cepat menghasilkan lebih banyak cuan.

Untuk menghindari berdebat sengit dengan Bram, dimana Bram adalah orang yang selalu beranggapan orang lain yang salah ... Mala segera melangkah ke dapur.

Baru juga meneguk segelas air, penglihatannya malah salah fokus dengan tas pinggang Bram yang kini sedang dimainkan Mia di atas meja dapur.

"Mia, sedang apa mau, Nak?" Mala was-was menghampiri Mia. Isi tas Bram berantakan. Mala khawatir Bram akan menuduh dirinya.

"Sudah, mainannya sayang, ini milik Papah."

Mala mencoba merayu Mia agar berhenti mengobrak-abrik tas pinggang warna hitam itu.

Mia mematuhi, tanpa melawan langsung pergi meninggalkan Mala di dapur—sendirian.

Mulai merapikan isi tas Bram satu per satu. Mata jeli Mala menangkap sesuatu. Secarik kertas bukti pembayaran hotel tertangkap kedua mata Mala yang seketika berubah sendu.

Mengambilnya dan mendekatkan secarik kertas itu, dekat sekali dengan wajahnya. Mengamati saksama, kemudian ada pedih yang datang menyusup.

"Ini adalah tanggal yang sama dengan hari meninggalnya Mama," gumam Mala tak percaya.

Sudah tahu Bram menyembunyikan sesuatu di luar rumah, kecurigaan terbesar adalah Bram bermain wanita. Tetapi, rasanya masih ingin mempercayai jika Bram tak mungkin tega menyakiti hati Mala di hari Mala kehilangan ibunya.

Dan kini ... Mala membuktikan bahwa Bram memang tega ... Lebih dari yang ia pikirkan.

***

Bram memasuki dapur, setelah Mala tak menyahut ketika dipanggil. Menemukan Mala termenung menatap secarik kertas. Di hadapannya, tergeletak tas pinggang hitam milik Bram.

"Kamu bongkar-bongkar isi tasku???"

Bram berlagak marah. Membentak Mala supaya Mala tak lebih marah. Bram tahu, Mala pasti baru saja menemukan sesuatu. Diamnya Mala membuat Bram bergidik.

"Jangan seenaknya buka isi tas orang lain, kalau kamu sedih jangan salahin aku!"

"Ka-kamu ... masih sempat berkencan di hari Mama meninggal?" Mala tergagap.

Mata nanar memandang Bram. Mala sedang tidak cemburu, dia sudah lewat ... sangat lewat untuk merasa cemburu lagi. Yang ada kini, hanya endapan kecewa yang makin lama makin menciptakan mati rasa.

"Ke-kenapa harus di hari itu," isak Mala.

Mata Bram menerawang, kali ini Bram tak bisa mengelak.

"Aku juga nggak mau, Mah ... kamu sih nggak tahu perjuanganku mencari uang!" keluh Bram tanpa rasa malu.

Dan lagi ...lagi ... membawa-bawa uang sebagai pembelaan dirinya.

Mala menelungkupkan wajahnya ke meja. Dia tak tahu lagi harus menjawab bagaimana.

...****...

1
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
Nurika Hikmawati
Semangat terus ya Mala... kamu pasti biaa bngkit
Nurika Hikmawati
gantian coba kamu yg di rumah Bram!
Nurika Hikmawati
ceritanya bagus, penulisannya enak dibaca.
Nurika Hikmawati
kasihan sekali mala... sabar ya mala
Nurhikma Arzam
agak seram ya boo
Nurhikma Arzam
curiga sama bram asem
Janti: emang asem sie dia
total 1 replies
Nurhikma Arzam
kereen nih semangat thor
Janti: makasih yaa
total 1 replies
Meliora
🥺 Drama ini sukses membuat saya terharu.
Janti: Makasih yaa👍
total 1 replies
Dulcie
Kisahnya bikin meleleh hati, dari awal sampai akhir.
Janti: makasih kk udah mampir👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!