JODOH DI TANGAN ORTU

"Nau, kamu kenapa dari tadi ngelamun aja?" tanya Ima

Naura menggeleng, "gapapa, bu."

"Kamu jangan bohong sama ibu, ibu tau kapan kamu berkata jujur dan enggaknya, ayo cerita sama ibu kamu kenapa?"

"Naura mau tanya satu hal sama ibu, tapi ibu jawab jujur ya?"

Wanita paru baya itu menganggukan kepalanya. "Mau tanya apa?"

"Apa Naura anak kandungnya ibu sama ayah? Terus nama Naura siapa yang asli, Mala atau Naura bu?"

Ima terdiam seribu bahasa ia tak bisa mengatakan sepata kata 'pun, hari ini hari yang selama ini ia takutkan akhirnya terjadi. Melihat ibunya tak menjawab Naura kembali membuka suara.

"Ibu denger Nau 'kan? Jadi nama Naura sebenarnya siapa bu? Terus ibu sama ayah orang tua kandung Naura 'kan? Semua yang dikatakan anak kota tadi, gak bener 'kan bu? Hiks.." tangis Naura pecah kala itu juga

"Hiks.. Nau takut bu, Naura takut hiks.. Nau sayang sama ibu ayah ..." tangis Naura pecah di dalam dekapan ibunya

'Ibu lebih takut Nau.. Ibu takut kehilangan kamu, ibu gak bisa bayangin kalo kamu sudah mengingat semuanya ...'

"Loh, kenapa anak gadis ayah nangis?" ustadz Adam datang menghampiri anak dan istrinya yang tenga berpelukan

"Gapapa yah, Naura cuma pengen nangis aja dipelukan ibu ..." titah Naura sembari menyerkah air matanya sendiri

Tok.. Tok.. Tok..

"Assalamualaikum, kak Naura!" pekik Alif diluar rumah Naura

"Sayang di depan ada yang teriak-teriak panggil kamu," ucap ustadz Adam

"Biarin aja yah, Naura masih mau peluk ibu!" Naura semakin mengeratkan pelukannya pada ibunya, matanya pun ia pejamkan.

"Gak boleh gitu Nau, mungkin itu temen kamu ada perlu, sekarang kamu samperin nanti setelah selesai boleh peluk ibu lagi ..." tutur Ima sembari mengelus punggung Naura

"Iya, Naura samperin."

Ceklek!

Pintu rumah 'pun terbuka oleh anak pemilik rumah, tentunya Naura lah orangnya. Sebuah senyuman yang lama telah hilang kembali terbit di bilah bibir salah satu pemuda laki-laki saat melihat gadis yang berada di ambang pintu.

"Mal—Naura.." Rakha hampir saja kembali salah sebut nama

"Kamu lagi, kenapa lagi kesini? Mau mesum lagi?!" terlihat jelas raut wajah tak suka Naura

"Aku mau ngobrol sama ustadz Adam ada gak?" ucap Rakha dengan menarap lekat Naura

'Mata itu, milik istriku.'

"Gak ada!" Naura sengaja berbohong agar anak kota tersebut pulang, namun sialnya ayahnya malah keluar rumah.

"Ada apa ini, sayang?" tanya ustadz Adam yang kini berdiri di samping Naura. "Ini kenapa temen-temennya gak di ajak masuk?"

"Mereka bukan temen Naura, yah, lagian ayah 'kan bilang sama Naura gak boleh ajak laki-laki bukan mahram masuk ke rumah." ucap Naura sebelum berlalu, ia pergi dengan menghentak-hentakan kakinya.

Rakha terkekeh melihat tingkah Naura, persis seperti Mala ketika sedang marah pasti menghentak-hentakan kakinya.

"Maafin Naura ya? Kalo boleh tau kalian siapa? Buka orang sini ya?"

Keempatnya mengangguk dengan kompak. "Kita berempat anak kota ustadz, kita disini sebagai siswa pertukaran sekolah." jelas Rakha yang di beri anggukan oleh sang empuh

"Kalo boleh tau tujuan kalian kesini mau apa? Ada urusan sama Naura atau siapa?"

"Saya mau ngobrol sama ustadz, ada yang mau saya tanyain." titah Rakha

Ustadz Adam terdiam sejenak hingga kembali bersuara. "Kita ngobrolnya di dalam saja.."

Rakha ikut masuk sementara ketiga sahabatnya menunggu di luar.

...****...

"Naura! Bikinin minum buat temenmu!" ucap Ima setenga berteriak

"Iya, ibu!" saut Naura dari dalam kamarnya

"Jadi gak enak nih bu, ngerepotin." tutur Rakha

"Gapapa, lagian Nauranya cuma rebahan aja di kamar."

"Oh iya nak, apa yang ingin kamu tanyakan tadi?"

Rakha menarik napas dalam-dalam sebelum mengatakan maksud tujuannya datang kesana. "Gini ustadz, tujuan saya kesini mau tanya apakah Naura itu benar anak kandungnya ustadz?"

Deg!

Bagaikan di sambar petir di siang bolong, Ima selaku ibu dari Naura kembali di kejutkan atas pertanyaan pemuda di depannya saat ini, persis seperti pertanyaan Naura beberapa saat lalu.

"Iya, Naura anak kandung kami." bukan ustadz Adam yang menjawab melainkan Ima selaku istrinya.

"Kalo boleh tau kenapa nak Rakha menanyakan soal itu?" ucap ustadz Adam

Rakha 'pun menceritakan insiden yang menimpanya tujuh bulan yang lalu dimana ia harus kehilangan istrinya pada saat itu. Awalnya ustadz Adam dan istrinya terkejut dengan penuturan Rakha yang mengatakan bahwa ia adalah suami dari Naura namun Rakha menjelaskan kalo mereka dijodohkan dan bahkan bukan hanya mereka tapi ketiga sahabatnya diluar juga dijodohkan.

"Jadi kamu keluarganya Naura?"

"Iya ustadz, tapi dugaan saya salah ternyata Naura cuma mirip dengan Mala. Saya minta maaf sudah lancang kalo gitu saya permisi ustadz ..." ucap Rakha sembari bangkit

"Tunggu nak Rakha, Naura bukan lah anak kandung kami. Tujuh bulan ada pemuda yang mengaku bahwa dia saudara dari Naura, dia meminta kami membawa Naura jauh karena katanya mereka akan dibunuh." ustadz Adam menceritakan awal mula ia menemukan Naura

'Kurang aja, senjaaa'

Disisi lain, teman-teman Rakha sudah bosan menunggu Rakha yang tak kunjung keluar padahal sudah 2 jam mereka menunggu.

"Ck! Ngapain aja sih Rakha? Lama banget!" kesal Zayyan

"Gue curiga kalo dia lagi makan-makan nih." timpal Eby

"Mungkin Rakha masih menjelaskan semuanya, jangan berpikir buruk dulu tar dosa lo.." Afan yang sedari tadi diam kini angkat suara

"Wah sejak kapan seorang Afan sang pendosa akut jadi mendadak sok alim gini?" ucap Zayyan yang langsung mendapatkan delikan oleh Afan

Bugh!

"Aw, aku kebelet eek ..."

Afan memutar bola matanya Malas.

"Gak asik lu fan, Eby mending kita cari angin aja yok? Bosen disini terus, apalagi deket Afan yang marah mulu kayak cewek lagi pms."

Eby mengangguk. "Ayo, Fan lo gak mau iku keliling?"

"gak!"

"Yaudah kalo gitu kita cabut, kalo Rakha udah keluar telpon aja." ucap Eby sebelum berlalu

"Ck, iya, bawel banget." kesal Afan. "Mending kalian berdua buruan pergi sebelum sendal gue melayang ke muka jelek kalian."

Zayyan serta Eby langsung pergi kala melihat Afan melepaskan sendalnya, setelah kepergian kedua sahabatnya Afan ikut pergi juga kala merasa bosan menunggu Rakha tak kunjung keluar juga. Afan keliling sembari menikmati udara sore yang segar, ia melihat Alif yang tenga bermain dengan teman-temannya. Tadi setelah menghantar mereka bocah itu pamit untuk bermain sama teman-temannya yang rumahnya disebelah rumah Naura.

"Kak Afan mau kemana?" pekik Alif

"Keliling aja, lif, cari angin!" balas Afan

Afan kembali melanjutkan langkah kakinya, namun tak lama dari itu langkahnya kembali terhenti kala melihat seseorang yang tak asing baginya.

Deg.

"Dia?"