NovelToon NovelToon
Pemburu Para Dewa

Pemburu Para Dewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sistem / Kelahiran kembali menjadi kuat / Akademi Sihir / Harem / Elf
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ex_yu

Mati sebelum kematian, itulah yang dirasakan oleh Jeno Urias, pria usia 43 tahun yang sudah lelah dengan hidupnya. keinginannya hanya satu, mati secara normal dan menyatu dengan semesta.

Namun, Sang Pencipta tidak menghendakinya, jiwa Jeno Urias ditarik, dipindahkan ke dunia lain, Dunia Atherion, dunia yang hanya mengenal kekuatan sihir dan pedang. Dunia kekacauan yang menjadi ladang arogansi para dewa.

Kehadiran Jeno Urias untuk meledakkan kepala para dewa cahaya dan kegelapan. Namun, apakah Jeno Urias sebagai manusia biasa mampu melakukannya? Menentang kekuasaan dan kekuatan para dewa adalah hal yang MUSTAHIL bagi manusia seperti Jeno.

Tapi, Sang Pencipta menghendaki Jeno sebagai sosok legenda di masa depan. Ia mendapatkan berkah sistem yang tidak dimiliki oleh siapa pun.

Perjalanan panjang Jeno pun dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ex_yu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32. Penakluk Wyvern (2).

Bab 32. Penakluk Wyvern (2).

Jeno menatap Luna dengan intensitas yang membuat udara terasa berat. "Aku akan membangun sesuatu yang belum pernah ada di dunia ini. Sebuah organization di mana loyalty bukan sekadar pilihan, tapi takdir. Dan kau, Luna..."

Ia berhenti sejenak, membiarkan suspension menggantung di udara.

"Kau akan menjadi mentor bagi siapa saja yang memilih untuk mengikutiku."

Mata biru Luna menyala dengan antusiasme yang hampir seperti anak kecil. "Aku akan dengan senang hati menjadi mentor mereka, Tuan. Akan kuajarkan mereka arti dari loyalitas sejati."

Kemudian, Jeno dan Luna mulai mengumpulkan sumber daya alam di dalam gua, seperti mithril murni yang akan menjadi foundation untuk equipment tingkat tinggi yang akan mereka perlukan di masa depan. Namun aktivitas mereka terganggu oleh suara yang tidak seharusnya ada di tempat yang berbahaya.

BOOM! CRASH! ROAAAAAR!

Suara ledakan sihir yang sangat kuat dan raungan makhluk yang putus asa bergema dari luar gua, membuat dinding-dinding bergetar dan stalaktit kecil jatuh dari langit-langit.

Jeno tiba-tiba menghentikan langkahnya dengan. Ia menoleh ke arah Luna, yang wajahnya kini mulai berubah menjadi kekhawatiran.

"Ini bukan ledakan biasa," gumam Jeno dengan nada yang sarat dengan implikasi. "Ada pertarungan besar yang sedang terjadi di luar."

Mereka berdua saling bertatapan, sebuah komunikasi silent antara dua jiwa yang telah mengembangkan kepercayaan mendalam satu sama lain. Dalam mata mereka masing-masing, kesimpulan yang sama terbentuk: Tim Serigala Pemburu mungkin dalam bahaya.

Tanpa perlu diskusi lebih lanjut, Jeno berlari menuju mulut gua dengan kecepatan yang luar biasa, disusul oleh Luna yang menjaga ketenangannya meskipun ketegangan jelas terlihat di wajahnya.

Begitu Jeno dan Luna keluar dari gua, pandangan mata langsung disambut oleh pemandangan yang akan terukir dalam memorinya untuk selamanya.

Puluhan Wyvern memenuhi langit dengan formation yang menunjukkan kecerdasan taktis yang mengerikan. Beberapa menukik dengan ketepatan yang mematikan menghantam pasukan Kerajaan Lumina yang dalam formasi bertahan. Para prajurit berzirah kerajaan, yang seharusnya adalah pasukan elit, kini tampak seperti anak-anak yang terjebak dalam badai.

Pedang dan tombak mereka adalah senjata terbaik yang bisa disediakan oleh perbendaharaan kerajaan, tapi senjata mereka hanya mampu menciptakan luka sementara yang sembuh dalam hitungan detik. Ini bukan pertempuran yang adil, tapi ini adalah pertempuran dalam kesia-siaan yang perlahan membuat mereka gila.

Di tengah kekacauan yang mengguncang tanah dan langit, Putri Eleanor Cedric Guinevere berdiri tegak dengan kewibawaan seorang bangsawan sejati, meski situasinya begitu putus asa. Zirah emas putih yang dikenakannya masih bersinar berkat sihir ilahi, namun retakan-retakan kecil mulai tampak di permukaannya, mengingatkan bahwa bahkan perlindungan terbaik pun memiliki batas. Tangan kirinya mencengkeram erat tameng berlambang singa suci yang telah penyok di beberapa tempat, sementara tangan kanannya masih memegang pedang bercahaya, meski cahaya suci itu mulai meredup sedikit demi sedikit.

Di sisinya, Sir Kaiden, kesatria yang telah mendedikasikan hidupnya demi Kerajaan Lumina, berjuang dengan keputusasaan yang mulia. Zirah perang peraknya ternoda darah dan debu, pedang panjangnya bergerak dengan presisi yang hanya bisa didapat dari puluhan tahun pelatihan. Namun setiap serangan yang mengenai sasaran hanya memberi kepuasan sesaat, karena luka-luka musuh langsung pulih seolah tak pernah terjadi.

Lady Mireille, tetap anggun di tengah kekacauan, menari dengan pedang petirnya. Setiap ayunan adalah puisi kehancuran yang sempurna, namun karena lawan mereka kebal terhadap serangan fisik maupun sihir, membuatnya kelelahan sendiri, dan perlahan-lahan mulai putus asa.

Di belakang garis pertahanan yang mulai runtuh, Amelia Silverleaf berdiri dengan frustasi yang nyaris berubah menjadi kegilaan. Tongkat sihirnya bergerak dengan energi yang liar, melepaskan mantra es dan api bertubi-tubi. Tombak-tombak es yang seharusnya bisa membekukan naga dewasa, bola api yang seharusnya meluluhlantakkan benteng baja, tapi semuanya hanya menimbulkan gangguan sementara bagi musuh yang mampu beregenerasi dari hampir segala bentuk luka.

"Mengapa mereka tidak mati?!" teriak Amelia dengan suara pecah karena tekanan dan ketidakpercayaan. "Ini bertentangan dengan semua hukum sihir yang pernah ada!"

Teriakan frustasinya menggema di medan perang, menangkap keputusasaan yang perlahan menjangkiti seluruh pasukan.

Saat salah satu Wyvern, makhluk sebesar bangunan kecil, menyemburkan geyser api dengan panas yang bisa melelehkan baja ke arah kereta kerajaan, Putri Eleanor tak ragu melemparkan dirinya ke jalur kehancuran. Tameng sucinya berhasil menangkis sebagian besar serangan, namun dampaknya cukup kuat untuk melemparkannya sejauh lima meter. Tubuhnya menghantam tanah dengan suara menghentak yang mengerikan.

Para prajurit yang menyaksikan putri kebanggaan mereka, simbol harapan dan stabilitas, terhempas seperti itu, mulai kehilangan ketenangan yang telah ditanamkan selama bertahun-tahun pelatihan.

Dan pada saat itulah, di antara gemuruh pertempuran, terdengar suara yang tenang namun membawa wibawa yang tak terbantahkan.

"Serangan mereka monoton," ucap Jeno, dengan suara yang entah bagaimana terdengar jelas di tengah kekacauan. "Dan kekuatan regenerasi mereka… berasal dari kristal merah di dada setiap Wyvern."

Pengamatan yang sederhana dari pengalaman sebelumnya, namun disampaikan dengan keyakinan mutlak, cukup untuk membuat setiap mata di medan perang menoleh ke arah sumber suara.

Semua tatapan beralih ke sosok yang berdiri di atas tebing berbatu, siluetnya terpahat jelas di bawah langit dramatis yang dipenuhi monster terbang.

Amelia, yang tubuhnya basah oleh keringat dan hampir tenggelam dalam keputusasaan, menoleh seperti boneka yang bergerak otomatis. Matanya membelalak lebar saat melihat pemuda berpakaian hitam dengan lencana petualang peringkat B yang bersinar di dadanya, sosok pria muda yang tak lepas dari pikirannya sejak pertemuan pertama mereka.

"Itu dia...!" seru Amelia, suaranya tercampur antara lega, gembira, dan sesuatu yang lebih rumit.

Putri Eleanor, meski masih memulihkan diri dari dampak benturan, ikut menoleh. Mata birunya menyipit, memancarkan perpaduan antara kecurigaan dan harapan yang teramat putus asa, tapi ada kecurigaan karena kemunculannya terlalu tepat waktu, harapan karena mereka jelas membutuhkan keajaiban.

Jeno berdiri di tepi tebing dengan postur santai namun penuh kendali. Di belakangnya, Luna muncul dalam wujud aslinya sebagai Lupharion, makhluk dengan kecantikan tak nyata, namun menyimpan aura predator yang cukup kuat membuat beberapa kuda-kuda kerajaan meringkik gelisah.

Tanpa membuang waktu untuk penjelasan, Jeno mengangkat tangan kanannya ke arah langit yang dipenuhi pasukan musuh.

"Angelina," ucapnya dengan nada santai, seolah sedang memesan teh, bukan memulai dominasi atas puluhan predator puncak, "gunakan Ark of Obedience dan Soulbound Containment Sphere."

Respon dari sistem datang seketika, bekerja sesuai dengan pikiran tuannya.

Dari udara kosong, puluhan Ark of Obedience muncul di atas kepala setiap Wyvern: kalung hitam keemasan dengan simbol rantai surgawi, langsung melingkari leher makhluk-makhluk buas yang beberapa detik lalu masih menjadi kekuatan penghancur tak terbendung. Artefak-artefak itu bekerja dengan efisiensi dingin dan mekanis, mengubah predator ganas menjadi jinak dalam hitungan detik.

Secara bersamaan, Jeno menggenggam Soulbound Containment Sphere, bola kristal transparan yang ukurannya tampak kecil, namun menyimpan kekuatan yang luar biasa. Wyvern-Wyvern yang telah tunduk, yang amarah dan nafsu membunuhnya telah tergantikan oleh ketaatan mutlak, langsung tersedot ke dalam bola itu melalui pusaran cahaya yang memesona dan sekaligus mengerikan.

Cahaya ungu dan biru menyelubungi Jeno dengan intensitas yang membuat udara bergetar, dan tanah di bawah kakinya retak membentuk pola geometris. Efek visualnya spektakuler, namun yang lebih menggetarkan adalah bukti pengendalian mutlak atas kekuatan yang sebelumnya tampak tak terkalahkan.

Kemudian, dalam unjuk kekuatan yang dirancang untuk dampak psikologis maksimal, tiga Skorax Wyvern muncul di atas Jeno dan mendarat di belakangnya dengan gerakan anggun penuh penyerahan total. Disusul oleh puluhan Wyvern biasa yang baru saja ditaklukkan, makhluk-makhluk yang sebelumnya menebar teror kini berdiri dalam formasi sempurna, menanti perintah dari tuan mereka yang baru.

Dalam sekejap, medan perang terdiam dalam kesunyian mutlak.

Wyvern yang sebelumnya liar dan mematikan, makhluk-makhluk yang hampir menggiring seluruh pasukan ke jurang kematian, kini berdiri di belakang Jeno Urias, layaknya pasukan kehormatan dengan kesetiaan yang tak diragukan.

Sebagai pernyataan akhir, Wyvern-Wyvern itu mengeluarkan raungan serempak yang mengguncang langit dan membuat tanah bergetar. Namun ini bukan raungan kebuasan, melainkan deklarasi kesetiaan. Pernyataan bahwa hierarki baru telah tercipta.

Putri Eleanor, Amelia Silverleaf, Sir Kaiden, Lady Mireille, dan seluruh pasukan Kerajaan Lumina hanya bisa menatap dengan rahang menganga. Pikiran mereka berjuang memproses apa yang baru saja terjadi.

Di mata mereka, Jeno Urias telah berubah dari seorang petualang misterius menjadi sesuatu yang jauh lebih besar, dan mungkin jauh lebih berbahaya dari iblis.

Berdiri di tepi tebing, didampingi Lupharion, dan dikelilingi puluhan makhluk yang sebelumnya tak terkalahkan, diterangi cahaya matahari sore yang menembus debu dan puing-puing pertempuran yang baru saja usai, Jeno tampak seperti sosok dari legenda yang melangkah ke dunia nyata.

Dan dalam keheningan yang menggantung berat di udara, satu pikiran menyelinap ke benak semua orang yang hadir: Segalanya telah berubah.

1
black swan
...
Kang Comen
Udh OP malah gk bisa terbang ????
Situ Sehat ??!
Kang Comen
lah mkin trun jauh kekuatan nya....
Buang Sengketa
masih pingin baca petualangan excel 😁
Stra_Rdr
kerennnn🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!