The Chicken Mafia

Satu bulan berlalu. Rutinitas kami rata-rata sama, latihan atau ujian dari Grek, lalu sesekali mengerjakan tugas yang diberi.

Kemampuanku dan Kibo sudah bagus. Kibo sudah beberapa kali kulatih di tempat pelatihan ayam lanjutan pertama.

Tidak ada rintangan baru. Hanya beberapa peningkatan di rintangan lama, sesekali Grek juga menyuruh kami latihan lari di hutan, dia memimpinnya.

Aku juga sempat beberapa kali diajari Vin dan Van cara menggunakan bom pelontar. Karena sepertinya akan berguna jika aku menjalani misi berbahaya sendirian.

Bom itu dijual dalam bangunan mafia ayam Rp 50.000 per bom. Itu cukup setara.

Mulanya juga sebenarnya saat aku mengerjakan tugas-tugas disini. Soal perdagangan ilegal, undian, dan beberapa kali pemerasan ke peternak.

Saat melakukan itu awalnya aku merasa bersalah, walaupun menguntungkan bagiku. Tapi lama-kelamaan sepertinya aku jadi terbiasa.

Duel ayam Chicken Champion juga sudah menyelesaikan babak semi-finalnya. Yang masuk adalah Reral seekor ayam epik yang bulu-bulunya berapi. Dan lawannya Gemi, ayam langka yang punya kekuatan udara, dia bisa terbang dan lompat lebih lama dan cepat.

......(Di Masa Kini)......

Aku dan Kibo berjalan, membuka pintu. Kami berdua kembali ke hutan tempat latihan bersama Grek.

Udara sejuk hutan di pagi hari terasa bagai memijat kulit. Suara hewan-hewan hutan dari kejauhan terdengar indah bagai nyanyian. Embun pagi terlihat diantara semak dan tanaman hutan.

Vin, Van, Bruno, dan Lola sudah berbaris sejajar rapi berhadapan dengan Grek yang jaraknya dua langkah dari mereka. Aku ikut berbaris disebelah Vin.

Kali ini kami dipanggil bukan untuk latihan lagi. Setidaknya begitulah yang dijelaskan Bruno sebelumnya melalui pesannya.

"oke, karena semuanya sudah berada disini. Aku akan mengabarkan ke kalian kabar baik. Dikarenakan aku rasa kemampuan kalian sudah berkembang menjadi cukup hebat. Sekarang aku nyatakan kalian resmi masuk sebagai anggota mafia ayam."

Grek berkata, lalu dia membuka genggaman tangannya. Ada lima lencana dengan latar hitam berbentuk persegi dengan border dan tulisan huruf "H" berwarna silver, sama dengan yang dia miliki di bagian dada kanan pakaiannya.

Grek satu-persatu memberikan kami lencana itu. Kami membuka satu tangan masing-masing, menerimanya.

Setelah satu lencana itu sudah kuterima. Aku tersenyum, ini adalah hasil yang baik dari usaha kami beberapa minggu terakhir.

Aku mengenakan lencana itu dengan posisi yang sama dengan Grek, di dada kanan. Teman-temanku juga menaruh lencana masing-masing setelah mereka mendapatkannya.

"setelah ini, kalian bebas. Tempat latihan ini juga bebas kalian apakan, mau tetap kalian jadikan tempat berlatih, ataupun kalian hancurkan." jelas Grek setelah menyerahkan lencana-lencananya.

Aku dan teman-temanku mengangguk serempak.

"terimakasih telah membimbing kami sampai disini." kata Van.

"tidak masalah, itu sudah tugasku." Grek berkata dengan senyumannya. Selama ini Grek hanya tersenyum saat kami sedang dalam waktu luang, sedangkan saat latihan dia jarang dan malahan tidak pernah kulihat senyum.

"ingatlah juga, ini bukan berarti kalian telah mencapai kemampuan tertinggi kalian. Ini adalah awal untuk kalian melihat kemampuan

-kemampuan lain yang lebih besar. Karena tugasku sudah selesai, sampai jumpa lagi di bangunan mafia ayam." Grek berkata, memutari kami lalu pergi ke arah pintu bersama ayamnya, Wesk.

Aku dan teman-temanku balik badan. Kami melihat punggung Grek yang mulai hilang saat turun dari tangga di dalam pintu.

"jadi, mau kita apakan tempat ini sekarang?" tanyaku.

"mungkin kita bisa meninggalkannya begini dulu lima hari ini sebelum memutuskan mau diapakan." Lola berkata, balik badan lagi melihat rintangan-rintangan sebelumnya.

"ya, itu ide yang bagus." kata Vin.

"kalau mobil merah kita?" tanyaku lagi.

"kita bisa mengambilnya setelah satu minggu dari sekarang. Kita masih memerlukan persiapan." Bruno yang menjawabnya, aku mengangguk paham.

Lalu saat di sore hari. Aku sudah mengabari teman-temanku kalau aku memutuskan pulang ke rumahku dulu selama satu malam.

Sudah satu bulan aku tidak pulang ke rumah. Pergi ke permukaan tanahnya saja saat ada tugas. Jadi kali ini aku pergi ke permukaan untuk bersantai.

Aku juga membawa sepuluh ayam ternak yang kuambil dari ruangan hadiah undianku.

Aku memakai kandang kecil untuk membawa sepuluh ayam itu. Dan untuk mempermudahnya aku pakai gerobak juga untuk mengangkut kandang-kandangnya.

Sementara Kibo dalam perjalanan ke pintu keluar bangunannya. Dia duduk di atas tumpukan kandang ayam itu.

"kamu tau Kibo, kamu itu hanya memberatkanku saja tau." protesku saat mendorong gerobaknya naik tangga ke pintu keluar.

Kibo hanya menoleh sekilas sebagai jawabannya. Sebenarnya sepuluh ayam ini tidak terlalu masalah lagi kuangkat.

Beberapa minggu sebelumnya, aku menganggap mendorong lima ayam digerobak sudah lumayan berat.

Tapi sekarang berkat latihan dari Grek sebelumnya, aku bisa jadi lebih kuat. Setidaknya untuk mengangkut para ayam ini.

Sampai akhirnya berada di permukaan tanah. Aku bisa menghirup udara yang lebih segar dibanding dalam bangunan.

Aku mendorong gerobak merahku ini di pinggir jalanan. Mataku melirik suasana sekitar, sore yang sibuk bagi penduduk kota.

Satu bulan terakhir aku hanya bisa melihat ini sebentar. Saat ada tugas, itupun juga kalau tugasnya di tengah kota.

Ditengah perjalanan aku melihat ada seorang polisi yang menangkap seseorang membuatku terhenti sebentar.

Saat aku masih bekerja di bangunan mafia ayam. Untungnya aku tidak pernah tertangkap polisi itu lagi.

Tapi mungkin kegiatanku sekarang tidak ada hubungannya dengan kejahatan. Dan juga tidak perlu dicurigai polisi, jadi aku kembali mendorong gerobakku.

Saat aku melewati mereka. Ada seorang kakek-kakek yang sudah tua menghampiri polisi dan orang yang ditangkapnya itu.

"memangnya ada masalah apa yang dia buat?" tanya kakek itu protes.

"dia tertuduh bergabung dalam perdagangan obat-obatan ilegal." jawab polisi itu.

"tapi itu tidak benar, aku tahu itu. Kalian tidak bisa asal menangkapnya tanpa bukti begitu." jawab kakek itu.

"kami menemukan sidik jarinya saat menangkap seorang pembeli ilegalnya." jelas polisi itu.

"dia tidak pernah bergabung ke hal seperti itu. Aku yakin ada yang menjebaknya, membuatnya terlihat seperti melakukan itu. Kamu tau kan banyak cara untuk membuat bekas sidik jari palsu tanpa ada orangnya?" dahi kakek itu mengerut, kali ini dia kesal karena orang yang ditangkap polisi itu tertuduh.

"maaf kek, tidak ada yang bisa dilakukan sekarang selama buktinya sudah jelas." polisi itu memasukkan orang yang ditangkapnya ke bagian belakang mobil.

"tapi ingatlah, tidak semua orang yang kamu kira jahat itu benar-benar jahat." kata kakek itu saat polisinya hendak masuk kursi kemudi, dia jelas tidak puas dengan hasilnya.

Tapi polisi itu tidak menanggapi. Dia menyetir mobil itu sampai melesat di jalanan dan meninggalkan kakek itu sendirian.