Elangga Sky Raymond Wesley, seorang Badboy Tengil yang memiliki tubuh Hot. Dia adalah pemimpin geng motor Black Demon, yang selalu membuat onar di SMA Bintang Alam, masuk bk sudah langganan baginya.
Bagaikan air dan minyak yang tidak pernah bersatu, Elang dan papanya tidak pernah akur karena sebuah masalah. Papanya sudah muak dengan kenakalannya, hingga tiba-tiba menjodohkannya dengan seseorang.
Adzkia Kanaya Smith, anak baru di SMA Bintang Alam. Penampilannya yang culun ternyata menyimpan segudang rahasia. Tujuannya pindah sekolah karena ingin balas dendam pada seseorang. Dan takdir seakan berpihak padanya, ia di nikahkan dengan pria yang di incarnya.
"Ini akan menyenangkan," gumamnya sambil tersenyum smirk.
~HAPPY READING~
UP SEHARI 2X
PUKUL: 00.00 & 01.00
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
Di sebuah pemakaman umum. Terlihat seorang gadis sedang menatap sendu kedua makam orang-orang tersayangnya. Ia berjongkok di tengah-tengah, sambil mengelus kedua batu nisan tersebut.
"Kakak kangen," lirihnya sambil meneteskan air matanya.
"Andai lo gak ketemu cowo brengsek itu, pasti gak bakal bunuh diri. Dan ayah juga gak bakal ikut pergi nyusul lo," tangannya terkepal mengingat semuanya.
"Gue janji bakal bales semuanya. Dia harus lebih menderita dari lo!" giginya menggertak dengan tangan masih terkepal kuat.
Gadis itu beralih mengelus batu nisan makam satunya, "Kakak juga kangen ayah. Ini arahnya kemana lagi, yah? Nay bingung, udah gak punya siapa-siapa lagi di sini. Kenapa kalian harus pergi!"
Setelah cukup lama berkeluh kesah, gadis itu mulai beranjak dari tempatnya berniat pergi dari pemakaman. Ia memakai celana jeans hitam, baju putih crop top dengan di tutup blazer hitam, sepatu boots hitam, dan kacamata hitam yang membuatnya semakin keren, tidak lupa kerudung pasmina hitam yang tersampir di kepalanya.
Ia mulai melangkahkan kakinya keluar dari area pemakaman. Kepalanya tertunduk dengan tangan terangkat memegang kacamata hitamnya, saat tidak sengaja berpapasan dengan seorang laki-laki yang ia kenal. Terlihat dia berjalan berlawanan sambil asik memainkan ponselnya.
Berbeda dengan gadis itu yang sudah pergi, ia berjongkok di hadapan sebuah makam. Mengelus lembut batu nisan yang tertera nama mamanya, "Assalamualaikum, ma. Maaf Angga baru mampir."
"Angga kangen mama. Papa jahat, dia udah gak sayang sama Angga."
Beberapa menit berlalu, setelah di rasa cukup. Laki-laki itu mulai beranjak dari tempatnya dan berlalu pergi. Ia menggunakan motor sportnya menuju rumah papanya, berniat mengambil sesuatu milik mamanya.
Setelah sampai di sebuah rumah tingkat, ia langsung di sambut oleh seorang pria paruh baya. "Eh Den Elang, apa kabar? Mamang kok baru liat?"
Elang tersenyum menatap Pak Maman, satpam di rumah ini yang sangat ramah dan baik padanya. Memang saat dirinya menikah dan pindah ke apartemen, Pak Maman sedang pulang kampung.
"Alhamdulillah baik, Mang. Elang tinggal di apartemen sekarang."
"Oalah, jaga kesehatan ya Den. Jangan sampe sakit," ujarnya sambil menepuk pundaknya lembut.
"Siap Mang, makasih. Mamang juga, Elang masuk dulu ya!" Pak Maman hanya mengangguk.
Elang melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Sepi, suasana sangat hening. Elang berjalan menaiki anak tangga, menuju kamar seseorang. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti mendengar suara bariton seseorang. Papanya? Tentu bukan.
"Gak tau malu banget dateng ke sini!"
Elang menghentikan langkahnya, ia menoleh. Terlihat laki-laki seumurannya berdiri menyender sambil melipat kedua tangannya. Wajahnya mirip, hanya penampilannya berbeda. Ia memakai celana bahan hitam dan Hoodie hitam dengan tudung tersampir di kepala, tidak lupa sepatu sneaker putihnya. Sedangkan Elang, memakai celana jeans hitam bolong-bolong, kaos hitam dan tidak lupa jaket kulit hitam gambar tengkorak, rambutnya sedikit acak-acakan. Berbeda dengan rambutnya yang rapih, belah tengah.
"Maksud lo apa?! Lo juga ngapain balik?! Setelah tiba-tiba pengen pergi tanpa alasan!" ketus Elang dengan wajah datar.
"Gue balik karena mau jenguk adek gue. Dan lo ..." laki-laki itu menggantung ucapannya, melangkahkan kakinya pelan menuju Elang.
"Berani banget lo sakitin adek gue!" ia mencengkram kerah bajunya dengan kuat.
"Adek lo?! Cih! Anak haram itu maksud lo?!" Elang berdecih sambil menatap remeh, membuatnya semakin menguatkan cengkramannya.
"Mau-mau aja lo akuin anak haram itu! Dan sampe sekarang gue gak bakal pernah lupa! Lo lebih ngebela mereka di bandingkan mama lo sendiri! Anjing lo!!" Elang menghempaskan tangannya kasar dengan tatapan tajam, giginya menggertak.
"Mama? Mana ada mama yang lupa sama anaknya!"
"Dia sebenernya sayang sama lo! Kenapa lo gak pernah percaya!"
"Cukup! Jangan bahas dia! Lagian udah jadi abu, ngapain di bahas?!" mendengar itu membuat Elang mengepalkan tangannya, wajahnya sudah memerah.
"Reiga bangsat!!! Persetan!!!"
Bug!
Elang menonjok wajahnya dengan keras, membuatnya tertoleh. Emosinya sudah meletup-letup, tangannya kembali di angkat berniat menghantamnya lagi.
"STOP! BERANI KAMU PUKUL REI, PAPA USIR KAMU!"
Elang semakin mengepalkan tangannya yang sudah menggantung di udara dan menghempaskannya dengan kesal. Ia menoleh, menatap pria paruh baya yang sedang berjalan menaiki tangga menghampiri mereka.
"Rei, gapapa?!" Leonel langsung menghampirinya tanpa memperdulikan Elang.
"Sakit, Pa!"
"Luka gitu doang, cemen!" sindir Elang, yang sontak membuat keduanya langsung menoleh dengan tatapan tajam.
"Setelah sakitin Thalita, kamu berani sakitin Rei?!" Leonel berjalan menghampiri berniat memukulinya.
"Biar Rei aja, Pa! Rei mau bales semuanya!" Leon menoleh, menatap putra pertamanya yang sedang tersenyum smirk.
"Ide bagus!"
Reiga mulai berjalan menghampiri Elang yang masih diam dengan tatapan datar. Ia langsung menendang perutnya kasar.
"Ahk!"
Elang memegangi perutnya sambil mendongak. Tangannya semakin terkepal berniat membalasnya. Namun, tiba-tiba Leonel mencekal kedua tangannya ke belakang. Elang mencoba memberontak.
"Diam!! Atau Papa usir kamu!!" bentaknya, Elang meliriknya dengan tatapan semakin benci.
Bug! Bug! Bug!
Dan tanpa basa-basi Reiga langsung memukulinya habis-habisan. Elang hanya terkekeh, keluarga macam apa ini? Bukannya saling menyayangi, malah saling menyakiti.
"Lepas anjing!!! Lo usir aja, gue gak takut!!! Gue masih bisa hidup tanpa uang dari lo!!!" Elang memberontak dan menghempaskan tangan papanya dengan kasar.
Ia menatap keduanya bergantian. Tatapannya sangat marah dan terdapat kekecewaan di sana.
"Besok, gue bakal pergi dari apartemen!! Dan mulai detik ini, gue gak bakal pernah injakin kaki lagi di sini!! Gue benci kalian!!" Elang berlari pergi meninggalkan mereka.
"Elang!! Papa bercanda!!" Leon berniat mengejarnya, bagaimana pun juga dia anak kandungnya.
"Biarin, Pa! Kita liat, apa dia bisa hidup tanpa uang Papa!" cegah Reiga.
Sedangkan Elang, mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Tidak tahu mau kemana, pikirannya sangat kacau. Matanya sudah memerah menahan tangis. Dan tidak lama, buliran bening menetes dari pelupuk matanya.
...***...
...Katanya untuk merasakan tenang kita harus 'pulang ke rumah.' Tapi, mengapa saat keluar rumah gue lebih menemukan ketenangan?...
...-Elangga...