Jackie Anderson adalah pewaris tunggal kekayaan milik keluarga Anderson yang kaya raya.
hidupnya berubah setelah kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya dan membuat dia kehilangan kewarasannya,
banyak penderitaan yang dia alami hingga akhirnya dia dapat kembali menjadi pemilik harta kekayaan keluarganya yang sebelumnya telah di kuasai oleh adik angkat sang papa.
bagaimana kelanjutannya
ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M@RI@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
Malam harinya saat di dalam kamar Yakob dan Asih ingin beranjak tidur, Asih Masih mengajak bicara Suaminya,
"Pak apa yang tadi Bapak ceritakan itu benar?" Yakob melihat istrinya,
"Yang mana Bu?" tanya Yakob
" Yang Itu,.. Jika Arya adalah putra dari pemilik perusahaan yang akan Bapak Pimpin nanti!" Yakob mengangguk lagi.
"Pak,..!"
" Hmmm?" Yakob ingin memejamkan mata, namun Asih masih ingin membahasnya bicara.
" Ibu ndak mau pisah sama Arya!" ucap Asih sedih.
" Apa, Arya ndak sebaiknya berobat di sini saja, ibu ndak mau berpisah dari Arya Pak?!" Tak ada jawaban, Asih melihat pada suaminya,
" Yaaaa, si bapak, diajak bicara, malah tidur,..!" Asih terlihat kecewa, dia memandang Arya yang tidur di antara mereka.
" Ibu tidak peduli, kamu anak siapa, yang jelas sekarang ini, kamu anak ibu sayang,.. ibu sayaaang sekali sama kamu nak!" Asih mengusap lembut kepala Arya.
" Ibu hanya takut, jika kamu berobat ke luar negeri, nanti setelah kamu sembuh kamu lupa sama ibu!" Asih meneteskan airmata dia sangat takut hal itu terjadi, karena dia sudah sangat sayang dengan Arya.
Bukannya Asih tak ingin Arya sembuh, tapi Tadi, Saat Yakob dan Mike berbincang bincang, mereka memberitahukan pada Asih semuanya dan hal itu yang membuat Asih merasa ketakutan, dia takut jika nanti Arya sembuh, akan melupakan dirinya, apalagi Arya akan berobat ke luar negeri dan tak bertemu dengan dia, karena memang mereka bertemu dengan Anak malang itu di saat Arya sedang dalam keadaan sakit dan Asih sangat takut jika Arya sudah mengingat siapa dia sebenarnya akan melupakan dirinya.
Malam ini adalah malam yang sangat panjang buat Asih, karena dia tak dapat memejamkan matanya, pikirannya selalu di hantui oleh rasa ketakutan akan pikirannya itu.
Azan subuh sudah berkumandang, Yakob terbangun dan sedikit terkejut melihat istrinya yang biasanya sudah bangun terlebih dahulu kini masih tertidur sambil memeluk Arya, tadi malam bukannya Yakob tak mendengar ucapan istrinya dia hanya tak ingin membuat istrinya merasakan kekhawatiran yang berlebihan dan dia juga sebenarnya merasakan rasa yang sama dengan istrinya, hanya saja Yakob lebih dapat menyembunyikan rasa ketakutannya itu.
" Aku mengerti akan perasaan kamu bu, jika memang itu terjadi, kita tak dapat berbuat apa apa, dari itu sebaiknya kita berdoa semoga hal itu tidak terjadi!" Yakob bangun dan melangkah ke kamar mandi dia ingin melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim.
Setelah selesai mandi dan berwudhu Yakob membangunkan istrinya perlahan.
" Bu,.. Ibu bangun bu sudah subuh ayo kita sholat!" Asih membuka matanya dia sedikit terkejut,
" Loh,. sudah pagi toh pak,. ya sudah Ibu ke kamar mandi dulu, kita sholat bareng ya pak?" Yakob hanya terdiam dia melihat istrinya yang begitu ketakutan dengan hal yang belum tentu terjadi.
Setelah mandi dan berwudhu Mereka melaksanakan sholat bersama Asih begitu sedih dia berdoa kepada yang maha kuasa agar kekhawatirannya tidak terjadi.
Setelah selesai sholat dan berdoa mereka melakukan kegiatan masing-masing, sementara Asih beranjak ke dapur ingin menyiapkan sarapan untuk keluarganya, Yakob mengganti pakaiannya, karena hari ini dia akan berangkat bekerja.
" Apa tuan Mike sudah bangun bu?" Asih menjawab,
"Sepertinya sudah Pak tadi aku dengar di kamar mandi ada orang yang sedang mandi!" Yakob terdiam, tidak Berapa lama Nike keluar dari kamarnya.
"Selamat pagi pak Yakob!" sapanya
" Selamat pagi Tuan, Mari tuan duduk kita ngopi dulu, ini ada pisang goreng buatan istri saya dicicipi yuk?" Mike tersenyum
" Wah Sepertinya enak pagi-pagi minum kopi dan pisang goreng!" Mike duduk di hadapan Yakob yang tersenyum.
" Ya,. beginilah kami pak, kalau pagi kami hanya sarapan dengan pisang goreng ya Terkadang juga ada nasi goreng!" Mike tersenyum.
" Apa saja Pak Yang penting kita nikmati hidup tidak usah terlalu berlebihan juga tidak baik!" Yakob tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
" Oh ya apa Arya belum bangun?" Mike bertanya karena tak melihat keberadaan anak itu.
" Ibu,... Dimana?" keduanya tersenyum saat mendengar teriakan Arya.
" Nah itulah,.. hehehe!" Yakob dan Mike tertawa.
" Iya sayang, ibu di sini!" Asih segera menghampiri Arya, Mike melihat itu.
" Arya sangat dekat dengan bu Asih ya Pak?" Yakob meletakkan cangkir kopinya yang baru saja dia minum kopinya sebelum dia menjawab.
" Begitulah Tuan, mangkanya saya itu khawatir jika dia jauh dari istri saya!" Mike mengerti.
" Baiklah Pak Yakob, bagaimana jika nanti ibu Asih juga ikut mendampinginya di luar negeri!" Yakob tak menjawab, sebenarnya dia begitu berat jika harus berjauhan dengan istrinya.
" Nanti akan saya tanyakan dulu pada istri saya tuan!" hanya itu jawaban yakob mesti dia juga agak meragukan jika istri saat ini ingin berjauhan dengannya.
" Baiklah Pak Yakob Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan Bapak dan juga atas pertolongan Bapak pada Jack atau Arya!"Yakob hanya tersenyum.
" Oh iya apa hari ini Bapak Yakob bekerja?" Yakob mengangguk.
" jam berapa biasanya Bapak pulang bekerja?" Yakob menjawab.
" Jam lima sore Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" Mike diam.
" Nanti pak setelah saya berbicara dengan teman saya akan saya kabari, oh ya,.. apa bapak memiliki ponsel?" Yakob menggeleng, Mike terdiam lalu dia mengambil dompetnya.
" Ini Pak,.. bapak bisa ambil uang ini untuk membeli ponsel saya akan beritahukan nomor pin Nya, saya harap bapak tidak menolaknya karena ponsel itu akan sangat berguna untuk komunikasi kita nantinya!" Mike tau Yakob pasti akan menolaknya itu sebabnya dia berkata seperti itu, lalu Yakob menerima kartu dari Mike dan setelah Mike memberitahukan nomor pin nya Yakob berpamitan kepada istrinya dan juga Mike.
Sepeninggal Yakob, Mike berguman, " Di zaman seperti ini masih ada juga orang sejujur dan sebaik Bapak Yakob itu aku jadi tidak habis pikir Kenapa ada manusia sebaik itu di saat orang-orang berlomba ingin meraih kekayaan dengan cara yang instan dia malah tidak peduli aku salut dengan hidup keluarga ini!" Mike tersenyum melihat Arya yang terlihat sangat patuh dengan bu Asih.
" Sungguh kasihan dirimu nak, karena keserakahan dan ketamakan seseorang kini hidupmu jadi berubah 180 derajat padahal apa yang mereka lakukan belum tentu akan sesuai dengan harapannya hingga kau yang menjadi korban!" Mike menatap arya dan Asih yang sedang bercanda.
Sementara itu Yakob baru saja tiba di pasar Dia melihat ada banyak orang berkerumun di bawah pohon,
"Ada apa itu, sepertinya ada sebuah pengumuman penting coba aku lihat!" Yakob menghampiri kerumunan orang-orang itu kemudian dia melihat sebuah kertas tertempel di batang pohon yang bertuliskan dicari, dan terdapat foto dari pengacara Mike, Yakob Sangat terkejut dia semakin khawatir dengan keberadaan pengacara Mike di rumahnya.
" Sepertinya Tuan Mike sudah tidak aman berada di rumahku, sebaiknya nanti sepulang aku bekerja aku akan memberitahukan masalah ini pada tuan Mike biar nanti kami cari jalan keluarnya!" Yakob bersikap seolah tak terjadi apa apa, dia berusaha mengendalikan diri setenang mungkin agar tidak ada yang mencurigainya meskipun dalam hatinya begitu sangat khawatir.
" Kalau aku pulang dan bersikap gugup, aku takut ada seseorang yang mencurigaiku dan mengikuti sampai di rumah, jadi aku akan berusaha agar terlihat tenang!" ucapnya dalam hati.
Yakob melangkah terus menuju tempatnya bekerja dan ternyata benar, tidak jauh dari pohon besar itu ada dua orang berbadan besar yang sedang mengawasi kerumunan orang orang di pasar yang sedang melihat kertas pengumuman yang mereka tempelan di pohon besar.
" Sepertinya tak ada yang mencurigakan, semua warga seolah acuh dengan pengumuman yang kita buat!" ucap salah seorang yang berbadan kekar.
" Apa memang mereka tidak tahu dan tidak menemukan pengacara itu, mangkanya mereka bersikap acuh!" jawab temannya.
" Mungkin saja, karena jika mereka menyembunyikan kebenaran pengacara itu pun pastilah wajahnya sangat terkejut, tapi aku melihat sikap orang orang di sana biasa saja, tanpa ekspresi keterkejutan!"temannya mengangguk setuju.
" Ya, sudah, mungkin dia berada di desa lain, sebaiknya kita mencari di desa lainnya saja!" keduanya melangkah pergi meninggalkan desa tersebut.
***