NovelToon NovelToon
DiJadikan Budak Mafia Tampan

DiJadikan Budak Mafia Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Mafia / Balas Dendam / Lari Saat Hamil / Berbaikan / Cinta Terlarang / Roman-Angst Mafia
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: SelsaAulia

Milea, Gadis yang tak tahu apa-apa menjadi sasaran empuk gio untuk membalas dendam pada Alessandro , kakak kandung Milea.
Alessandro dianggap menjadi penyebab kecacatan otak pada adik Gio. Maka dari itu, Gio akan melakukan hal yang sama pada Milea agar Alessandro merasakan apa yang di rasakan nya selama ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SelsaAulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Mentari pagi menyinari kamar Milea, namun tak mampu menerangi kesedihan yang membalutnya. Ia duduk di tepi ranjang, tubuh tegak namun jiwa hampa.

Tatapan kosongnya menerawang ke luar jendela, menatap dunia yang terasa begitu jauh dan tak berarti. Keinginan untuk hidup, seakan lenyap ditelan kegelapan yang mencengkeram hatinya.

Suara pintu berderit memecah kesunyian. Gio masuk, langkahnya tenang namun matanya menangkap sosok Milea yang terduduk lesu dalam balutan gaun sederhana.

Wajahnya pucat, mata sembab, mencerminkan keputusasaan yang mendalam. Sebuah nampan berisi makanan diletakkan di meja kecil dekat ranjang.

"Makanlah," pinta Gio, suaranya lembut namun terdengar sedikit getir.

Milea tak bergeming. Tatapannya tetap terpaku pada jendela, seakan dunia di luar sana lebih menarik daripada kenyataan pahit yang sedang ia hadapi.

Gio mendekat, berdiri di hadapan Milea. Kesabarannya mulai menipis.

 "Milea!" panggilnya, suaranya sedikit meninggi, tercampur rasa frustrasi dan keprihatinan.

Milea menoleh, matanya berkaca-kaca, mengalirkan air mata yang tak mampu lagi dibendung. Melihat Milea yang semakin rapuh, hati Gio terasa sesak.

"Makanlah," ulangnya, suaranya lebih lembut kali ini, namun tetap dengan ekspresi datar yang berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.

Namun Milea tetap membuang muka, kembali menatap jendela dengan tatapan kosong yang membuat Gio geram.

"Milea! Jangan membuatku marah!" bentak Gio, tangannya mengepal, tatapannya tajam menusuk Milea.

Milea membalas tatapannya dengan tatapan menantang yang sama tajamnya.

 "Habisi aku, sekarang!" suara Milea terdengar putus asa, tangannya menggenggam gunting tajam, siap menusuk tubuhnya sendiri.

"Berikan itu padaku, Aulia!" seru Gio, ketakutan tergambar jelas di matanya.

Sebelum Gio mampu mencegahnya, gunting itu sudah menusuk leher Milea. Namun, dengan gerakan cepat, Gio merebut gunting itu dan melemparkannya jauh-jauh.

Darah segar mengalir deras, membasahi leher Milea. Gio segera mendekap Milea, menekan luka di lehernya dengan telapak tangannya.

"Biarkan aku mati!" Milea mendorong Gio dengan sisa-sisa tenaganya, suaranya lemah, nyaris tak terdengar.

Tanpa ragu, Gio menggendong Milea, suaranya bergema memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan mobil.

Mobil melaju kencang menuju rumah sakit terdekat, membawa harapan dan doa agar Milea dapat diselamatkan. Detak jantung berpacu, mengaitkan nasib Milea dengan setiap putaran roda mobil yang membelah jalanan kota.

***

Mentari pagi merembes masuk melalui celah tirai rumah sakit, menerangi wajah pucat Milea yang terbaring lemah.

Selang infus tertancap di lengannya, monitor jantung berdetak teratur, menandai irama kehidupan yang nyaris sirna.

Di sampingnya, Gio duduk tegang, tangannya menggenggam tangan Milea erat-erat, mata sembabnya tak lepas dari wajah Milea.

Luka tusuk di leher Milea, akibat ulahnya sendiri, telah menjadi mimpi buruk yang hampir menjadi kenyataan.

Untungnya, dokter spesialis bedah, dr. Aris, seorang ahli bedah dengan tangan-tangan terampil dan hati yang teguh, berhasil menyelamatkan Milea dari maut.

Saat Milea tiba di ruang gawat darurat, dr. Aris langsung mengambil alih. Kondisi Milea kritis. Darah segar mengucur deras dari luka tusuk di lehernya, mengancam nyawanya. Perdarahan hebat itu harus dihentikan secepatnya.

Langkah pertama dr. Aris adalah melakukan penilaian cepat. Ia memeriksa jalan napas Milea, memastikan tidak ada penyumbatan.

Kemudian, ia memeriksa denyut nadi dan tekanan darah. Milea mengalami syok hipovolemik akibat kehilangan darah yang signifikan.

Infus cairan segera dipasang untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dan menstabilkan tekanan darah. Oksigen pun diberikan untuk memastikan suplai oksigen ke otak dan organ vital lainnya.

Luka di leher Milea diperiksa secara teliti. Dr. Aris menemukan bahwa gunting telah mengenai arteri karotis, pembuluh darah utama di leher.

Ini adalah situasi yang sangat berbahaya karena perdarahan yang terjadi sangat masif dan dapat menyebabkan kematian dalam hitungan menit. Dengan cepat, dr. Aris dan timnya melakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan.

Mereka membersihkan luka dengan larutan antiseptik, kemudian melakukan penekanan langsung pada luka untuk mengurangi aliran darah sementara.

Dr. Aris kemudian melakukan eksplorasi luka. Dengan bantuan mikroskop bedah, ia dengan hati-hati mengidentifikasi arteri karotis yang terluka.

Dengan ketelitian luar biasa, ia melakukan ligasi, yaitu mengikat pembuluh darah yang terluka menggunakan benang bedah yang sangat halus.

Teknik ini menghentikan perdarahan dari sumbernya tanpa menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada jaringan di sekitarnya.

Proses ini sangat rumit dan membutuhkan keahlian yang tinggi. Satu kesalahan kecil saja dapat menyebabkan komplikasi serius, bahkan kematian.

Setelah perdarahan terhenti, dr. Aris dan timnya membersihkan luka kembali dan menjahitnya dengan hati-hati, lapisan demi lapisan.

Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi. Milea kemudian dipindahkan ke ruang perawatan intensif untuk pemantauan ketat.

Selama beberapa hari berikutnya, Milea dipantau secara terus menerus. Tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan dipantau secara ketat. Ia juga diberikan obat penghilang rasa sakit dan obat-obatan lain yang diperlukan.

Berkat keahlian dan dedikasi dr. Aris dan tim medis, Milea berhasil melewati masa kritis. Luka di lehernya mulai sembuh, dan kondisinya membaik secara bertahap. .

Ia masih lemah tetapi Gio selalu ada di sisinya, memberikan dukungan dan kasih sayang.

Kisah Milea menjadi bukti nyata tentang keajaiban pertolongan medis dan pentingnya perawatan yang tepat dan cepat.

Ia berhasil selamat, berkat tangan-tangan terampil dr. Aris yang telah menyelamatkannya dari kematian.

Luka di lehernya akan menjadi pengingat akan sebuah perjuangan hidup dan mati, sebuah perjuangan yang dimenangkannya berkat keberanian dan keahlian seorang dokter yang luar biasa.

***

Gisela melangkah masuk ke kamar Milea, langkahnya pelan, hati-hati. Cahaya redup menerangi ruangan yang dipenuhi aroma khas rumah sakit: campuran desinfektan dan harum bunga yang dipaksakan untuk menutupi bau obat-obatan.

Di samping ranjang, Gio duduk tegak, tangannya menggenggam tangan Milea yang masih pucat pasi. Wajahnya yang biasanya tegas kini terlihat lelah, namun mata tajamnya memancarkan tekad yang tak tergoyahkan.

"Gio," sapa Gisela, suaranya lembut, berusaha tak mengganggu ketenangan ruangan.

Ia mendekat, menatap Milea yang terbaring lemah.

"Terima kasih sudah menjenguk," jawab Gio, suaranya datar, tanpa emosi yang berlebihan.

Milea bereaksi secara instingtif. Ia memalingkan wajahnya, gerakan kecil namun tegas, menunjukkan ketidaksukaannya akan kehadiran Gisela.

Sebuah kode diam-diam, permintaan untuk dibiarkan sendiri. Gio, yang begitu peka terhadap setiap perubahan suasana hati Milea, langsung mengerti.

Dengan gerakan halus, ia berdiri dan mengajak Gisela keluar dari ruangan. Di koridor yang sunyi, Gio mengucapkan terima kasih lagi.

"Terima kasih, Gisela. Tapi sepertinya Milea sedang tidak ingin diganggu," jelasnya, nada suaranya penuh pengertian.

Gisela mengangguk mengerti. "Aku mengerti, Gio. Kalau begitu, aku akan kembali ke mansion. Semoga Milea lekas membaik, ya," ucapnya, seulas senyum simpati terukir di bibirnya.

Gio mengangguk, wajahnya tetap datar, menutupi kekhawatiran yang mendalam. Setelah Gisela pergi, melangkah menjauh dengan langkah yang tenang, Gio kembali masuk ke kamar Milea.

Milea masih diam, terbenam dalam lautan pikirannya sendiri. Gio pun memilih diam, menjaga kesunyian yang terasa begitu berat namun dibutuhkan.

Ia takut setiap kata yang terucap akan menyakiti Milea lebih dalam, jadi ia memilih untuk hanya ada di sana, menjadi benteng pertahanan bagi Milea yang sedang berjuang melawan bayangan maut.

Keheningan di kamar itu terasa begitu bermakna, menceritakan kisah mereka yang begitu rumit

1
it's me NF
lanjut... 💪💪
Siti Hadijah
awalnya cukup bagus,, semoga terus bagus ke ujungnya ❤️
SelsaAulia: terimakasih kaka, support terus ya ☺️❤️
total 1 replies
Elaro Veyrin
aku mampir kak,karya pertama bagus banget dan rapi penulisannya
SelsaAulia: terimakasih kaka
total 1 replies
Surga Dunia
lanjuttt
Theodora
Lanjut thor!!
Surga Dunia
keren
Theodora
Haii author, aku mampir nih. Novelnya rapi enak dibaca.. aku udah subs dan like tiap chapternya. Ditunggu ya update2nya. Kalau berkenan mampir juga yuk di novelku.
Semangat terus kak 💪
SelsaAulia: makasih kakak udh mampir 🥰
total 1 replies
✧༺▓oadaingg ▓ ༻✧
karya pertama tapi penulis rapi bget
di tunggu back nya 🥰
SelsaAulia: aaaa.. terimakasih udah mampir☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!