DiJadikan Budak Mafia Tampan
Gelap. Itulah satu-satunya kata yang mampu menggambarkan keadaan sekitar Milea. Udara malam menusuk kulitnya, dinginnya seakan meresap hingga ke tulang sumsum.
Ia berlari, napasnya memburu, jantungnya berdebar-debar seperti drum perang yang dipukul tanpa henti. Rambutnya yang terurai berkibar liar ditiup angin malam, seakan ikut merasakan kepanikan yang menguasai Milea.
Bayangan pepohonan di kanan kirinya menari-nari di kegelapan, membentuk siluet-siluet menyeramkan yang membuat bulu kuduknya merinding.
Baru beberapa jam yang lalu, ia masih berada di dalam mansion megah milik Gio, seorang pria yang tampan namun kejam.
Pria yang telah menculiknya, memenjarakannya dalam sangkar emas yang dingin dan mencekam. Gio, dengan senyum liciknya yang selalu membuat Milea merinding, telah memberinya sebuah tawaran yang mengerikan: kesempatan untuk kabur di malam hari.
Jika esok hari Gio masih bisa menemukannya, Milea harus rela menjadi budaknya. Sebuah perjanjian yang tak masuk akal, sebuah permainan sadis yang memaksa Milea untuk bertaruh nyawanya.
Milea memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak karuan. Ia harus kabur. Ia harus bebas. Bayangan wajah orang tuanya, wajah yang penuh dengan kekhawatiran dan cinta, menjadi penyemangatnya. Ia tak boleh menyerah. Ia harus bertahan.
Namun, jalanan yang ia lalui begitu sepi. Sepi yang mencekam. Tak ada satu pun rumah yang terlihat, tak ada satu pun kendaraan yang melintas. Hanya pepohonan yang menjulang tinggi, seakan menjadi penjaga rahasia malam yang kelam.
Kegelapan itu terasa semakin pekat, semakin mencekam, seakan ingin menelan Milea hidup-hidup. Setiap derit ranting yang patah di bawah kakinya terdengar begitu nyaring, seakan menggema di telinganya.
Milea merasakan hawa dingin yang bukan hanya karena udara malam, tapi juga karena rasa takut yang menggigitnya. Ia berlari tanpa henti, tak tahu arah, tak tahu tujuan, hanya didorong oleh satu tekad: untuk bebas dari cengkeraman Gio, dari neraka yang telah dibuatnya.
Setiap langkah kakinya terasa berat, setiap tarikan napas terasa sesak, namun ia tetap berlari, berlari sekuat tenaga, berharap bisa menemukan secercah harapan di tengah kegelapan yang mencekam ini.
Tiga jam. Tiga jam Milea berlari tanpa henti, kaki-kakinya terasa seperti tertimpa batu besar, setiap langkah terasa begitu berat.
Napasnya tersengal-sengal, tubuhnya gemetar karena kelelahan, kepalanya berdenyut-denyut hebat. Rasa haus dan lapar menggerogoti tubuhnya, membuatnya semakin lemah.
Ia terus berlari, meski pandangannya mulai kabur, dunia di sekitarnya seakan berputar. Jalanan yang sepi dan sunyi itu terasa semakin panjang, semakin tak berujung.
Harapannya mulai memudar, tenaganya benar-benar terkuras habis. Tubuhnya limbung, dunia di sekitarnya menjadi gelap gulita. Lalu, semuanya menjadi hitam.
Ketika kesadaran kembali, cahaya matahari yang menyilaukan menyambar wajahnya. Milea mengerang, matanya perlahan terbuka.
Ia masih berada di jalan yang sama, jalan yang sunyi dan sepi itu, dikelilingi oleh pepohonan yang menjulang tinggi. Tubuhnya terasa remuk, kepala masih berdenyut hebat. Ia mencoba untuk bangkit, namun tubuhnya terasa berat, lemas tak berdaya.
Lalu, ia melihatnya. Sepasang sepatu hitam mengkilap, sepatu yang sangat ia kenal, sepatu kesayangan Gio.
Milea mendongak, matanya menatap lurus ke atas, dan di sana, berdirilah Gio. Wajahnya yang tampan, yang biasanya terlihat menawan, kini tampak dingin dan tanpa ekspresi. Tatapan matanya tajam, menusuk, membuat Milea merasa semakin kecil, semakin tak berdaya.
"Kau... kalah," dua kata itu keluar dari bibir Gio, suaranya datar, tanpa sedikit pun rasa simpati. Dua kata yang menusuk hati Milea, menghancurkan sisa-sisa harapan yang masih tersisa.
Dua kata yang menandakan berakhirnya pelariannya, berakhirnya pertarungannya melawan takdir yang telah ditetapkan Gio.
Milea tertunduk, air mata mengalir di pipinya, mencampur debu jalanan dan rasa putus asa yang begitu dalam. Ia kalah. Ia telah kalah dalam permainan sadis yang telah dirancang Gio. Dan kini, ia harus menerima konsekuensinya.
Tiga hari lama nya Milea terkurung dalam penjara emas Gio, sebuah kamar mewah yang terasa lebih dingin dan mencekam daripada sel penjara tergelap sekalipun.
Tiga hari Gio menatapnya, mengamati setiap helaan napasnya, setiap gerakan kecilnya, namun tangannya tak pernah menyentuh. Sebuah permainan menunggu waktu, sebuah drama yang baru akan dimulai. Perjanjian mereka tadi malam, perjanjian yang memaksa Milea menjadi budaknya, telah menjadi pemicu bagi Gio untuk melancarkan aksinya.
Namun, ini bukan sekadar nafsu sesaat. Di balik mata Gio yang gelap dan dingin, tersimpan dendam yang membara, dendam yang telah membakar jiwanya selama bertahun-tahun. Dendam pada Alessandro, kakak Milea, pria yang telah menghancurkan hidupnya, pria yang telah merenggut kebahagiaan adik perempuannya, Berlin.
Berlin, gadis malang yang empat tahun lalu menjadi korban dari sebuah tragedi mengerikan yang melibatkan Alessandro.
Empat tahun Berlin terbaring koma, hidupnya melayang di antara mimpi dan kenyataan. Bahkan, ia melahirkan dalam keadaan tak sadarkan diri, sebuah bukti nyata dari kekejaman takdir yang telah menghancurkan hidupnya.
Satu bulan telah berlalu sejak Berlin membuka matanya, namun tubuhnya tetap tak berdaya, terkurung dalam cangkang yang tak bisa digerakkan.
Kecacatan otak akibat trauma masa lalu telah merenggut kemampuannya untuk merespon lingkungan sekitar, meninggalkannya dalam keheningan yang mencekam.
Kini, Gio akan membalas dendam. Milea, gadis yang tak bersalah, hanya menjadi korban dari dendam yang membara itu.
Ia akan menggunakan Milea sebagai alat untuk menghancurkan Alessandro, untuk membalas sakit hati yang telah terpendam selama bertahun-tahun.
Bayangan Berlin, dengan tubuhnya yang tak berdaya dan matanya yang kosong, menggerakkan Gio.
Ia akan membuat Alessandro merasakan penderitaan yang sama, ia akan membuat Alessandro merasakan sakit hati yang sama seperti yang telah ia rasakan. Malam ini, permainan akan dimulai. Malam ini, neraka akan dilepaskan.
*
*
*
Mobil mewah Gio melaju mulus, membelah keheningan malam. Di sampingnya, Milea terduduk lemas, tatapan kosongnya menerawang ke luar jendela, putus asa mencengkeram hatinya.
Empat hari. Empat hari lamanya ia menghilang, empat hari kakaknya, sang polisi handal, Alessandro, tak mampu menemukan jejaknya.
Bayangan-bayangan gelap mulai menari-nari di benaknya. Gio bukanlah orang sembarangan. Itu jelas. Kekuasaan dan pengaruhnya menjulang tinggi, membayangi Milea seperti awan badai yang siap meletus.
Pertanyaan-pertanyaan membayangi Milea seperti hantu-hantu kelam. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa rahasia kelam yang disembunyikan Alessandro, hingga membuat Gio, sosok yang begitu berkuasa dan kejam, menyimpan dendam sedalam samudra? Dendam yang kini berujung pada penculikan ini, pada rencana mengerikan untuk menjadikan Milea sebagai budaknya.
Bayangan itu menusuk hatinya, dingin dan membekukan. Ketakutan yang amat sangat, bercampur dengan ketidakpastian, menghancurkan sisa-sisa harapannya.
Mansion megah Gio, yang tadinya tampak seperti istana, kini menjelma menjadi penjara mengerikan, tempat mimpi buruknya dimulai.
Ia terjebak dalam jaring kekuasaan Gio, tanpa tahu bagaimana cara untuk meloloskan diri. Nasibnya kini digantungkan pada benang tipis harapan, yang setiap saat bisa putus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Elaro Veyrin
aku mampir kak,karya pertama bagus banget dan rapi penulisannya
2025-07-05
1
✧༺▓oadaingg ▓ ༻✧
karya pertama tapi penulis rapi bget
di tunggu back nya 🥰
2025-07-03
1