Lyra hanyalah gadis biasa yang hidup pas-pasan. Namun takdir berkata lain ketika ia tiba-tiba terbangun di dunia baru dengan sebuah sistem ajaib!
Sistem itu memberinya misi harian, hadiah luar biasa, hingga kesempatan untuk mengubah hidupnya 180 derajat. Dari seorang pegawai rendahan yang sering dibully, Lyra kini perlahan membangun kerajaan bisnisnya sendiri dan menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di dunia!
Namun perjalanan Lyra tak semudah yang ia bayangkan. Ia harus menghadapi musuh-musuh lama yang meremehkannya, rival bisnis yang licik, dan pria kaya yang ingin mengendalikan hidupnya.
Mampukah Lyra menunjukkan bahwa status dan kekuatan bukanlah hadiah, tapi hasil kerja keras dan keberanian?
Update setiap hari bisa satu episode atau dua episode
Ikuti perjalanan Lyra—dari gadis biasa, menjadi pewaris terkaya dan wanita yang ditakuti di dunia bisnis!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madya_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Ria offline
Pagi itu, Lyra membuka mata dengan semangat seperti biasa. Sinar matahari menembus tirai tipis, membuat kamar terlihat hangat dan nyaman. Ia duduk di tepi tempat tidur, menguap kecil, lalu berkata pelan,
“Masuk.”
(Ding! Hadiah hari ini: 25% saham di perusahaan penerbangan Astra Wings dan formula penumbuh rambut)
Lyra langsung terbelalak, “Eh? Saham penerbangan? Itu besar sekali, Zen.”
(Ding! Saham ini cukup berharga dan akan menghasilkan dividen tahunan yang besar. Formula penumbuh rambut juga dapat dijual dalam skala luas.)
Lyra menghela napas lega, “Baguslah… tapi untuk sahamnya, aku tidak mau ikut campur urusan manajemennya. Aku cuma mau benefitnya saja.”
Tak lama kemudian, ponselnya berbunyi. Nama yang muncul membuatnya sedikit kaget—Direktur Utama Astra Wings sendiri.
“Selamat pagi, Nona Lyra,” suara pria itu terdengar sopan, sedikit gugup. “Saya ingin mengonfirmasi kepemilikan saham Anda. Kami menantikan kerja sama baik dengan Anda.”
Lyra tersenyum tipis, suaranya tenang namun berwibawa, “Terima kasih. Saya tidak akan ikut campur soal manajemen. Saya hanya ingin menerima laporan rutin dan hak benefit saya. Selebihnya saya percayakan kepada tim profesional.”
“Dimengerti, Nona Lyra. Kami akan memastikan semuanya transparan dan lancar.”
Setelah menutup telepon, Roy muncul membawa tablet berisi laporan terbaru pembangunan perusahaan skincare.
“Nona Lyra, progres pembangunan berjalan cepat dan stabil,” ucap Roy sambil menyerahkan tablet. “Desain kantor sudah dipilih, perekrutan staf tahap awal berjalan sesuai jadwal. Jika tidak ada kendala, tahap finishing selesai lebih cepat dari target.”
Lyra membaca laporan itu dengan saksama, lalu tersenyum puas. “Bagus. Tambahkan juga ruang kesehatan dan konseling untuk karyawan. Aku mau perusahaan ini punya fasilitas yang benar-benar peduli pada kesejahteraan mereka.”
“Siap, nona,” jawab Roy sambil mencatat perintah itu.
Setelah Roy pergi mengurus aset, Lyra bersandar di sofa. Pear, kucing putih kecil berbulu tebal, dengan santainya melompat ke pangkuannya. Lyra mengelus kepala si kucing sambil tertawa kecil.
“Pear… kamu enak ya, nggak pusing urusan bisnis.”
(Ding! Tapi kamu menikmatinya juga kan, Lyra?) goda Zen dengan nada usil.
Lyra tertawa kecil, “Ya… mungkin sedikit.”
Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Nama Hera muncul di layar.
“Lyra! Malam ini temanku ulang tahun, namanya Gea. Kamu ikut ya! Biar kenalan sama banyak orang.”
Lyra berpikir sejenak, lalu mengangguk kecil meski tak terlihat oleh Hera. “Oke. Aku ikut.”
“Yeay! Jam tujuh malam ya, aku jemput!” sahut Hera riang.
...----------------...
Suasana di Keluarga Kandiswara
Rumah besar itu terasa mencekam. Para pekerja rumah bahkan tidak berani bersuara terlalu keras.
“Apa-apaan ini?! Kenapa semua kerja sama bisnis mulai ditarik?” bentak ayah Lyra dengan wajah merah padam.
Paman Lyra, ayah kandung Lina duduk di sudut ruangan, matanya gelisah. Diam-diam, ia sudah mengatur seseorang untuk menjalin kerja sama gelap dengan pihak luar, yang justru semakin memperparah kondisi perusahaan.
Ayah Lyra meremas meja kerjanya dengan tangan gemetar. “Sial! Semua ini mulai sejak anak itu—sejak Lyra muncul! Lina benar… dia memang pembawa sial!”
Telepon berdering. Seorang kenalan bisnisnya menawarkan bantuan.
“Aku bisa bantu suntik modal,” ucap suara di seberang, “tapi aku minta 20% saham perusahaanmu.”
Ayah Lyra memejamkan mata, dadanya terasa sesak. Akhirnya ia menjawab lirih, “Baik….”
...----------------...
Malam Pesta Ulang Tahun
Pukul tujuh malam, Hera datang menjemput Lyra. Malam itu, Lyra mengenakan gaun sederhana namun elegan, dengan riasan natural yang membuat pesonanya memancar.
Ballroom hotel tempat pesta berlangsung didekorasi dengan balon pastel dan bunga segar, memberikan kesan glamor namun tetap hangat.
Seorang gadis berambut panjang bergelombang menyambut mereka dengan wajah ceria.
“Heraaa! Akhirnya datang juga!” serunya sambil memeluk Hera erat-erat.
Hera tersenyum, “Gea, kenalin ini Lyra, temen baruku.”
Gea menatap Lyra dengan ramah, sedikit malu, “Hai Lyra… senang kenal kamu.”
Lyra mengulurkan kotak tas Hermes, “Selamat ulang tahun, Gea. Semoga kamu suka.”
Mata Gea langsung berbinar, “Astaga… ini..., makasih banyak! Kamu baik banget, Lyra.”
Mereka bertiga duduk bersama, mengobrol dengan hangat. Perlahan, Gea yang awalnya pemalu mulai terbuka. Hera senang melihat Lyra bisa akrab dengan teman-temannya.
Namun dari kejauhan, Ria memperhatikan dengan tatapan penuh kebencian.
“Dia selalu jadi pusat perhatian…” gumamnya sinis.
Dengan wajah dingin, ia menyuruh seorang pelayan untuk memberikan segelas anggur yang telah dicampur obat.
Pelayan itu menghampiri meja Lyra. Tapi sebelum Lyra meneguknya, Zen memberi peringatan.
(Ding! Hati-hati. Anggur itu sudah dicampur obat.)
Lyra menahan senyum tipis. Ia pura-pura meminumnya, lalu memegangi kepalanya. “Hera, aku keluar sebentar ya. Kepalaku agak pusing.”
Saat berjalan keluar, ia menabrak seseorang.
“Maaf—”
Saat mendongak, matanya membelalak. Adrian Martadinata.
Adrian menatap Lyra, lalu memegang tangannya. “Kita bertemu lagi…”
“Lepas.” Lyra menatap dingin.
Adrian justru semakin menahan. “Kenapa kamu menghindariku?”
"Siapa kamu bagiku?"
Tanpa pikir panjang, Lyra menendang tepat di bagian sensitif Adrian.
“Aaaargh!” Adrian jatuh, wajahnya merah padam menahan sakit.
Ria yang sedari tadi mengikuti Lyra mendekat. Namun ketika ia melewati lorong itu, Lyra menghilang.
“Ke mana dia?!” desis Ria kesal.
Tiba-tiba, Lyra muncul dari belakang. Dengan cepat, ia memukul kepala Ria dengan botol kosong.
“Tidur yang nyenyak,” ucapnya dingin.
Lyra menuangkan anggur bercampur obat ke mulut Ria yang pingsan, lalu memberi isyarat kepada seorang pelayan laki-laki yang kebingungan.
“Bawa dia ke kamar. Katanya dia yang pesan minuman itu.”
Skandal Besar
Beberapa menit kemudian, wartawan yang sudah dipanggil Ria datang. Namun yang mereka temukan justru Ria dalam keadaan memalukan bersama pelayan itu.
Berita heboh pun menyebar. Foto-foto Ria viral, membuat reputasinya hancur.
Tak lama kemudian, polisi datang. Ria yang sudah sadar langsung histeris, “Bukan aku! Aku dijebak! Lepaskan aku!”
Namun polisi tak menghiraukannya. “Nona Ria, Anda ditangkap atas dugaan penyalahgunaan obat terlarang. Silakan ikut kami untuk pemeriksaan.”
Ria meronta, air matanya bercucuran. “Jangan… jangan bawa aku! Aku nggak salah!”
Tapi tak ada yang peduli. Bahkan keluarga pacarnya mantan bos Lyra langsung mengakhiri hubungan dan menolak semua kontak darinya.
Ria menatap kosong ke arah kamera wartawan yang memotretnya. Air matanya jatuh, hidupnya benar-benar hancur.
Malam yang Sunyi
Lyra kembali ke vilanya. Pear langsung melompat ke pangkuannya, membuat Lyra mengelus lembut kucing kecil itu.
“Zen… aku terlalu kejam nggak?” bisiknya pelan.
(Ding! Kamu hanya membela diri. Ria mencoba menjatuhkanmu lebih dulu.)
“Tapi tetap saja…” Lyra menatap langit-langit, perasaan campur aduk di dadanya.
(Ding! Kamu punya hati yang lembut, Lyra. Tapi dunia ini tidak selalu ramah pada orang baik. Kamu hanya melakukan apa yang perlu dilakukan.)
Lyra tersenyum tipis. “Makasih, Zen…”
Ia pun merebahkan diri, memeluk Pear, dan perlahan tertidur.
Jangan lupa like, subscribe dan komen agar author semangat update. Terima kasih