Bagaimana perasaan kamu kalau teman SMAmu melamar di akhir perkuliahan?
Itulah yang dialami Arimbi, selama ini menganggap Sabda hanya teman SMA, teman seperjuangan saat merantau untuk kuliah tiba-tiba Sabda melamarnya.
Dianggap bercanda, namun suatu sore Sabda benar-benar menemui Ibu Arimbi untuk mengutarakan niat baiknya?
Akankah Arimbi menerima Sabda?
Ikuti kisah cinta remaja ini semoga ada pembelajaran untuk kalian dalam menghadapi percintaan yang labil.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SESERAHAN
Jam 2 nanti gue jemput, kita beli seserahan.
Sabda mengirim pesan pada Arimbi tepat adzan shubuh berkumandang. Sepertinya Arimbi belum bangun, karena statusnya masih belum online.
Yah, Sabda tadi malam lembur, menuntaskan deadline pekerjaan yang seharusnya disubmit saat dia menikah. Namun, ia tak mau ada tanggungan, biar fokus pada pernikahan saja. Tak enak juga pada Arimbi, beberapa hari ini tak ia perhatikan, dan lebih fokus pada penyelesaian proyek.
Setelah sholat shubuh, Sabda pun memilih tidur, maklum dia submit proyek pada pukul setengah 4 pagi. Sekarang matanya mengantuk sekali. Sebelum benar – benar memejamkan mata, ia mengirim chat ke Arimbi.
Gue tidur dulu ya, Mbek.
Chat Sabda sudah dibaca Arimbi, dan dalam hatinya merasa senang karena bisa bertemu dengan Sabda, setelah sekian hari hanya sekedar chat saja. Ia pun membatalkan janjinya pada Nafisah karena Sabda bisa. Tak disangka, Sabda menyelesaikan proyeknya secepat itu. Bisa dipastikan dia lembur. Tiba-tiba Arimbi girang, merasa ge-er saja. Jangan-jangan Sabda kebut menyelesaikan karena ingin menemaninya beli seserahan. Hem, perhatian banget sih sama gue, batin Arimbi tersentuh.
“Pis, mall depan kampus ada semua kan barang yang gue butuhin?” tanya Arimbi memastikan, Tadi malam ia juga sudah memfix kan seserahan apa saja yang mau dibeli sekaligus packingnya bersama Nafisah. Pikir Arimbi, beli bersama Nafisah nanti bisa nomaden. Artinya kalau barang di mall tidak sesuai dengan Arimbi, bisa mencari di tempat lain. Tapi kalau dengan Sabda, kayaknya gak mungkin nomaden deh, secara laki biasanya malas banget menemani perempuan belanja.
“Ada, Mbi. Langsung ke departement store aja, lengkap it utas, baju, delman, sandal. Cuma kalau emas kayaknya harus ke oulet lain.”
“Ya gak pa-pa sih kalau emas, setidaknya barang-barang pribadiku ada. Nanti urusan kue juga udah dipesenkan Ibu.”
“Packingnya beli di toko souvenir aja deh, Mbi. Ntar malam saja sama gue ya,” pinta Nafisah memohon, dirinya juga pengen hang out.
“Boleh deh, kalau urusan begituan lo lebih ahli ketimbang gue.”
Sabda benar-benar datang jam 2 teng. Arimbi tersenyum melihat kedatangan calon suaminya. Kalau dilihat, semakin hari kok Arimbi mengakui Sabda tampan ya. Padahal dulu, Sabda bukan tipe cowok ganteng menurut Arimbi. Mentang-mentang mau dinikahi tipe gantengnya berubah.
“Makan dulu ya, gue lapar!” ucap Sabda sembari melepas helm. Keduanya sudah berada di parkiran mall. Jarak kos Arimbi dan mall tak jauh mungkin ditempuh kurang dari 10 menit.
“Terakhir kamu makan kapan?” tanya Arimbi.
“Kapan ya? Kemarin pagi kayaknya.”
Arimbi melongo. “Terus lo begadang sampai pagi, perut lo isinya apa, Sap?”
“Kopi sama wafer kayaknya. Benaran deh, kalau lo udah di depan laptop dengan segala macam alur kerja, urusan makan nomor sekian, Mbi.”
“Kalau udah nikah, gue pastikan perut lo kenyang terus, Sap. Sekarang mungkin lo masih muda, daya tahan tubuh lo masih bagus. Gimana kalau udah umur 30 tahun dengan kebiasaan begadang dan lupa makan, sakit lo. Mati muda mau?” omel Arimbi dengan ketus. Sabda tertawa saja. Si cerewet mode on.
“Iya Sayang!”
Sabda dan Arimbi pun menuju ke food court. Sabda memesan bebek bumbu hitam dan jus jambu, sedangkan Arimbi hanya memesan siomay dan jus jambu. Ia sudah makan siang sebelum berangkat, khawatir Sabda sudah makan juga, meski kenyataannya belum.
Selesai makan, Arimbi mengajak Sabda ke departement store, memilih seserahan khusus barang pribadinya. Barang yang pertama dicari adalah heels.
Sabda mengkuti Arimbi memilih heels yang cocok sesuai keinginan Arimbi, Sabda tak memberikan aturan, dia menyerahkan semuanya pada Arimbi.
"Yakin lo pakai ini? Gak ketinggian?" tanya Sabda saat pilihan Arimbi jatuh pada heels navy dengan tinggi 10 cm." Awalnya menuruti keinginan Arimbi, tapi ternyata tak kuasa untuk memberi komentar juga, apalagi soal tinggi heels yang sedang dicoba Arimbi sekarang.
"Waktu jadi putri kampus, malah lebih tinggi, Sap. 15 cm coba."
"Dipakai ke mana sih setinggi itu. Bisa dikurangi gak? Kamu pakai itu, malah tinggian kamu daripada aku," ucap Sabda yang mengukur tinggi heels dengan tinggi Arimbi. Gadisnya itu punya postur yang tinggi, 168 cm kalau memakai heels itu bisa jadi 178 cm. Ya elah tinggi Sabda aja 175 cm. Jelas saja dia protes.
"Padahal gue cantik tahu pakai heels ini," ucap Arimbi cemberut.
"Lo mau cantik di depan siapa? Mending cantiknya lo buat gue doang kali, Mbek. Di kasur gak mungkin lo pakai heels setinggi itu kan?" Arimbi langsung menabok lengan Sabda. Ngapain bahas kasur sih. Mbak pegawainya pun ikut tertawa.
"5 cm saja deh, aman juga," Arimbi pun menuruti saran Sabda, baru kunjungan barang yang pertama loh, sudah terjadi perdebatan.
"Jangan beli satu, sekalian kayak ini sama sepatu kets," ucap Sabda sembari menunjuk wedges.
"Gue gak suka wedges, Sabda."
"Ya udah yang lain, jangan cuma satu."
Arimbi menoleh pada Sabda. "Royal banget," cicit Arimbi dengan memicingkan mata. "Tahu ibu belanja kayak gini pasti diomelin."
"Gak bakal dimarahi, Mbek. Seserahan itu salah satu cara menunjukkan kalau suami lo sanggup memberikan barang bagus buat istrinya. Dari barang seserahan itu juga bisa menunjukkan uang calon suami lo ada berapa."
"Sombong kali kau Tuan Sabda," ledek Arimbi sambil tertawa. Oke, Arimbi pun mengiyakan. Sekarang mana ada sih perempuan yang menolak disuruh belanja.
Arimbi memilih flat shoes warna beige dan juga sepatu kets warna putih. Oke, urusan kaki sudah selesai lanjut ke baju.
Arimbi memilih dress model choengsam berwarna blue ice, mencocokkan dengan warna heels juga.
"Tambah lagi, Mbek."
"Sap!" protes Arimbi, namun Sabda malah menarik lengannya agar segera memilih dress atau baju lain. Bahkan ia mengambil beberapa dari gantungan dan dicocokkan di tubuh Arimbi. Justru yang semangat malah Sabda.
2 dress, 3 blouse, 2 celana jeans dan 2 rok plisket sudah masuk kantong. Arimbi berdecak sebal, ini mau seserahan atau buka toko baju sih. Sebanyak ini juga. Khawatir dimarahi Ibu, dituduh minta banyak pada Sabda. Padahal beliau selalu mengingatkan agar tak memberatkan Sabda.
"Yang celana jeans gak usah dipacking buat seserahan, kayaknya kurang pas aja ya?" ucap Sabda tiba-tiba.
"Ya kan aku udah bilang, ngapain ambil celana juga."
"Ya gak pa-pa buat tambahan celana jeans kamu lah, siapa tahu setelah nikah gue ajak jalan-jalan."
Bisa apa selain mengiyakan. Lanjut ke tas, Arimbi sudah mengultimatum untuk membeli tas satu saja, karena dia tak suka tas model begini, merasa girly banget.
"Baik," untuk kali ini Sabda mengikuti Arimbi.
Kali ini Sabda diminta untuk duduk saja, karena Arimbi masuk ke area pakaian dalam wanita. Ia masih malu melihat pakaian dalam dengan Sabda. Untuk pakaian dalam, Arimbi tak mungkin membeli satu set saja. Khusus ini ia setuju kalau beli lebih dari satu set.
Terakhir soal make up. Arimbi memilih paket lamaran dengan brand yang cocok dengan kulitnya.
Total 6 paper bag yang mereka beli untuk barang seserahan. Untuk mukena dan perangkat ibadah lain, dicari di luar store ini sekaligus cincin.
Sabda masih setia mendampingi, tak komplain selain heels tadi, dan yang paling menyebalkan bagi Arimbi ketika Sabda dengan entengnya.
Yakin gak kurang?
Tambah lagi kayaknya.
Arimbi yang diajarkan ibu untuk tidak terlalu boros, jelas saja tak setuju dengan tawaran Sabda. Barang yang mereka bawa sudah sangat cukup, berlebih malah.
"Untuk perhiasan, selain cincin kamu pilih apa?" tanya Sabda karena melihat Arimbi hanya di area cincin saja.
"An*am," ucap Arimbi menyebut salah satu merk emas murni, dan diangguki Sabda.
lanjut kak
semangat terusss ya /Heart/
lanjut ya kak
semangat