Setelah perpisahan itu, Siena memulai hidup baru tanpa mengenang lagi masa lalu. Namun, saat kakinya meninggalkan Limerick, benih Erlan tumbuh di perutnya. Itu anak mereka. Tapi bagi Siena, anak itu hanya miliknya seorang.
Erlan tidak pernah membayangkan Siena akan benar-benar pergi. Erlan hidup dalam bayang-bayang penyesalan yang menyakitkan.
Nicole Ophelia Calliope tahu bahwa jatuh cinta pada Fernando Sagara Caesar adalah kesalahan besar. Pria itu adalah orang yang sangat ia benci selama lebih dari sepuluh tahun. Selain itu, ia tahu bahwa hati Nando adalah milik kakaknya, Siena Ariana Calliope.
Sampai kapanpun ia tidak akan pernah memenangkan hatinya. Nando mencintai kakaknya, selalu. Nicole hanya bisa menyimpan perasaannya sendirian, bahkan saat perjodohan keluarga Caesar dan keluarga Calliope yang baru berdamai mengikat dirinya dan Nando dalam ikatan pernikahan.
***
Cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat dan latar itu hanyalah karangan penulis
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Arsen meletakkan Siena di kursi penumpang bersama Kaivan, lalu ia melajukan mobilnya ke rumah sakit dengan kecepatan tinggi.
“Mommy,” panggil Kaivan kecil, ia sudah tidak menangis karena tidak mau menambah beban pikiran Mommy nya. Kaivan tidak mau terlihat sedih di dekat Mommy, karena ia tahu, Siena juga akan sedih.
“Iya kai… ” Siena menyahut dengan suaranya yang lemah, ia memaksa untuk mengangkat tangannya agar bisa memegang tangan Kaivan. Tapi, tangannya tidak bertenaga, langsung jatuh di sisi tubuhnya.
Kaivan menahan diri agar tidak kembali menangis. Tangan mungilnya meraih tangan Siena dan menggenggamnya erat.
“Mommy nggak apa-apa sayang,” hibur Siena dengan mata terpejam, berusaha untuk tetap sadar di tengah-tengah rasa pusing yang melandanya.
“Iya mom. Aku tahu mommy kuat,” ujar Kaivan berusaha tegar.
Lima belas menit kemudian mobil Arsen berhenti di rumah sakit terdekat. Arsen dengan cepat menggendong Siena dengan hati-hati, berusaha untuk tidak membuatnya merasa lebih sakit atau tidak nyaman. Arsen juga mengatur untuk meletakkan kepalanya di bahunya, dan tangannya melingkari lehernya. Pria itu berjalan dengan cepat dan pasti menuju pintu masuk rumah sakit, berusaha untuk mendapatkan bantuan medis secepat mungkin.
Wajah Arsen terlihat khawatir dan cemas, matanya fokus pada Siena yang terlihat lemas di pelukannya. Arsen berusaha untuk berbicara dengan Siena, tetapi wanita itu tidak memberikan respons. Arsen itu semakin khawatir, dan dia mempercepat langkahnya menuju ruang gawat darurat.
Ketika mereka tiba di ruang gawat darurat, Arsen dengan hati-hati meletakkan Siena di atas tempat tidur. Petugas medis segera datang untuk membantu, dan Arsen memberikan informasi tentang kondisi Siena. Dia terlihat sangat khawatir dan cemas, dan dia tidak bisa melepaskan pandangannya dari wanita itu yang sekarang sedang dirawat oleh petugas medis.
“Untuk tahu lebih pasti mengenai kondisi kesehatan pasien, kami akan melakukan pemeriksaan fisik, diikuti dengan pemeriksaan penunjang seperti tes laboratorium dan pemindaian jika diperlukan.” Kata petugas medis menjelaskan beberapa prosedur medis yang harus dilakukan.
“Lakukan yang terbaik,” kata Arsen cepat.
“Baik pak.”
Sementara petugas medis melakukan pengecekan medis, Arsen dan Kaivan menemani Siena agar merasa lebih nyaman.
“Paman, aku mau keluar sebentar,” ucap Kaivan.
"Jangan jauh-jauh ya," pesan Arsen sembari mengusap lembut rambut Kaivan.
"Baik paman." Kaivan mengangguk patuh.
Kaivan kecil berjalan gontai di koridor rumah sakit. Kepalanya tertunduk menatap lantai, ia tengah berada di keramaian tapi bukan keramaian yang membuatnya merasa lebih baik.
Rumah sakit yang ramai bukanlah pertanda baik, dan sekarang ia berada disini, bersama orang-orang yang menjadi bagian dari rumah sakit yang ramai.
“Hei, kamu kenapa?” Tanya seorang wanita yang hampir tertabrak olehnya, wanita itu berjongkok di depannya. Kaivan mengangkat kepalanya. Mata coklat terangnya bertemu dengan mata biru wanita berambut ungu di depannya.
Kaivan mengangguk. Wanita itu untuk sesaat tampak terkejut melihat wajah Kaivan.
“Kamu sendirian disini?” Tanya wanita itu setelah pulih dari keterkejutannya.
“Aku lagi nungguin mommy,” jawab Kaivan mundur dua langkah, ia selalu ingat pesan ibunya untuk selalu berhati-hati dengan orang asing.
“Nggak perlu takut. Aku bukan orang jahat,” Wanita itu mengulurkan tangan sambil tersenyum manis. “ Namaku Gloria Catherine,”
Mata Kaivan berkedip lucu, ia ragu-ragu sejenak kemudian menyambut uluran tangan Gloria. “Aku Kaivan,”
“Nama yang bagus,” puji Gloria, ia langsung menyukai anak laki-laki ini. Ada sesuatu dalam diri Kaivan yang membuatnya merasa dekat.
Kaivan dan Gloria duduk di kursi panjang, tidak begitu jauh dari ruangan IGD.
"Bibi Gloria, kenapa kamu disini? kamu juga sakit? atau kamu juga mengantarkan orang yang kamu sayang kesini?" Tanya Kaivan penasaran.
"semua orang memanggilku Lori, kamu juga bisa memanggilku sebagai bibi Lori." ujar Gloria.
"aku mau menemui seseorang disini." kata Gloria menambahkan.
Kaivan mengamati wajah cantik Gloria dari samping. Ia penasaran dengan rambut ungu Gloria yang tampak mencolok. Ia hampir tidak pernah melihat orang berambut ungu.
"Bibi menyayanginya?" tanya Kaivan.
"Ya, aku sangat menyayanginya."
"Aku juga sangat sayang sama Mommy,"
Gloria tersenyum lalu bertanya karena penasaran. "Jadi apa Daddymu juga ada di dalam?"
Kaivan menggeleng sedih.
Gloria meletakkan telunjuknya di dagu. Ia sedang berpikir keras.
'Apa jangan-jangan anak ini ada hubungannya dengan dia?'
...***...
...Ucapkan salam kepada karakter baru kita, Arsen dan Lori. ...
...Jangan lupa like, komen dan vote....
...💗💗💗...
kasihan kaivan 🥲🥲