NovelToon NovelToon
(Bukan) Pengantin Idaman

(Bukan) Pengantin Idaman

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Berbaikan / Pengantin Pengganti / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Pernikahan antara Adimas Muhammad Ibrahim dan Shaffiya Jasmine terjalin bukan karena cinta, melainkan karena sebuah perjodohan yang terpaksa. Adimas, yang membenci Jasmine karena masa lalu mereka yang buruk, merasa terperangkap dalam ikatan ini demi keluarganya. Jasmine, di sisi lain, berusaha keras menahan perasaan terluka demi baktinya kepada sang nenek, meski ia tahu pernikahan ini tidak lebih dari sekadar formalitas.

Namun Adimas lupa bahwa kebencian yang besar bisa juga beralih menjadi rasa cinta yang mendalam. Apakah cinta memang bisa tumbuh dari kebencian yang begitu dalam? Ataukah luka masa lalu akan selalu menghalangi jalan mereka untuk saling membahagiakan?

"Menikahimu adalah kewajiban untukku, namun mencintaimu adalah sebuah kemustahilan." -Adimas Muhammad Ibrahim-

“Silahkan membenciku sebanyak yang kamu mau. Namun kamu harus tahu sebanyak apapun kamu membenciku, sebanyak itulah nanti kamu akan mencintaiku.” – Shaffiya Jasm

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 25

Kalau saja bukan karena ada barangnya yang tertinggal di kafe milik Jasmine, mungkin Adimas tidak akan mau menginjakkan kakinya di tempat ini. Kafe yang didesain dengan menggabungkan unsur modern dan tradisional, dengan pencahayaan yang lembut dan tempat duduk yang ergonomis.

Aroma kopi arabika yang baru diseduh dan aneka pastry, seperti kue lapis legit dan croissant, memenuhi ruangan, menciptakan pengalaman sensorik yang menyenangkan, sementara area outdoor yang teduh menyediakan pilihan bersantai di udara segar. Secara keseluruhan, kafe ini dirancang untuk menciptakan suasana yang intim dan ramah, ideal untuk percakapan santai dan momen-momen berharga bersama orang terkasih.

Adimas cukup memuji konsep kafe ini. Keahlian Jasmine mengonsep desain dengan berbagai menu di sini juga membuat Adimas mengakui keahlian perempuan itu.

Kaki Adimas baru saja sampai di area parkir. Langkahnya begitu mantap menyusuri tempat itu menuju meja kasir sekaligus informasi.

"Permisi, apakah kemarin ada buku catatan berwarna hitam yang tertinggal di bangku dekat jendela itu?" tunjuk Adimas ke arah pojokan tempatnya duduk kemarin bersama Rama.

Namun matanya menyipit saat menyadari bahwa di sana dua orang yang ia kenal sedang bercengkrama dengan akrab.

"Ini, Pak. Kemarin langsung diamankan oleh staf kami." Suara staf kafe itu membuat Adimas mengalihkan pandangannya dari Adrian dan Jasmine.

Adimas mengangguk lalu menerima buku hitam tersebut. "Terima kasih," ucapnya lalu melangkah menuju tempat Jasmine dan Adrian.

Sebenarnya sebelum ia memutuskan untuk pergi ke tempat ini, Adimas sudah menghubungi Jasmine berulang kali. Niat hatinya ingin menitipkan buku tersebut pada Jasmine, namun ternyata kesibukannya bercengkrama dengan Adrian membuat telepon dirinya tidak dipedulikan Jasmine.

Anehnya kedua orang dekatnya itu saling menatap dalam diam. Adimas tersenyum sinis melihat itu. Keduanya seperti aktor dan aktris yang dulu sering Adimas lihat bersama Rindu. Terlalu dramatis dan berlebihan menurut Adimas.

"Mengobrol dengan adik saya sepertinya sangat menyenangkan. Hingga pesan saya tidak kunjung kamu balas," sindir Adimas dengan sengaja.

Mulutnya sungguh tidak bisa ditahan untuk tidak mengeluarkan sindiran terhadap kedua orang itu.

Baik Jasmine maupun Adrian menoleh bersamaan. Menggelikan memang, melihat keduanya seperti ini membuat Adimas merasa bahwa kedua orang ini memang terlihat cocok satu sama lain.

"Mas sejak kapan ada di sini?" tanya Jasmine yang terlihat terkejut melihat kehadiran Adimas.

"Cukup lama sehingga bisa melihat kalian saling bertatapan seperti tadi," sahut Adimas tersenyum samar terkesan sinis. Tangannya ia masukkan ke saku celana. "Kalian ternyata sangat cocok satu sama lain."

Tatapan Adimas menatap Adrian dan Jasmine bergantian. Rasanya Adimas ingin tertawa melihat ekspresi Adrian yang jauh dari kata ramah itu. Semenjak Adrian mengetahui pernikahan dirinya dengan Jasmine, adiknya itu begitu menjaga jarak dengannya namun ternyata tidak kunjung menjaga jarak dari Jasmine.

"Jaga bicaramu, Kak. Kedekatan kami tidak seperti kedekatan kamu dan sahabat terselubungmu itu. Jasmine tidak seperti sahabatmu itu."

Adimas terkekeh. "Ya tentu saja. Jasmine dan Rindu tidak bisa kamu bandingkan, Dri. Terlalu jauh perbedaannya. Rindu terlalu tinggi untuk Jasmine samakan."

Pernyataan itu membuat Adrian beranjak berdiri. "Jaga-"

"Ian, sudah," sela Jasmine cepat dengan senyum tipis di wajahnya membuat Adrian pun duduk kembali. Sedangkan Jasmine kini beralih menatap Adimas dengan serius. "Mas ke sini ada perlu apa? Nggak mungkin mau jemput aku, kan?"

Adimas mencoba menerka isi pikiran Jasmine. Semakin ke sini, semakin Adimas kesulitan menebak isi pikiran perempuan berpakaian serba hitam di depannya ini. Terkadang ia ceria, terkadang begitu tenang namun ada kalanya ia juga jadi galak. Namun terkadang Adimas merasa Jasmine begitu tahu isi pikirannya.

"Saya mau menjemput kamu." Bohong, namun karena Adrian juga berada di sana, Adimas sengaja mengubah maksudnya. "Ini sudah jam lima sore. Kamu sudah waktunya pulang, kan?"

"Belum. Aku masih ada pekerjaan di atas. Mas bisa pulang dulu." Penolakan pertama dari Jasmine dan itu membuat Adimas cukup terkejut.

"Kalau begitu saya tunggu kamu," sahut Adimas tegas. "Titik, tidak pakai koma," lanjut dengan suara tegas membuat Jasmine akhirnya mengangguk.

"Mau tunggu di sini atau di atas?" tanya Jasmine lagi. Kali ini Jasmine terlihat mengabaikan Adrian yang duduk di sampingnya.

"Di atas saja. Saya bisa leluasa menatap kamu di sana," goda Adimas berharap Jasmine akan terkejut atau menunjukkan rona pipi khas perempuan yang salah tingkah.

Alih-alih salah tingkah apalagi bersikap malu-malu, Jasmine hanya mengangguk cepat. Pandangannya lalu beralih ke Adrian yang kini menatap Adimas dengan seringaian tipis.

"Kamu bisa duduk di sini, Yan. Maaf ya, aku nggak bisa nemenin kamu. Kalau ada apa-apa kamu bisa panggil Harry ataupun Lila."

Adrian mengangguk sembari tersenyum lembut kepada Jasmine. "Nggak apa-apa, Shaf. Santai saja."

Jasmine tersenyum lagi dan itu membuat Adimas tidak suka. "Jasmine, ayo! Kelamaan bicara dengan Adrian membuat dia susah gagal move on nanti."

Tatapan Adrian mendelik seakan ingin mengumpar Adimas, namun Adimas tahu, adiknya itu terlalu menunjukkan sisi baiknya di hadapan Jasmine sehingga tidak akan mengeluarkan kata-kata kasar seperti itu.

Sedangkan Jasmine kemudian berjalan lebih dulu menuju area tangga khusus di dekat dapur. Tanpa basa-basi mengucapkan kata permisi kepada Adrian, Adimas pun ikut mengekori Jasmine dari belakang. Sepanjang Adimas mengikuti Jasmine, tatapan kurang suka para staf Jasmine terlihat begitu tampak.

Entah hanya perasaan Adimas saja atau memang kenyataannya begitu, namun Adimas bisa menebak bahwa mereka tidak menyukainya.

Satu per satu anak tangga Adimas tapaki. Sepanjang menaiki tangga, mata Adimas menatap takjub dengan beberapa lukisan yang terpajang di dinding dekat tangga. Hingga tanpa sadar, mereka pun sampai di ruangan Jasmine.

"Mas bisa istirahat dulu di sana ya. Aku akan menyelesaikan pekerjaanku dengan segera." Jasmine menunjuk sebuah sofa berwarna abu-abu yang berada di sudut ruangan dekat jendela besar. Tidak jauh dari sofa tersebut terdapat rak buku besar yang membuat Adimas meyakini bahwa Jasmine pastinya hobi membaca.

Sementara Adimas pun berjalan menuju sofa yang ternyata membuatnya bisa melihat pemandangan di bawah tempat itu, Jasmine sendiri segera berjalan menuju meja kerjanya. Mengabaikan Jasmine yang langsung tenggelam dalam pekerjaannya, Adimas pun duduk di sofa tersebut.

Hal pertama yang ia rasakan ketika memasuki ruangan ini adalah kehangatan dan suasana harmonis yang begitu kuat. Aura femininnya begitu terasa. Mata Adimas kemudian menatap Jasmine yang kini tampak fokus dengan lembaran pekerjaan dan sebuah laptop di depannya. Tidak lupa sebuah kacamata membingkai mata Jasmine yang biasanya begitu bulat dan berbinar.

Tanpa sadar Adimas kemudian menarik ujung bibirnya yang juga membuat mata tajamnya ikut tertarik. Lalu perasaan bak angin yang berhembus perlahan menyusup ke relung hatinya tanpa permisi apalagi aba-aba. Sebuah perasaan hangat yang membuatnya enggan memalingkan pandangan dari wajah cantik milik perempuan berstatus istrinya itu.

"Pak!"

"Pak! Halo!" Suara berat itu membuat Adimas membulat dan akhirnya tersadar dengan apa yang baru saja ia lakukan.

Kini di depannya, berdiri seorang lelaki muda lengkap dengan topi hitam bertuliskan 'Mine' dengan membawa baki dengan segelas kopi dan piring kecil dengan sepotong kue cokelat di atasnya.

"Ada apa?" tanya Adimas datar, mencoba meredakan salah tingkahnya karena ketahuan menatap Jasmine.

"Ini minuman dan makannya mau ditaruh di mana?" tanya lelaki itu seperti menahan senyum.

"Taruh di situ saja." Adimas menunjuk meja kecil di dekatnya.

"Silahkan di minum, Pak," kata lelaki itu lagi dengan senyum jahil. "Minumannya dijamin enak Pak. Bertambah manis karena Bapak terus menatap Kak Shaf seperti tadi," guraunya kemudian sambil melirik Jasmine.

Adimas pun memiringkan kepalanya menatap Jasmine yang menggaruk alisnya, entah memang gatal atau hanya pengalihan agar tidak terlihat salah tingkah.

"Ya sudah. Selamat menikmati waktu berdua, Bapak dan Ibu Bos," ucapan selamat disertai senyum jahil kemudian menjadi penutup sebelum staf Jasmine itu benar-benar keluar.

Setelah memastikan staf tersebut keluar. Adimas menatap minuman dan sepotong kue tersebut dengan teliti.

"Silahkan dinikmati, Mas. Kopinya enak kok. Kuenya juga enak. Nanti kasih komentar ya. Itu menu baru soalnya."

Adimas menatap Jasmine sekilas. Laptopnya sudah ditutup dan gerakan tangannya sudah merapikan meja kerjanya. Kacamata yang tadi dipakai pun sudah dilepas, membuat mata bulat berbinarnya itu tampak indah.

"Mau aku suapin?" tanya Jasmine melangkah menuju Adimas sembari tersenyum jahil.

Tampaknya perempuan itu sengaja menggoda Adimas. Nama Jasmine itu terkenal dengan pesonanya yang membuatnya dulu dijuluki playgirl semasa sekolah. Jika biasanya yang cantik dipadukan dengan otak yang biasa saja, namun itu tidak berlaku untuk Jasmine. Cantik, cerdas dan populer itu sepaket dirinya.

"Kamu menggoda saya?" balas Adimas menatapnya dengan seringaian tipis.

Jasmine yang baru saja duduk tepat di samping Adimas itu tertawa pelan. Matanya menatap Adimas tanpa berkedip, membiarkan Adimas bertatap langsung dengan matanya yang baru Adimas sadari secantik itu.

Sialnya Adimas terdiam seakan terhipnotis oleh mata cantik itu. Kemana saja Adimas hingga baru tersadar sekarang?

"Baru ditatap begitu saja langsung diam," cibir Jasmine kemudian tersenyum meremehkan, namun tak ayal membuat lesung pipinya muncul.

"Saya lupa kamu sangat handal dalam hal seperti ini. Nggak heran mantan kamu dulunya pasti banyak."

Jasmine menggeleng cepat. "Justru sejujurnya aku itu nggak punya mantan. Nggak pernah pacaran sih tepatnya."

Adimas tidak bisa menahan tawanya mendengar guyonan Jasmine. Namun wajah serius Jasmine yang menatapnya tidak kalah serius membuat Adimas menghentikan tawanya. Lalu menatap Jasmine tidak percaya.

"Enggak pernah pacaran bukan berarti tidak pernah suka sama orang ya, nanti malah salah kaprah lagi," ralatnya santai. "Kalau Mas? Pernah pacaran?" tanya Jasmine penasaran.

Namun belum sempat Adimas menjawab, perempuan itu justru mendekat ke dirinya. Bahkan tidak hanya tubuhnya yang tidak berjarak, wajahnya pun begitu dekat dengan wajah Adimas. Dengan jarak sedekat ini, Adimas bahkan bisa menghirup wanginya Jasmine yang begitu...manis.

"Aku tebak, kamu belum pernah pacaran. Benar?"

Adimas dengan susah payah menelan salivanya. Hingga akhirnya ia mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Lalu dengan cepat ia berdiri membuat Jasmine menatapnya terkejut.

"Ayo pulang! Saya masih ada pekerjaan nanti malam," dusta Adimas berusaha menghindar dari suasana menegangkan tadi.

"Kuenya? Coba dulu sini," bujuk Jasmine lagi sambil menarik kemejanya pelan.

Adimas menatapnya datar. "Nanti saja. Bungkusin aja kalau perlu. Saya buru-buru," sahut Adimas yang bersiap-siap pergi.

Jasmine mengangguk. Bahkan tidak ada ekspresi kesal di wajahnya. Saat Jasmine sedang mencoba membawakan kopi dan kue tersebutlah ponsel Adimas berdering.

Nama Rindu tertera di layar. Adimas dengan cepat mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, kenapa Rin-?"

"Kak... Tolong aku...."

Suara serak bercampur tangis itu membuat Adimas langsung keluar ruang kerja Jasmine tanpa bicara apapun. Baginya Rindu adalah prioritasnya. Adimas tidak sadar bahwa mata berbinar milik Jasmine hampir kehilangan binarnya saat lelaki itu pergi tanpa permisi.

*

*

*

BERSAMBUNG YAAA,

Ada pesan untuk Adimaskah?

Jangan lupa dukung selalu ya. Terima kasih untuk kebaikan kalian semua. Jangan lupa komen, like dan subscribenya yaaa reader :)

1
Titik Sofiah
lanjut lanjut Thor
Titik Sofiah
penasaran sebenar.a apa yg dilakukan Jasmine ke rindu Ampe si Adimas benci Ama Jasmine
Titik Sofiah
Awal yg menarik ya Thor moga konfliknya nggak trlalu berat
Lia Yulia
kasian jasmin
Jeng Ining
hemmm sudh kudugem, klo Rindu ke dapur krn panas dimas dn rama ngomongin Jasmine, kmudian mw cari masalah dn playing victim 🙄
Edelweis Namira: Tapi realitanya emg suka gitu, yg terbiasa buat masalah akan selalu dianggap tukang buat masalah sekalipun ia gak salah
total 1 replies
Jeng Ining
cahbodo kamu Dim, kalo emng kalem bakalan tau diri, ga bakal peluk² laki org apalagi di rumh si laki yg pasti jg ada bininya😮‍💨😏
Edelweis Namira: Adimas emg bodoh emang
total 1 replies
Jeng Ining
haiyyyaaahhh.. gimana nasibnya ituh bawang, gosong kek ayam tadi kah🤭👋
Jeng Ining: 🤟😂😂/Facepalm/
Edelweis Namira: suka speechless emang kalo suami modelan Adimas
total 2 replies
Lembayung Senja
knp ndak up date..crita satunya juga ndak dlanjut
Fauziah Rahma
padahal tidak
Fauziah Rahma
penasaran? kenapa bisa sebenci itu
Edelweis Namira: Pernah dispill kok di awal2.
total 1 replies
Alfatihah
nyesek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!