NovelToon NovelToon
DARAH SOKA

DARAH SOKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Penyelamat
Popularitas:658
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Shinkai. Sosok lelaki berusia 25 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah sewa yang terletak tepat di sebelah toko bunga tempat ia berada saat ini. Toko bunga itu sendiri merupakan milik dari seorang wanita single parent yang biasa dipanggil bu Dyn dan memiliki seorang anak laki-laki berusia 12 tahun. Adapun keponakannya, tinggal bersamanya yang seringkali diganggu oleh Shinkai itu bernama Aimee. Ia setahun lebih tua dibanding Shinkai. Karena bertetangga dan sering membantu bu Dyn. Shinkai sangat dekat dengan keluarga itu. Bahkan sudah seperti keluarga sendiri.

Novel ini memiliki genre action komedi yang memadukan adegan lucu yang bikin tertawa lepas, serta adegan seru yang menegangkan dari aksi para tokoh. Adapun part tertentu yang membuat air mata mengalir deras. Novel ini akan mengaduk perasaan pembaca karena ceritanya yang menarik.

Yuk, baca kisah lengkap Shinkai dengan aksi kerennya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 25

Aimee muncul sambil mengucek mata. Ia tidak sempat mandi karena bangun sangat terlambat. Semalam proyek melukis vas kaca selesai dini hari. Sehingga ia tidak punya banyak waktu untuk terlelap.

“Selamat pagi, Aimee,” sapa bu Dyn.

“Selamat pagi, Bu.” Aimee membalas.

Shinkai membawa wadah berisi beberapa bibit tanaman bunga. Ia lewat dan sengaja menyenggol Aimee sampai tanpa sengaja menyenggol Neptune hingga terjatuh. Wajah anak itu langsung merah padam, disusul Aimee yang belum selesai dengan rasa kantuk.

“Apa yang kau lakukan, Shin!” seru Aimee dengan mata melotot.

“Eh, ada belek. Belum mandi, ya?” ujar Shinkai, berbohong.

Gadis itu segera mengelap matanya dengan tisu, lantas berlari ke sudut untuk bercermin.

Semua pada tugas masing-masing. Shinkai mengangkat bibit-bibit tanaman dan tangkai-tangkai bunga yang sudah mekar, Aimee merapikan barang-barang. Bu Dyn menyapu lantai, May mengisi parfum-parfum racikannya, serta Neptune yang membersihkan debu-debu di dinding kaca. Keseharian sederhana yang menyenangkan. Mereka sudah seperti keluarga utuh yang bahagia. Sekalipun Shinkai terkadang memikirkan bagaimana nasib mereka ke depannya.

Seorang pelanggan datang. Ialah wanita tua dengan tongkat kayu. Tak terlihat lagi warna lain selain putih pada rambutnya. Shinkai menebak bahwa wanita itu jauh lebih tua dibanding kakek Haru dan wanita tua itu masih terlihat sehat. Sejak pertama kali datang ke desa itu, Shinkai sudah melihatnya seperti itu dan sampai sekarang masih sama. Artinya, ia tidak melihat perubahan tentang bertambah tuanya ia. Atau mungkin Shinkai tidak memperhatikan karena tidak bertemu dengannya setiap hari.

“Selamat pagi, nenek Qin. Ada yang bisa dibantu?” Bu Dyn menyapa ramah.

“Apakah di sini ada bunga matahari?”

“Ada. Anda mau menanam atau sebagai hiasan?”

“Entahlah. Cucuku menangis karena bunganya diinjak sapi. Sekarang aku harus bertanggung jawab karena itu ulah sapi milikku.”

“Apakah cucu Anda menanamnya, nenek Qin?”

“Entahlah. Mungkin ditanam. Tapi bunga itu sudah kotor kelopaknya.”

Bu Dyn melirik Aimee. Isyarat bahwa ia butuh bantuan.

“Apakah bunga matahari itu sudah mekar, nenek Qin?” Aimee bertanya.

“Entahlah, sudah diinjak sapi. Itu membuat cucuku menangis.”

Tiba-tiba Shinkai menyelipkan diri di antara bu Dyn dan Aimee.

“Aku akan membawakan semua jenis bunga matahari ke rumahmu dan melihat bunga matahari seperti apa yang Anda butuhkan,” timpal Shinkai dengan senyuman hambar. Ia sudah muak mendengar penuturan nenek Qin yang tidak jelas itu.

“Eh, tak perlu membawa beban sebanyak itu. lihat, aku membawa bunga matahari yang terinjak sapi itu,” ujar nenek Qin sambil mengeluarkan sesuatu dari sakunya yang ternyata sebuah bunga matahari palsu. Terbuat dari bahan plastik.

Lengang. Semua terjebak dalam pikiran masing-masing. Lebih tepatnya terjebak dalam kekecewaan masing-masing.

“Hei, nenek yang cantik jelita. Kami tidak menjual kepalsuan di sini. Anda bisa mendapatkan ini di pasar sana.” Shinkai berkata.

Nenek Qin menunduk, kecewa. Ia mengusap bunga matahari plastik yang kotor itu.

Aimee melirik Shinkai dan menyikutnya. Sebuah kode agar pemuda itu memberikan solusi untuk nenek Qin.

“Apakah cucu Anda tidak mau bunga-bunga asli ini, nenek Qin?” Shinkai menawarkan.

“Entahlah. Aku akan pulang dan menemui cucuku dengan tangan kosong.” Nenek Qin berputar balik dan melangkah perlahan dengan tongkat kayunya.

Sekali lagi Aimee menyikut Shinkai, “Antar dia ke pasar.” Aimee berbisik.

“Hah?”

“Cepat antar dia atau kau mau melihat nenek cantik jelita itu menangis karena cucunya kecewa.”

“Itu bukan urusanku.”

“Itu urusanmu!”

Setelah melalui perdebatan agak panjang, Shinkai menyusul nenek Qin dan mengajak wanita tua itu untuk pergi ke pasar dan membeli bunga matahari palsu.

Aimee tersenyum penuh kepuasan.

“Kak Aimee baik sekali, berusaha meminta tuan Shinkai untuk mengantar nenek tua itu. kak Aimee sangat peduli dengan sesama.” May memuji.

“Bukan begitu, May. Aku hanya puas melihat Shinkai yang berjalan berdua dengan nenek Qin seperti sepasang kekasih,” ungkap Aimee diselingi tawa renyah.

Bu Dyn dan Neptune turut tertawa karena membayangkan ucapan Aimee.

Beberapa menit berlalu, pelanggan mulai berdatangan lagi hingga kantong wadah untuk pelanggan habis. Aimee lupa membawa lebih banyak wadah karena bangun terlalu terlambat.

“Aku akan mengambilnya,” ucap Aimee.

May menarik lengan Aimee, “Aku saja, kak Aimee. Gerak tanganmu melayani pelanggan jauh lebih cepat dibanding aku.”

Setelah itu, tersisa bu Dyn, Aimee dan Neptune di toko.

“Selamat pagi, apakah benar ini toko bunga bu Dyn?” tanya seorang pemuda.

“Benar,” jawab Aimee, ia berhadapan dengan pemuda itu.

“Kekasihku berulang tahun hari ini. Kira-kira, bunga apa yang cocok untuknya? Awalnya aku berpikir untuk membeli bunga mawar merah. Namun ia tidak menyukai warna itu. apa yang harus aku lakukan?”

“Bagaimana dengan mawar merah muda? Itu sangat cocok untuk gadis muda.” Aimee menawarkan.

“Baiklah, tolong ambilkan satu tangkai untukku.”

Aimee membungkus bunga itu dan hendak memberikannya ke pelanggan. Namun, saat pemuda itu menerimanya, Aimee merasakan ada sesuatu yang menusuk nadinya.seperti sebuah jarum, namun tidak terasa sakit sama sekali.

“Terima kasih,” ucap pemuda itu sambil berlalu dengan langkah cepat.

Dalam hitungan detik, tiba-tiba Aimee kehilangan keseimbang dan tumbang. Bu Dyn dan Neptune yang melihat itu langsung menghampiri. Bertepatan dengan itu May muncul dengan barang yang diambil tadi. Tanpa berlama-lama, ia berlari ke arah Aimee juga.

Bibir Aimee tampak membiru. Tubuhnya lemas dan tak kuasa membuka mata. Bu Dyn dan Neptune menangis tanpa terbendung lagi. Sedangkan May dengan wajah kebingungan.

“Aimee! Bertahanlah!” ucap bu Dyn.

“Kak Aimee, buka matamu! Apa yang terjadi?” Neptune berseru.

Mereka terus menggoyang-goyangkan tubuh Aimee dengan harapan bisa melihat gadis itu bereaksi.

“Racun. Kak Aimee terkena racun,” ujar May.

“Apa yang terjadi?” Shinkai telah kembali.

Pemuda itu langsung mengangkat tubuh Aimee dan berlari ke luar toko bunga. Yang lain menyusulnya dari belakang. Mereka menuju kamar Aimee.

“Kak May bilang bahwa kak Aimee terkena racun,” terang Neptune.

Shinkai melihat mata bu Dyn dan Neptune yang sembab. Lain halnya dengan May yang tampak biasa saja dengan wajah polos. Seolah tidak tahu apa-apa.

“Apa yang kau lakukan pada Aimee?” Shinkai bertanya tegas pada May.

Gadis kecil itu menggeleng dengan ekspresi kebingungan.

“Apa yang kau lakukan pada Aimee?” Shinkai mengulang pertanyaannya.

“Aku tidak melakukan apapun,” jawab May.

“Bohong!” Shinkai mengeluarkan sebuah botol kecil yang sangat mirip dengan botol yang dipegang May di rumah pohon. Botol dengan isian cairan berwarna bening. “Kau tidak asing dengan botol ini, hah?”

“Dari mana kau mendapatkan itu?” May bertanya.

“Apa tujuanmu berada di sini?”

May tersenyum licik, “Ternyata ketahuan, ya. Selamat tinggal, senang bertemu kalian semua.”

Gadis itu menyemprotkan aroma jeruk menyengat tepat ke wajah Shinkai. Saat Shinkai kehilangan fokus karena pusing dengan aroma parfum jeruk, ia melarikan diri sebelum Shinkai sempat menghadang.

“Sial, gadis cebol!”

By Dyn menghalangi langkah Shinkai yang hendak keluar untuk mengejar May.

“Lebih penting untuk membawakan penawar racun untuk Aimee. Biarkan saja penjahat itu pergi,” ujar bu Dyn.

Sebuah fakta mengejutkan yang membuat Shinkai mengepalkan kedua tangannya dengan keras. Aimee masih terbaring tak sadarkan diri. Shinkai sangat terpukul dengan pemandangan seperti itu. Padahal, beberapa saat lalu ia masih bisa bersenda gurau dengan Aimee.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!