Farrah, gadis desa yang lugu, berhasil menaklukkan hati seorang Mafia kejam bernama Martin.
Kisah cinta mereka berawal ketika Martin tidak sengaja melihat Farrah menangis histeris di bandara, ia dipaksa ikut dengan seorang pria paruh baya sebagai ganti hutang ayahnya yang tidak bisa dibayar.
Meskipun saling mencintai, namun masalah besar yang dihadapi oleh Martin menjadi kendala dalam hubungan mereka.
Baca selengkapnya di novel ini >>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jasmoone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di antara dua pilihan yang sulit
Tampak gambar Martin sedang meringkuk di dalam sebuah ruangan, dengan tangan bersimbah darah.
" Awalnya aku mengira bahwa kau ingin bercanda padaku, karena photo itu dikirim oleh nomor whatsappmu. " Ujar Farrah seraya menghela napas.
Flashback ke waktu sebelum Farrah menghilang.
Sore itu Farrah tampak kesal karena Martin belum pulang, sementara waktu sudah hampir menjelang magrib.
Ia mengira bahwa Martin telah kabur meninggalkannya, karena tidak ingin bertanggungjawab atas kehamilannya.
Dengan perasaan yang sudah tak karuan, Farrah akhirnya membaringkan badannya di tempat tidur, dan akhirnya ketiduran.
Setelah beberapa jam tertidur, Farrah dikejutkan oleh nada dering pesan masuk di ponselnya.
Tampak dari layar ponselnya pesan yang masuk adalah pesan dari Martin, Farrah akhirnya merasa lega.
" Akhirnya. " Gumam Farrah seraya membuka pesan itu.
Perasaan yang semula lega seketika menjadi tegang, ketika mendapati pesan yang dikirim oleh akun whatsapp Martin, ternyata adalah photo Martin yang sedang meringkuk di dalam ruangan yang tampak berantakan dengan kondisi tangan bersimbah darah.
" Martin, sayang kamu kenapa?. " Gumam Farrah dengan ekspresi wajah cemas.
Namun Farrah seketika berpikir bahwa pesan itu adalah keisengan Martin saja, karena photo itu pengirimannya adalah akun whatsapp Martin sendiri.
" Sayang, apa-apaan sih, enggak lucu ah. " Balas Farrah di pesan singkat itu.
Tak lama kemudian, Farrah pun menerima panggilan telpon dari akun whatsapp Martin itu.
Dengan wajah tampak tidak baik-baik saja, Farrah menjawab panggilan telpon itu.
" Sayang, itu enggak lucu tau!!. " Ujar Farrah yang mengira bahwa yang menelpon itu adalah Martin.
" Hai Nona cantik, sudah lihat gambar tadi kan?. " Tanya seorang lelaki di pangilan telpon itu yang ternyata bukan Martin.
Ternyata ponsel Martin digunakan oleh orang lain.
Mendengar itu, Farrah tampak semakin cemas dan ketakutan.
" Siapa kamu?, mana Martin? " tanya Farrah dengan suara gemetar.
" Kamu tidak perlu tahu siapa aku!, kalau kamu masih ingin Martin hidup, jauhi Martin bagaimana pun caranya. " Ujar lelaki itu seraya mengakhiri panggilan telpon.
" Halo.. Halo.. " Farrah tampak ingin bertanya sesuatu namun lelaki itu sudah mengakhiri panggilan.
Farrah mencoba menelpon balik, tapi akun whatsapp Martin sudah tidak aktif, Farrah pun juga mencoba menelpon ke nomor ponselnya lansung, namun nomornya pun diluar jangkauan.
Farrah tampak panik, ia pun tak bisa berpikir dengan baik.
Untuk memenangkan pikirannya, Farrah akhirnya mengambil segelas air putih, meminumnya habis, lalu kemudian membaringkan badannya ke tempat tidur.
Ia berharap setelah tertidur beberapa saat, pikirannya akan tenang kembali.
Alih-alih tenang, baru saja memejamkan mata, lagi-lagi akun whatsapp Martin kembali menelponnya.
" Nona, Martin ingin bertemu, datang ke alamat ini sekarang!. " Ujar lelaki itu sambil menyebutkan alamat salah satu mini market yang tak jauh dari tempat tinggal Farrah.
" Baik, saya segera ke sana. " Jawab Farrah dengan suara tampak semangat.
Setibanya di tempat tujuan, Farrah melemparkan pandangannya ke sekitar namun tidak ada siapa pun di sana.
Tak lama kemudian, lelaki yang menggunakan akun whatsapp Martin itu pun menelpon lagi.
" Nona, saya dan Martin di sini, di dalam mobil warna hitam di bawah pohon. " Ujar lelaki itu seraya mengakhiri panggilan.
Farrah pun berjalan menuju mobil warna hitam yang ada di bawah pohon itu.
Setibanya di sana, seorang lelaki tampak membuka pintu mobil. ia mengatakan pada Farrah bahwa Martin menyuruh Farrah menemuinya di dalam mobil saja.
Farrah pun kemudian masuk ke dalam mobil itu.
" Mana Martin? " tanya Farrah yang tampak kesal karena mendapati Martin ternyata tidak ada di dalam mobil itu.
Alih-alih menjawab, lelaki itu malah mengikat tangan Farrah dan menutup mulutnya agar tidak bersuara.
Dua lelaki itu pun akhirnya membawa Farrah pergi.
...***...
Tak lama kemudian, mereka pun tiba di depan sebuah bangunan di pinggiran di daerah agak sepi.
Dua lelaki itu pun mengajak Farrah turun dan membawanya ke dalam bangunan itu, di sana tampak seorang pria yang sepertinya jauh lebih tua dari Farrah.
Pria yang ada di bangunan itu tampak ketakutan, melihat kedatangan Farrah dan dua lelaki yang menculiknya itu.
Dengan wajah tampak pucat, pria itu menghampiri dua lelaki yang bersama Farrah itu.
" Saya janji, saya akan melunasi semuanya bulan depan pak. " Ucap pria itu dengan suara gemetar.
" Semua hutang Ibumu akan lunas, jika kau mau bekerja sama dengan kami. " Ujar lelaki itu dengan nada serius.
Seketika pria itu tampak lega, ia pun menanyakan kerja sama seperti apa yang mereka tawarkan itu.
" Kerja sama?, maksudnya bagaimana pak?. " Tanya pria bernama Anton itu.
" Pekerjaannya gampang sekali, kamu hanya harus berpura-pura menjadi suami wanita ini hingga batas waktu yang ditentukan. " Ujar lelaki itu.
" Maksudnya pura-pura bagaimana, pak? " Tanya pria itu lagi.
" Ya, pura-pura seperti suami istri, setelah kontrak ditandatangani kalian bedua akan tinggal di rumah mewah milik keluarga ayah tiri kamu, tempatnya tidak jauh dari sini. " Papar lelaki itu dengan nada serius.
Mendengar pernyataan lelaki itu, Farrah sontak menatap tajam pria yang akan menjadi suami bohongannya itu.
Tatapan Farrah seolah mengisyaratkan sesuatu, pria itu tampak malu, ia pun akhirnya menundukkan kepalanya.
Dengan sorot mata tajam, lelaki itu menoleh ke arah Farrah dan menjelaskan semuanya pada Farrah.
" Nona, kau tahu apa yang harus kau lakukan?, lakukan perintahku jika kau ingin Martin tetap hidup!. " Ujar lelaki itu seraya mengacungkan pistol ke arah Farrah.
" Iya, Nona. jika kau mencintai Martin maka tinggalkan Martin. " Sambar lelaki yang satunya.
" I, iya. " Jawab Farrah ketakutan.
Farrah terjebak di antara dua pilihan yang sulit, jika menentang, maka Martin terancam tidak selamat, mengikuti perintah pun akan menyakiti Martin.
Namun, satu-satunya pilihan yang bisa dipertimbangkan adalah menginginkan Martin tetap hidup walaupun harus melukai hatinya.
Tak lama kemudian, dua lelaki itu akhirnya mengajak Farrah dan Anton pergi ke rumah yang akan di tempati oleh Anton dan Farrah itu.
Sebelum tiba di rumah, dua lelaki itu pun mengajak Anton dan Farrah berbelanja, mereka membeli beberapa baju baru untuk Anton dan Farrah selama di rumah itu.
Setelah selesai berbelanja, mereka pun langsung menuju alamat tujuan.
...***...
Tak lama kemudian, mereka pun tiba di alamat tujuan.
Farrah tampak melongo melihat rumah mewah di depannya itu, karena seumur hidupnya belum pernah tinggal di rumah sebesar dan semewah itu.
Lelaki itu pun tampak memencet bel rumah itu, tak lama kemudian pintu gerbang terbuka otomatis.
Tampak beberapa petugas keamanan, yang berjaga di dekat pintu gerbang rumah itu.
" Maaf, kalian mau cari siapa? " tanya salah satu petugas keamanan yang menghampiri mereka.
" Mau cari mbak Ning. " Jawab lelaki itu.
Petugas keamanan itu pun akhirnya mengantar dua lelaki yang membawa Farrah dan Anton itu pada mbak Ning.
" Oh, mari pak saya antar ke mbak Ning. " Balas petugas keamanan itu seraya berjalan masuk ke dalam rumah.
Tak lama kemudian, mereka pun tiba di ruang tamu yang begitu besar dengan furnitur mewah dan modern.
" Silahkan duduk dan tunggu di sini ya, saya panggilkan mbak Ning dulu. " Ujar petugas keamanan itu.
Mbak Ning tampak sedang mengelap pinggiran wastafel di dapur, petugas itu pun menghampiri mbak Ning.
Ia pun mengatakan Bahwa ada orang yang mencarinya dan menunggu di ruang tamu, mbak Ning pun kemudian menemui mereka.
" Selamat malam, mbak Ning, "Sapa lelaki yang membawa Farrah dan Anton itu.
" Selamat malam, pak. Ada apa ya pak, kok datangnya malam-malam? , mereka siapa? " tanya mbak Ning dengan nada serius.
" Umm, anu mbak Ning, ini Anton anak sambungnya Baharudin, dan ini istrinya. Mereka baru saja menikah beberapa bulan yang lalu, dan akan tinggal di rumah untuk beberapa waktu kedepan. " Ujar lelaki itu dengan nada terdengar serius.
" Anton, Nona, ini mbak Ning, asisten rumah tangga di sini, beliau sudah bekerja puluhan tahun di rumah ini, dulu mbak Ning juga pernah bekerja di rumah adik ayah sambung kamu di jakarta. " Papar lelaki itu memperkenalkan mbak Ning.
" Iya, kalau Tuan Anton dan Nyonya, ada perlu apa-apa beritahu saya ya. " Ujar mbak Ning sambil tersenyum.
Setelah perkenalkan singkat itu selesai, mbak Ning pun mengantar Anton dan Farrah untuk melihat dan memilih kamar mana yang akan mereka tempati.
" Ini ada beberapa kamar kosong, semenjak yang punya rumah bertugas di luar negeri, rumah ini sepi, tapi yang punya rumah tetap ingin ada pekerja di sini karena katanya biar rumah enggak kotor, hehe. " Ujar mbak Ning terlihat berbohong, ia tampak menyembunyikan sesuatu.
Dengan ekspresi wajah tak baik-baik saja, Farrah mencoba tersenyum di depan mbak Ning.
Hal itu sangat membuatnya tertekan, namun demi keselamatan Martin ia harus melakukannya.
Saat tengah melihat-lihat tirai jendela kamar pilihannya, Farrah merasakan mual dan akhirnya muntah-muntah.
Melihat kejadian itu, mbak Ning pun dengan sigap menolong Farrah.
" Nyonya kenapa?, " tanya mbak Ning serius.
Namun seketika mbak Ning tertegun dan akhirnya senyum-senyum sendiri.
" Oh, mereka kan baru nikah!, pasti Nyonya hamil tuh. " Gumam mbak Ning dalam hati sambil tersenyum.
Mbak Ning akhirnya merangkul bahu Farrah dan membawanya ke dapur. Mbak Ning pun kemudian membuatkan Farrah ramuan minum sehat untuk Ibu hamil.
Setelah selesai membuat minuman itu, mbak Ning memberikannya pada Farrah yang sedang duduk di depan meja makan kecil di dapur itu.
" Nyonya, nih, diminum dulu. Ini bagus banget untuk wanita yang baru menikah. " Ujar mbak Ning seraya meletakkan minuman itu ke atas meja di depan Farrah.
" Terima kasih, mbak Ning. " Balas Farrah seraya memperbaiki rambutnya.
Betapa terkejutnya mbak Ning ketika melihat ke arah leher Farrah, tanpa sadar piring di tangannya pun terjatuh dan pecah.
" Itu...! " Gumam mbak Ning dalam hati dengan ekspresi wajah panik.....
mari saling dukung
dan semangat menulis 💪