Terkadang kenyataan tidak sejalan dengan keinginan, Letnan Dallas menginginkan kekasih yang usianya tidak jauh berbeda dengannya tapi harus bertemu dengan perempuan yang usianya terpaut jauh di bawahnya. Semua terjadi karena dirinya trauma memiliki kekasih yang kekanakan di masa lalu.
Tak jauh berbeda dengan Letnan Dallas, Letnan Herca pun akhirnya terpaksa berkenalan dengan seorang wanita pilihan orang tuanya terutama Opa sebab cemas jika Letnan Herca akan salah arah. Penyebabnya tak jauh karena beliau tidak pernah melihat Letnan Herca bersama seorang gadis.
Lantas jika jodoh di tangan Opa, lantas siapa berjodoh dengan siapa dan prahara apa yang akan terjadi terkait masa lalu Bang Herca dengan seorang gadis berinisial Y.
Harap skip jika tidak sanggup dengan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Emosi di puncak.
Rigi membawa Dindra untuk menenangkan diri di ruang sebelah. Kali ini Bang Dallas sungguh marah hingga matanya membulat besar sebagai rasa protesnya pada ulah sang adik.
"Kamu lihat itu?? Dindra syok berat. Istrimu dua kali stress karena ulahmu. Saya tau kamu ingin Dindra fokus padamu, memikirkanmu dan mengubah pola hidup agar lebih sehat tapi kamu lupa, akalmu ini terlalu bo*oh untuk seorang yang cakap akan taktik. Istrimu jadi terbebani banyak ketakutan, dia cemas, gelisah dan stress. Jangan buat istrimu lebih terpuruk dari ini..!!!"
"Iyaa, saya sadar. Saya nggak sengaja buat hal seperti ini. Demi Allah tidak ada niat buruk, Bang. Dindra sakit asma, kondisi kandungannya juga tidak begitu baik. Saya hanya ingin mengusahakan Dindra dan anak saya sehat, itu saja. Hanya saja ternyata saya salah."
"Terserah kau, asal jangan sampai orang tua tau. Kau bisa tamat di g*rok Papa..!!" Kata Bang Dallas.
Bang Herca mengangguk sembari menahan rasa sakit yang tersisa. Ada rasa sesal tapi semua sudah terjadi, yang pasti benar adanya bahwa ada pelaksanaan kurang perhitungan yang sudah ia lakukan.
...
Malam ini Bang Herca sudah sehat hanya saja Dindra sama sekali tidak mengijinkan dirinya untuk mengerjakan tugas apapun dan hal ini sangat menyulitkan Bang Herca yang terbiasa dengan aktifitas apalagi kondisi rumahnya belum seratus persen sesuai dengan keinginan Dindra.
"Sebentar saja lho, dek. Abang mau melubangi dinding pakai bor." Ujar Bang Herca.
"Nggak, Abang belum sehat. Biar Dindra sendiri saja yang lakukan. Dindra bisa." Jawab Dindra sambil mengantar susu murni hangat untuk Bang Herca. Dindra pun duduk di samping suaminya. "Abang, untuk sementara waktu kita tidak usah 'main', takut jantung Abang bermasalah. Minuman sebulan saja."
Kini Bang Herca bagai tersambar petir mendengar sesuatu yang salah. Jelas dirinya sulit menerimanya. "Jangankan sebulan.. tiga hari saja rasanya nyut-nyutan, kepala Abang rasanya mau pecah. Masa kamu tega, dek??"
"Semua demi kesembuhan Abang. Dindra takut kalau di paksakan jantung Abang tidak kuat."
" 'Main' nggak pakai jantung, dek. Malah di tahan seperti itu yang buat Abang mati mendadak."
"Iya. Tapi nafas Abang jadi lebih berat, jantung juga berpacu cepat. Nggak usah aneh-aneh lah, Bang." Kata Dindra menasihati suaminya.
Bang Herca dua kali lebih stress, entah bagaimana caranya harus menjelaskan pada Dindra bahwa dirinya memang baik-baik saja. Dindra yang terlalu polos tidak berpikir panjang bahwa seorang tentara pasti telah melewati seleksi fisik dan kesehatan yang ketat untuk mendapatkan posisinya saat ini.
"Abang nggak sakit." Ucapnya kemudian. Ia mencoba mengakui agar situasi tidak lagi memberatkannya.
Dindra tidak peduli dan segera menuju dapur. Agaknya Dindra tidak menganggap serius ucapan Bang Herca. Dalam hatinya ingin agar suaminya segera sehat seperti sedia kala.
Disisi lain Bang Herca pun menginginkan Dindra segera sehat dengan pola hidup yang baru. Cuaca pulau karang begitu ekstrem dengan angin, panas terik namun sekaligus memiliki udara yang sangat dingin.
\=\=\=
Hari ini Dindra dan Bang Herca menuju rumah sakit tentara, kini usia kehamilan Dindra sudah mencapai usia empat bulan. Gerakan di dalam perut sudah mulai terasa dan begitu aktif.
"Waaahh.. kelihatan gajahnya. Lanang Iki, Mas Her." Kata Pak Vino menunjukan satu titik.
Rasa haru jelas memenuhi perasaan Bang Herca. Bayi kecil mungil sudah menggeliat lincah di perut ibunya. Mata itu terus menatap setiap gerakan jagoannya. "Alhamdulillah..!!"
Bang Herca mengecup kening Dindra penuh rasa syukur. Ia tidak peduli lagi prahara yang terjadi pada tetangganya. Dirinya hanya tau menjaga Dindra setiap saat hingga tidak ada gangguan berarti bisa menghampiri.
"Anak laki-laki, sayang..!! Terima kasih kamu sudah menjaganya hingga sejauh ini." Sungguh bahagia rasa hati Bang Herca setelah tau buah hatinya berjenis kelamin laki-laki.
Tak lama terdengar suara gaduh di luar ruangan. Suara yang begitu di kenali Bang Herca. Secepatnya Bang Herca membimbing Dindra untuk bangkit dari posisinya. Memang tidak seharusnya seseorang menerobos masuk dalam ruang praktek kerja tapi mengingat suara tersebut, Bang Herca mengalah.
Bang Herca pernah sempat menegur lettingnya. Bukannya berniat ikut campur, niatnya hanya ingin agar Bang Reno lebih bijak menempatkan diri antara ibu kandung dan istri. Kembali lagi bahwa hukum tidak ada dua ratu dalam satu atap adalah benar adanya.
Kini kegelisahannya itu sungguh terjadi. Pertengkaran antara ibu dan menantu tidak terhindarkan lagi. Entah apa yang terjadi hingga Elca berdarah-darah masuk dalam ruang dokter Vino.
Tak ingin banyak masuk dalam permasalahan sahabatnya, Bang Herca segera mengajak Dindra untuk keluar.
"Sudahlah Ren..!! Elca tidak baik untukmu, tidak bisa memberi manfaat apapun, lagipula Elca sudah keguguran." Kata Ibu Mery sembari menarik lengan putranya yang sedang panik karena Elca mengalami pendarahan.
"Cukup ibu..!!!!! Selama ini saya sudah sangat sabar dengan segala kelakuan ibu, tapi kali ini sangat kelewatan. Elca sampai pendarahan karena ulah ibu, di perut Elca ada anak ku, ada cucu ibu..!!!!" Tak tanggung-tanggung Bang Reno membentak ibunya.
Dokter Vino segera menangani pasien barunya. Baru beberapa langkah berjalan, entah di sadarinya atau tidak, Bang Reno mengucapkan sesuatu yang membuat Dindra terkejut, tak terkecuali dengan Bang Herca.
"Tidak ingatkah bagaimana cara ibu memisahkan aku dengan Dindra????? Dulu aku sangat menyayanginya.............."
Langkah Bang Herca terhenti, ia paham tidak ada niat buruk dari sahabatnya tapi tetap gemuruh di dadanya membuat perasaannya panas. Bang Herca berbalik dan menarik krah pakaian Bang Reno.
"Apa kau bilang?????"
"Abaaang.. Jangaaan..!!!" cegah Dindra menarik lengan Bang Herca.
.
.
.
.
ampun deh bang lu mah bini mau brojol lan mosyo ngk percaya
aku pada mu dehh 😘😘😘😍😍😍
sabar bang ini ujian 😂😂😂