Bagaikan seorang Cinderella, Belinda Caleste yang memiliki tubuh gemuk dan penampilan tidak menarik tiba-tiba saja dilamar oleh sang idola yang dia puja selama ini. Semua itu berawal dari aksinya yang mengintip sang idola saat mendengar suara anak-anak. Belinda kepergok dan karena aksi nekatnya, dia justru dilamar oleh sang idola, Evan Barack. Belinda tentu saja menerima meski pernikahan mereka dilakukan dengan sebuah perjanjian sebab Evan mengajaknya menikah hanya untuk memanfaatkan Belinda agar publik tidak mengetahui keberadaan si kembar yang mengaku sebagai putranya. Dia tidak ingin ada scandal yang bisa mempengaruhi kariernya dan menikahi Belinda adalah pilihan tepat apalagi mereka sepakat untuk berpisah setelah dia menemukan ibu Oliver dan Xavier namun semua tidak berjalan sesuai dengan rencana dan ketika saatnya sudah tiba, di mana mereka harus berpisah setelah kebenaran akan Xavier dan Oliver terkuak, akankah Evan menceraikan Belinda seperti kesepakatan mereka berdua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akan Membantu
Evan tampak gelisah dan tidak bisa tidur sama sekali. Entah kenapa Belinda memenuhi pikirannya padahal tidak seharusnya dia memikirkan wanita gemuk dan jelek itu namun apa yang terjadi di taman bermain justru membuat dirinya jadi memikirkan Belinda.
Padahal besok dia harus pergi syuting dan dia memerlukan istirahat yang cukup tapi dia justru tidak bisa tidur sama sekali gara-gara memikirkan Belinda. Evan mengumpat, dia tidak bisa selalu seperti ini. Sebaiknya dia pergi menemui Belinda untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Evan keluar dari kamar dengan hati-hati sebab dia tidak mau membangunkan si kembar lalu pergi ke rumah Belinda. Evan sudah berdiri di jendela kamar Belinda lalu mengetuk jendela itu dengan perlahan.
“Belinda, apa kau sudah tidur?” tanya Evan sambil mengetuk.
Belinda yang sudah tidur jadi terbangun mendengar panggilan Evan juga suara di luar kamarnya yang begitu berisik. Belinda mengucek kedua mata dan melihat ke arah jendela di mana lagi-lagi Evan memanggil dirinya.
“Evan, apa itu kau?” tanya Belinda memastikan sebelum dia memutuskan untuk membuka jendela.
“Ya, Ini aku. Cepat buka jendelanya. Di luar sangat dingin!” pinta Evan padanya.
Belinda buru-buru beranjak dari atas tempat tidur dan melangkah menuju jendela dengan cepat.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Belinda ketika mendapati Evan berada di luar dan terlihat sedang kedinginan.
“Dingin, biarkan aku masuk terlebih dahulu!” Evan melewati Belinda dan bergegas masuk ke dalam kamar sebab udara yang begitu dingin.
“Apa yang kau lakukan di luar? Apa kau ingin aku membuatkan sesuatu untukmu?” jendela kembali ditutup dan Belinda tampak tak mengerti kenapa Evan datang untuk menemui dirinya.
“Aku tidak bisa tidur dan semua itu gara-gara kau!”
“Hah? Aku tidak menyembunyikan bantal milikmu. Aku juga tidak mengambil selimut bahkan aku juga tidak tidur di atas tempat tidurmu lalu kenapa kau menuduh aku?”
“Ck, bukan gara-gara hal itu!" Evan mengusap lengannya karena dingin.
"Lalu?" Belinda benar-benar bingung dengan sikap Evan.
"Dingin!" Evan naik ke atas ranjang lalu masuk ke dalam selimut. Belinda semakin heran saja, tidak mungkin Evan datang untuk tidur di kamarnya, bukan?
"Evan?"
"Kemarilah!" pinta Evan sambil menepuk ranjang.
"Ada apa denganmu?" Belinda semakin heran tapi dia sudah melangkah mendekati Evan.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin tahu apa yang terjadi denganmu jadi katakan!"
"Kau datang untuk itu?" Belinda naik ke atas ranjang lalu duduk di sisi Evan. Evan menarik selimut untuk menutupi kaki Belinda sehingga mereka sudah berada di bawah selimut yang sama.
"Ya, aku tidak bisa tidur gara-gara itu jadi katakan apa yang terjadi padamu!"
“Bukan masalah besar yang harus diungkit,” Jawab Belinda beralasan.
“Jangan menipu aku, Belinda. Aku tahu semua tidak baik-baik saja. Kau bukan orang gila yang akan menangis tanpa alasan, bukan? Jadi katakan padaku apa yang membuatmu menangis. Mungkin aku bisa membantumu mengatasinya. Apa terjadi sesuatu pada ayah atau ibumu?” tanya Evan padanya meski dia tidak tahu apakah Belinda masih memiliki orang tua atau tidak.
“Aku baik-baik, sungguh!"
“ Ayolah. Jika kau tidak mengatakannya maka aku jadi tidak bisa tidur atau kau ingin aku tidur di sini denganmu?"
"Apa?"
"Aku bercanda jadi cepat katakan!"
Belinda menunduk, dia tampak ragu dengan permintaan Evan. Evan meraih tangan Belinda, dia akan membujuk dan harus tahu apa pun yang terjadi.
"Aku tahu telah terjadi sesuatu padamu dan itu bukan kejadian yang tak menyenangkan. Aku hanya ingin kau berbagi denganku karena aku benar-benar akan membantumu."
“Tapi itu tidak penting untukmu, bukan?” Belinda memandangi Evan. Dia tak mengerti kenapa Evan sangat ingin tahu apa yang terjadi dengannya.
“Aku peduli padamu, Belinda!” Evan menatapnya dengan lekat, dia harap Belinda percaya jika dia peduli dengan Belinda.
“ Aku peduli padamu Belinda, sebab itu aku bertanya. Jika aku tidak peduli maka aku tidak akan repot datang ke sini untuk mencari tahu. Aku tahu pasti telah terjadi sesuatu tak menyenangkan di taman bermain jadi katakan!"
Belinda menunduk, dia masih terlihat ragu namun Evan mengangkat dagunya dan kembali meyakinkan dirinya.
"Percayalah padaku, aku pasti akan membantu dirimu!"
“Terima kasih, Evan," Belinda tersenyum tipis. Seharusnya Evan tak perlu mempedulikan dirinya karena mereka tidak memiliki hubungan yang spesial.
"Jadi? Mau mengatakannya padaku, bukan?"
“Tapi aku takut kau menertawakan aku, Evan. Aku takut kau menertawakan aku seperti mereka yang menertawakan aku.”
“Jadi kau menangis di balik pohon itu karena ada yang menertawakan dirimu?”
Belinda mengangguk sebagai jawaban karena memang dia selalu ditertawakan hanya gara-gara dia salah mencintai seseorang dan sampai sekarang mereka tidak berhenti menertawakan dirinya.
“Sekarang katakan, siapa yang menertawakan dirimu dan kenapa kau ditertawakan?”
“Dulu aku seperti yang lainnya, Evan. Aku peduli dengan penampilanku. Aku melakukan perawatan setiap hari dan aku menjaga pola makan karena takut menjadi gemuk. Aku melakukan semua itu untuk seorang pria yang aku sukai tapi ternyata semua yang aku lakukan sia-sia karena pada akhirnya aku ditertawakan,” kedua mata Belinda berkaca-kaca, dia berusaha menahan perasaan sedih.
“Kenapa kau ditertawakan dan apa yang pria itu katakan padamu?” dia tak menyangka jika Belinda pernah peduli dengan penampilannya.
"Dia berkata jika aku jelek dan apa pun yang aku lakukan, aku tetap saja jelek!"
"Hanya itu?"
"Ya," jawab Belinda sambil mengangguk.
“Bodoh. Jadi hanya karena hinaan pria itu kau jadi gemuk seperti ini?” tanya Evan tak percaya setelah mendengar apa yang Belinda katakan padanya.
“Kau tidak tahu bagaimana perasaanku, Evan!" Belinda memandanginya dengan kedua mata yang masih berkaca-kaca.
"Aku sudah berjuang begitu keras. Aku melakukan banyak hal dan mengorbankan banyak hal untuk mendapatkan penampilan yang sempurna agar pria yang aku sukai menerima perasaanku tapi ucapannya yang begitu pedas justru menghancurkan segalanya dan aku merasa apa yang aku lakukan sia-sia jadi aku tidak perlu melakukannya lagi oleh sebab itu aku tidak peduli lagi dengan penampilanku dan aku pun bisa makan sesuka Hatiku. Aku tidak perlu membeli obat jerawat, aku tidak perlu bersusah payah melakukan perawatan dan lihatlah ternyata menyenangkan dan aku sangat menikmati hidupku bahkan aku tidak perlu sakit hati ketika seseorang menghina bentuk badan dan rupaku yang jelek ini karena sesuai kenyataannya!”
“Oke baiklah, tapi kenapa kau menangis di taman bermain? Apa kau bertemu dengan pria itu lalu dia kembali menghina dirimu?"
Belinda tak menjawab dan kembali menunduk sebab Evan hampir menebaknya dengan tepat apa yang terjadi dengannya di taman bermain. Evan menghela nafas lalu dengan peralahan Evan mengusap punggung tangan Belinda.
“Seharusnya kau tidak menghancurkan dirimu hanya karena perkataan dari pria yang tak bertanggung jawab. Perkataan seperti itu seharusnya kau jadikan motivasi untuk lebih baik lagi. Seharusnya kau menunjukkan pada pria itu jika kau bisa menjadi lebih cantik agar pria itu menyesal tapi apa yang kau tunjukkan, kau justru berubah menjadi menyedihkan dan menakutkan."
“Tapi apa yang aku lakukan selalu sia-sia.”
“Jangan menjadikan itu sebagai alasan untuk berubah. Jika kau tidak ingin ditertawakan lagi oleh mereka maka kau harus berubah. Mulai sekarang aku benar-benar akan membantumu dan kau pun harus serius!"
“Apa bisa?” tanya Belinda.
“Tentu saja bisa. Aku akan membantumu jadi serahkan padaku. Anggap ini sebagai bayaran dariku karena kau sudah mau menjadi istri pura-puraku untuk mengurus kedua anak nakal itu. Asal kau mau aku pasti akan melakukannya!”
"Terima kasih, Evan!" Belinda memeluknya. Meski dia tak mengharapkan hal itu tapi dia akan melakukannya.
"Tenang saja, aku akan membantumu mengembalikan ejekan yang kau dapatkan!"
Belinda mengangguk, senyuman menghiasi wajah. Evan mengusap bahu Belinda dengan perlahan. Ternyata itu masalahnya. Jika begitu, dia akan membantu Belinda mengembalikan ejekan dari pria yang pernah dia sukai dulu.