Karen Aurellia tidak pernah menyangka diusianya yang baru menginjak dua puluh tahun, akan menikah dengan pria yang lebih tua darinya. Pria itu adalah Darren William Bratajaya, pemuda cerdas yang telah meraih gelar profesor di Universitas London.
Saat mengetahui akan dinikahi seseorang bergelar profesor, yang ada dalam bayangannya adalah seorang pria berbadan gempal dengan perut yang buncit, memakai kacamata serta memiliki kebotakan di tengah kepala seperti tokoh profesor yang sering divisualkan film-film kartun.
Tak sesuai dugaannya, ternyata pria itu berwajah rupawan bak pangeran di negeri dongeng! Lebih mengejutkan lagi, ternyata dia adalah dosen baru yang begitu digandrungi para mahasiswi di kampusnya.
Bacaan ringan, bukan novel dengan alur cerita penuh drama. Hanya sebuah kisah kehidupan Rumah Tangga pasutri baru, penuh keseruan, kelucuan, dan keuwuan yang diselipi edukasi pernikahan. Baca aja dulu, siapa tahu ntar naksir authornya 🤣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu aotian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 : Jangan Tahan Lagi!
Warning! Bocil minggir!
.
.
Darren segera mematikan kompor dan langsung melihat punggung kaki Karen yang memerah. Ia pun mengambil tindakan cepat dengan menggendong istrinya menuju kamar mandi. Ia berjongkok tepat di hadapan perempuan itu, lalu mengangkat kakinya yang tersiram air panas.
Karen menahan tangan Darren. "Udah ... gak papa kok."
"Gak papa gimana? Mau kulit kamu melepuh?"
Daren lalu menyiram kaki istrinya dengan air yang mengalir selama dua puluh detik sebagai pertolongan pertama. Usai insiden kecil itu, ia malah menyuruh istrinya beristirahat. Ia membantu Karen duduk bersandar di atas ranjang dengan kaki yang terjulur lurus.
"Aku ambilin salep dulu, ya!" Darren hendak beranjak mengambil salep anti luka bakar yang tersimpan di kotak medis, tapi Karen langsung memegang pergelangan tangannya.
"Aku gak kenapa-kenapa. Kamu gak usah khawatir berlebihan. Aku cuma pingin kamu ada di sampingku," pinta Karen dengan mata yang tertancap dalam di bola mata Darren.
Darren lantas duduk di sisi Karen dan langsung memeluknya. "Maafin aku, ya? Gara-gara gak bisa nahan, akhirnya kaki kamu jadi kena air panas."
Karen menggeleng cepat untuk menampik rasa bersalah pria itu. "Kenapa tidak kita lanjutin aja? Jangan nahan diri terus," ucapnya dengan suara seperti berbisik.
Kebisuan tiba-tiba mendera keduanya. Hanya ada sepasang mata yang bersirobok dengan tatapan lemah.
"Aku enggak bakal sia-siain malam ini lagi, because i want nobody but you," ucap Darren sambil mengusap wajah Karen dengan lembut.
(N: because i want nobody but you\= aku cuma mau kamu)
Pada saat itu juga, Darren langsung meraup bibir Karen dengan lembut. Menciumnya dalam-dalam, dan memagutnya secara bergantian. Menumpahkan seluruh cintanya yang sedang bersemi. Melanjutkan hasrat mereka yang sempat tertunda. Terus menghujaninya dengan sesapan-sesapan lembut tak berjeda. Penuh gairah.
Ciuman itu tentu saja disambut suka cita oleh Karen. Dengan mata yang terkulai pasrah, ia membalas ciuman Darren yang begitu memabukkan. Telapak tangannya diletakkan di dada bidang pria itu. Ada sensasi tersendiri ketika bisa merasakan detak jantung suaminya yang berpacu cepat.
Darren melepaskan sejenak tautan bibir mereka hanya untuk menatap wajah kecil tak berdaya di hadapannya saat ini. Sayangnya, ia tak bisa menahan diri untuk menyapu kembali bibir istrinya yang sudah menjadi candu baginya.
Tanpa melepaskan tautan bibir mereka, tangan Darren mulai bergerak melepas satu persatu pakaian mereka. Tak menyisakan satu helaian pun. Ia menidurkan Karen, serta memosisikan berada di atasnya. Bibirnya kembali mengambil alih, menelusuri setiap inci kulit perempuan itu.Tanpa melewatkan satu bagian pun. Jari-jemarinya bergerak lihai dalam melemahkan titik-titik sensitif perempuan itu.
Perempuan di hadapannya itu bukanlah tipe idealnya. Bukan perempuan yang mendekati kata sempurna. Bukan juga yang pertama hadir di kehidupannya. Akan tetapi, menjadi perempuan yang cepat membuatnya jatuh cinta. Menjadi perempuan yang menyembuhkan luka hatinya akan cinta yang sebelumnya. Dan juga, menjadi pelangi yang mewarnai hari-harinya.
Saat kulit bertemu kulit, mata bertemu mata, dan tangan saling terjalin, peleburan dua insan untuk menjadi satu pun terjadi. Karen hanya menggigit bibir bawahnya, saat tubuh kekar itu telah memenuhi seluruh tubuhnya. Kukunya yang lentik mencengkram pundak lebar pria itu, setiap merasakan gelombang kehangatan yang mereka ciptakan dalam sebuah penyatuan. Mereka bersama-sama menciptakan suara-suara tak tertahankan. Penuh lenguhan. Mengumpulkan semua rasa dan emosi. Makin tenggelam. Tak terbendung. Hingga pada akhirnya saling menyerah setelah mengais kepuasan bersama.
Ketika Karen mencoba membuka kelopak matanya, wajah mengkilap Darren langsung memenuhi retinanya. Entah kenapa, ia selalu menyukai ekspresi lelah pria itu setelah bercinta dengannya. Ia mengangkat tangannya, untuk menyentuh sisi wajah pria tampan itu. Namun, Darren malah menarik tangan mungil itu ke bibirnya, lalu mengecupnya dengan lembut. Pada akhirnya, mereka menghabiskan seperempat malam dengan melakukan percintaan yang indah. Lagi dan lagi.
...----------------...
Malam penuh peluh telah ditutup dengan indahnya pagi. Sepasang suami istri itu kembali melakukan rutinitas harian sebagai dosen dan mahasiswa. Telah berada di kampus, Darren sedang menyiapkan bahan ajarnya untuk kelas yang akan diisi olehnya.
Marsha berjalan cepat menghampiri Darren hanya untuk menaikkan kerah baju pria itu. "Tanda merah di lehermu jelas banget, tahu!" tegur perempuan itu.
Wajah Darren sontak memerah padam. Sudah pasti ini adalah ulah Karen semalam. Perempuan itu memang kerap meninggalkan bekas kemerahan yang disebutnya sebagai cap tanda laku. Darren berlagak memijat leher untuk menutupi bekas gigitan drakula semalam. Di waktu yang sama, pak Budi Luhur yang baru saja tiba di ruangan dosen, langsung mengadakan rapat kecil dadakan. Selain ditakuti mahasiswa, pria yang dijuluki Mr. Ribet ini juga ternyata sangat disegani oleh kalangan dosen.
"Bapak, Ibu sekalian. Sehubungan dengan beredarnya berita viral tentang pelecehan yang terjadi di beberapa universitas, yang mana itu dilakukan oleh oknum dosen kepada mahasiswanya. Maka, saya menghimbau Bapak Ibu sekalian untuk lebih tahu batasan saat sedang melakukan proses mengajar ataupun bimbingan terhadap mahasiswa. Lebih profesional lagi sebagai seorang pengajar. Sebaiknya, hindari berdua-duaan dengan mahasiswa, apalagi sampai memiliki hubungan istimewa. Kita harus bisa menjaga nama baik institut terutama fakultas ini. Pokoknya fakultas kita harus terhindar dari isu-isu yang kurang sedap!" himbau pak Budi Luhur dengan gaya khasnya yang tegas.
Para dosen lantas langsung merespon dengan ikut membicarakan berita tentang beberapa oknum dosen yang melakukan pelecehan.
"Untuk Pak Darren, saya tahu Anda itu ganteng seperti saya masih muda dulu. Anda juga diidolakan sama mahasiswa seperti saat saya masih muda. Tapi saya harap, Anda bisa tetap jaga wibawa sebagai seorang pengajar," ucap pak Budi Luhur.
"Baik, Pak." Darren mengangguk.
Perkataan pak Budi, seolah menampar Darren saat ini. Meski ia dan Karen adalah pasangan suami istri, tetapi tak ada yang mengetahuinya selain Marsha. Itu artinya, ia harus membatasi interaksinya bersama perempuan itu saat sedang di kampus.
Siang hari, Karen yang baru saja keluar kelas, kini memesan makan siang untuk dua porsi. Rencananya, satu porsi akan ia berikan pada Darren. Kebetulan, tadi dia melihatnya tengah menuju ruang penelitian. Setelah membeli makanan, Karen tak sabar untuk segera memberikan itu pada suaminya.
"Masuk!" ucap Darren saat seseorang mengetuk pintu ruangan.
Tak lama kemudian Karen masuk dengan wajah ceria seperti biasa. "Nih, aku bawain makan siang," ucapnya sambil mendekat.
"Taruh aja di situ!" balas Darren datar sambil lanjut mengetik, "Oh, iya, abis itu kamu langsung keluar, ya! Jangan sampai ada yang lihat kamu sering ke sini!" lanjutnya lagi.
Sikap Darren padanya yang tak biasa, tentu membuat Karen terkesiap. Pria itu tampak dingin berbeda dari biasanya.
Karen lalu meletakkan sepaket nasi ayam di atas meja. "Aku keluar dulu, ya!"
"Hum."
Kali ini Darren hanya membalasnya dengan sebuah anggukan kecil. Hal itu makin membuatnya heran sekaligus sedih. Saat perempuan itu hendak keluar, Darren sempat menoleh ke arah kakinya. Ternyata sebelah kakinya yang tersiram air panas semalam, terlihat sedikit melepuh. Darren ingin menahannya, tapi diurungkan kembali karena ia berpikir akan mengobatinya jika telah di rumah.
Setelah keluar dari ruang penelitian, Karen bertanya-tanya tentang sikap Darren barusan. Dengan menggunakan jurus penerawang ala Roy Kiyoshi, ia pun membuat asumsi sendiri.
"Apa jangan-jangan semalam dia kurang puas, ya?"
Tiba-tiba, Nadya muncul secara tak terduga untuk mengajaknya ke mall. Karena merasa bosan harus pulang ke rumah yang sepi, ia pun menerima ajakan sobatnya itu.
Tak terasa, waktu yang disebut senja pun tiba. Darren pulang lebih cepat dari biasanya karena ingin mengobati luka kaki Karen. Rencananya, ia juga akan mengajak istrinya itu makan malam di luar. Namun, ketika sampai di apartemen, ia mendapati seisi ruangan itu kosong. Secara bersamaan, ponselnya membunyikan pemberitahuan pesan masuk yang berasal dari Karen.
"Hari ini aku tidur di rumahnya Nadya, ya. Gak papa, kan?"
Membaca pesan itu, lantas membuat Darren membulatkan matanya.
keasikan baca jadi lupa kasih bintang 😂😂😂😂😂😂🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🙏🏼
notif'y ada d berbagai judul novel kak yu 😅