Juminten dan Bambang dari namanya sudah sangat khas dengan orang desa.
Kisah percintaan orang desa tidak ada bedanya dengan orang kota dari kalangan atas hingga bawah.
Juminten, gadis yang ceria dan supel menaruh hati kepada Bambang kakak kelasnya di sekolah.
Gayung bersambut, Juminten dan Bambang dijodohkan oleh kedua orangtua mereka.
Pernikahan yang Juminten impikan seperti di negeri dongeng karena dapat bersanding dengan pria yang dia cintai hancur berkeping-keping. Disaat Juminten berbadan dua, Bambang lebih memilih menemui cinta pertamanya dibandingkan menemaninya.
Apakah Juminten akan mempertahankan rumah tangganya atau pergi jauh meninggalkan Bambang dan segala lukanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa Mulachela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Mereka pun bersiap berangkat ke rumah Juminten. Terdengar suara mesin motor yang sedang dipanaskan di halaman rumah.
"Abang, ayo berangkat!" teriak Juminten di ruang tamu.
"Pake jaket dulu, yank! Masuk angin nanti. Sini perutnya, aku kasi minyak kayu putih dulu!"
Bambang menarik pinggul istrinya, sehingga posisi mereka berdekatan. Dioleskannya minyak di area perut istrinya, lalu membantu istrinya memakai jaket di tubuhnya.
"Ciye.. Yang sekarang doyan deket-deket sama Jumi!" goda Juminten.
"Apa, sih? Nggak boleh?" Bambang mencoba menahan senyumnya, lalu mencium kening Juminten dan mengecup bibirnya berkali-kali.
Juminten pun memukul pelan dada suaminya, menengok kanan kiri juga ke dalam rumah, khawatir Eka melihat kejadian barusan. "Mas, ada Bang Eka, ih! Nanti ngeliat kita gimana? Inget kata Mak, nggak boleh adegan mes*m depan publik!"
Bambang yang mendengar gerutuan istrinya hanya tersenyum, memang dia sengaja ingin memanasi Abangnya.
"Iya iya, istri Mas yang bawel!" Bambang kembali mengecup bibir Juminten.
"Kayaknya, Mas sekarang hobi banget deh, ciumi Jumi. Sekarang udah tau kan, gimana pesonanya seorang Juminten!" ucap Juminten dengan mode sombongnya.
Bambang mengusak rambut Juminten dengan gemas, "Tanggung jawab loh, ya! Kamu udah bikin Mas ketagihan!"
"Nggak mau. Wek!" Juminten pun berlari ke depan rumah lalu di susul Bambang yang menggelitik perut Juminten dari belakang.
Pemandangan romantis mereka tak lepas dari penglihatan Eka. Eka mencoba menahan gejolak rasa cemburunya pada adik kandung nya.
Lagi-lagi lihat pemandangan mereka bermesraan lagi. Huft.. Sabar Eka, kurang dikit lagi nggak akan lihat romantis mereka. Dan saat kembali kesini, Aku sudah melupakan semua rasa sayang yang salah ini.
Eka pun mengambil helmet nya lalu menyusul pasangan sejoli di depan. Juminten yang melihat kedatangan Eka segera naik ke motor suaminya.
🍓🍓🍓🍓
Sampailah mereka di kediaman Juminten, Juminten yang sudah 2 minggu tidak datang ke rumahnya, segera turun dan berlari ke kandang hewan yang ada di belakang rumahnya.
Bambang dan Eka pun melangkah masuk ke dalam rumah bersama.
Tok!
Tok!
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!"
"Alhamdulillah kalian dateng juga, Bapak kira kalian nggak jadi kesini. Udah mau jam setengah 6 kok belum datang." Udin mengajak Eka dan Bambang masuk ke dalam rumah.
Rohaya yang sedang sholat, buru-buru keluar kamar dengan memakai mukenahnya. Bambang dan Eka pun menyalimi Rohaya.
"Kalian langsung sarapan gih, keburu dingin! Sarapannya biar di temani Bapak, ya! Emak mau ke belakang, pasti mboknya si soang kesana dulu."
Mereka pun duduk di meja makan. Hidangan yang sangat menggugah selera ada di depan mereka. Udin pun mulai mengambil makanan dan di ikuti yang lain. Selama makan terlihat Eka seperti gelisah seperti tidak nyaman.
"Kenapa Nak Eka, kok sepertinya gelisah? Mikirin apa?" tanya Udin.
"Eh..!" Eka salah tingkah, "Ndak ada apa-apa, Pak." Eka pun melanjutkan makannya, berharap yang di tunggu segera datang.
"Hai semua, Juminten datang!" Eka yang melihat kedatangan Juminten menyunggingkan senyumnya.
"Duduk sini, Yank!" Bambang menarik kursi yang ada disebelahnya.
"Makasih. Baik bener suaminya Jumi!"
Juminten pun mendudukkan dirinya.
"Pret..!" cibir Rohaya.
"Udah, ayo sarapan! Keburu berangkat anak-anak!" Udin menengahi.
Mereka pun makan bersama. Selama makan, Bambang dan Juminten memperlihatkan kemesraan mereka. Dan membuat kedua orang tua Juminten menyunggingkan senyumnya, kecuali Eka. Eka mengepalkan tangannya di bawah meja, menahan gejolak rasa cemburunya.
"Oh ya, nak. Acara 40 hari Mbak Dian mau di adain kapan?" tanya Udin pada Eka.
"Minggu depan saja, Pak. Minggu ini Eka mau pindahin barang ke kontrakan. Eka mungkin pinjam mobil Bapak, boleh? "
"Ya boleh, Nak. Nanti Bapak sama Emak bantu juga." jawab Udin.
Bambang dan Juminten kaget mendengar kabar pindahan Abang mereka.
"Abang kenapa ngontrak? Kok nggak bilang-bilang Jumi?"
"Sebenernya dari minggu lalu, Abang sudah mulai cari-cari kontrakannya. Alhamdulillah Bapak sama Emak punya kenalan."
"Abang juga nggak enak aja, ada 1 perempuan sama 2 laki-laki dalam 1 rumah. Rumah tolong kalian urus aja, ya! Jangan sering berantem! "
"Abang mau kontrak daerah mana?" tanya Bambang.
"Deket pasar gede. Abang udah liat kontrakannya sama Bapak juga Emak. Kontrakannya deket sama toko. Ya, walau agak jauh dikit kalau ke bengkel."
"Bener juga niat Eka gitu, nggak baik kalian 1 rumah. Belum lagi, Eka pasti liat adegan mes*m kalian yang tak tau tempat. Emak aja yang kesana langsung dapat jackpot adegan live nya!" cibir Rohaya sambil melirik anak dan mantunya.
"Ih, Emak nyindir! Padahal Jumi nggak ngapa-ngapain sama Mas. Cuman kebablas aja kapan hari!" gerutu Juminten.
"Emang lu mau ngapain? Ngomong aneh-aneh! Udah biarin Eka kontrak deket toserba kita. Emak jadi bisa kirimin makan tiap hari. Jadi, jatah makan lu, biar buat Eka aja!"
"Maafin Jumi ya Bang, kalo kehadiran Jumi malah buat Abang pergi dari rumah."Juminten menatap Eka.
Eka membalas dengan tersenyum lalu mengusak rambut Juminten."Bukan nggak nyaman Juminten, tapi kita hindari hal-hal yang mengarah ke zina! Paham kan?"
Juminten menganggukkan kepalanya. Juminten tak tahu, Bambang yang duduk di sampingnya sedang cemburu.
"Sudah jam setengah 7,kalian segera berangkat! Bukannya hari ini LDKS?" ucap Udin. Mereka pun bersiap ke depan rumah.
"Tolong jaga Juminten ya, nak!" ucap Udin saat Bambang menyalimi tangannya.
"Iya, Pak!"
"Mak, kami berangkat!" Bambang menyalimi Rohaya.
"Iya hati-hati disana, Nak. Tolong jaga Juminten ya, Nak!" Bambang menganggukkan kepalanya.
"Loh, Juminten mana, Mak?" tanya Udin pada istrinya.
"Nggak tahu, tadi perasaan di belakang Eka, deh! Pasti lagi sungkeman di kandangnya sueb sama—"
" Sueb sueb sueb! Justin, Mak! " gerutu Juminten dengan mencium tangan kedua orang tuanya. "Juminten pamit! Kalo rindu video call aja! "
"Justin siapa sih, yank? Dari kapan hari cerita itu terus." tanya Bambang
"Itu si soang. Juminten emang aneh, soang aja pake di namain Justin. Gatel kuping emak dengernya. Kayak nggak ada nama lain aja!" saut Rohaya.
"Udah, bahas Justin nya kapan-kapan lagi. Keburu telat kalian. Ketinggalan bis nanti!"
Eka pun menyalimi kedua orang tua Juminten, lalu naik ke motornya, di susul Juminten naik di belakangnya.
" Loh kok nggak ma suami lu, Jum?" tanya Emak.
"Biar nggak ketauan guru bp kalo Juminten udah nikah, Mak! Kita berangkat, Assalamualaikum!"
" Waalaikumsalam!"
Maaf ya, UP cuman dikit. Lagi nggak enak body hehe.. Ini aja, aku paksa-paksain ngetik, biar nggak bolong Up 😋
Kalian juga jaga kesehatan ya. Banyakin minum air putih, makan sayur sama buah juga minum vitamin 😚.
Bambang jgn galau gitu,noh Rena sdh siap jd masa depanmu. tinggal kedipkan matamu buat othor. biar bisa dpt daun muda😁✌️🏃🏃🏃💨💨💨💨