Bagaimana rasanya menjalani pernikahan tanpa adanya cinta? Hana terpaksa menerima tawaran seseorang untuk menjadi istri dari anaknya karena hutang-hutang sang Ayah. Reputasinya sebagai model hancur karena Ibu dan adik tirinya.
Belum lagi ketidak perawanannya yang menjadi duri tajam yang terus menerus diungkit Kenaan Atharis, suami arogan yang selalu berlaku sesuka hatinya.
Disaat Hana berharap menikah adalah jalan lepas dari derita, Kenaan justru menganggapnya bak kertas kotor yang pantas dibuang.
Bagaimana akhir kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 - keguguran
Beberapa hari setelah melihat interaksi Mira dan Hana, Melysa semakin ketar-ketir. Ia sungguh khawatir jika kelak Hana semakin membencinya karena keberadaan Mira.
"Kamu kenapa sih, kusut begitu!" tanya sahabat Melysa.
"Biasanya kamu have fun kan! Duit banyak, suami sekarang kaya."
"Hahhh... Kesel aku, lihat anakku akrab banget sama Mama tirinya." Melysa mendekus sebal.
"Ck! Maksudmu istrinya Arman? Mantan suamimu yang nikahin janda itu, wew?"
"Ya, kesel sendiri lihat mereka belanja bareng kemarin!"
Keluhan Melysa membuat kedua temannya saling pandang, terlebih yang sedang dibicarakan saat ini juga berada di caffe yang sama.
"Itu bukan? Istrinya Arman?" seloroh teman Melysa menunjuk ke arah Mira dan Hana yang berjalan keluar caffe.
"Jadi mereka tadi juga berada disini?" Melysa mengepalkan tangannya emosi, lalu bangkit untuk menyusul Hana dan Mira.
"Mau ngapain tuh, Melysa? Jangan-jangan mau ngelabrak anaknya!"
"Dah ikutin aja yuk," ujar teman satunya.
Dengan langkah cepat Melysa membuntuti Hana dan Mira.
"Bentar deh, Ma! Ponsel aku bunyi kayaknya Kenaan telpon."
"Angkat dulu aja," ujar Mira tersenyum.
Hana mengangguk, ia melepas tautan tangannya lalu mengambil ponsel dari tas kecil. Bibirnya tersenyum tipis melihat telepon dari Kenaan.
"Ck! Dasar posesif!"
"Halloo, Ken?"
"Hallo, sayang! Udah mau pulang belom? Atau mau ku jemput?" tawar Kenaan di seberang.
"Aku bisa pulang sendiri, jangan merusak moodku dengan sifat posesif kamu," cibir Hana.
"Ya ya, bersenang-senanglah. Aku tak akan meng..."
Tar!!
Melysa tersenyum meringai, tanpa aba-aba ia mendorong Mira ke tengah jalan dan hampir tertabrak mobil kalau tak Hana menjatuhkan ponselnya dan berlari menolong Mira.
"Ukh..." rintih Hana kala tubuhnya terlempar jatuh demi menghindari mobil. Sadar ada yang tidak beres, Mira menatap orang yang mendorongnya. Melysa tampak syok saat melihat Hana justru rela mengorbankan diri demi Ibu sambungnya.
"Melysa..."
Melysa menatap datar putrinya dan Mira bergantian.
"Ma, perutku sakit!" lirih Hana tanpa memperdulikan Melysa.
Mira langsung sadar, "astaga, Na! Darah." Mira mengatupkan mulutnya lalu berteriak mencari pertolongan.
Hana langsung mendapatkan pertolongan dan dilarikan ke rumah sakit.
Melysa menatap kejadian itu dengan kepala semakin berdenyut, tangannya gemetaran, sebuah kebodohan yang ia lakukan karena emosi yang menyesatkan.
"Sayang bertahanlah," gumam Mira.
Sementara di lain tempat, Kenaan yang baru saja mendengar suara kehebohan di sambungan teleponnya pun langsung tak tenang. Terlebih telepon itu terputus karena Hana menjatuhkan ponselnya. Kenaan langsung mencari lewat gps yang ponsel milik sang istri terhubung ke ponselnya.
Namun, belum sempat sampai. Mira sudah menghubunginya lebih dulu dan menceritakan kondisi Hana.
"Dok, bagaimana kandunganku?" tanya Hana setelah mendapat penanganan dari dokter.
"Kamu tenangin diri dulu ya? dokter sedang memeriksanya!" Mira menggenggam erat tangan Hana.
"Ma, tadi darahku..." Hana didera panik, ia takut sesuatu terjadi dengan kandungannya.
"Maaf, benturannya cukup keras jadi janin ibu tidak selamat."
Hana syok, ia menangis tanpa suara. Pandangannya langsung pada perut datar lalu mengusapnya perlahan.
"Kita bahkan belum ketemu, nak." Hana mulai terisak.
"Maafin, Mama sayang. Ini semua karena Mama." Mira menatap sedih Hana.
Kenaan menerobos masuk, ia langsung meraba kondisi Hana kemudian bernapas lega melihat tak ada luka luar yang serius. Kenaan masih belum tahu situasinya, ia menggenggam erat tangan sang istri kemudian mendaratkan kecupan singkatnya.
"Ken, Hana, Mama benar-benar minta maaf! Tapi, Mama tau siapa yang mendorong Mama tadi." Mira menunduk.
"Maksudnya gimana, Ma?" tanya Kenaan tak mengerti. Hana masih diam, akhirnya dokter pun menjelaskan kondisi sebenarnya.
Mira juga menceritakan rentetan kejadian yang menimpa mereka tadi setelah leluar caffe. Kenaan pun tertunduk lemas menatap Hana sedih.
"Na," panggil Kenaan.
Hana tak menyaut, ia malah mengencangkan tangisnya.
"Na, aku tahu ini pasti sangat berat." Kenaan meraih Hana dalam peluknya. Masih tak menyangka jikalau sang janin tak mampu bertahan. Mira semakin dilanda perasaan bersalah, bagaimanapun calon cucu hilang karena menyelamatkan nyawanya.
"Aku masih nggak ngerti, kenapa Mama Mel dengan sengaja mendorong Mama Mira. Apa tujuannya? Setelah bertahun-tahun, kenapa baru sekarang..." lirih Hana dengan isaknya.
Kenaan mengepal tangannya, terlebih saat tahu apa yang telah Melysa lakukan pada suami dan mertuanya. Memang benar, Melysa adalah ibu kandung Hana tapi tak sepantasnya ibu kandung bersikap amat buruk bahkan sampai menyebabkan hilangnya nyawa.
Kenaan menitipkan Hana pada Mira sebentar, ia keluar untuk menghubungi Marvin.
"Hancurkan saja, aku tidak perduli milik suaminya! Dia sudah membuat istriku terluka bahkan kami kehilangan calon anak kami!" titah Kenaan penuh tekanan.
"Baiklah, semua akan berhasil setelah setengah jam!" jawab Marvin.
"Hm, aku percaya dengan kemampuanmu."
Kenaan mematikan ponselnya lalu kembali ke ruangan Hana.
"Tuan, Nyonya Hana harus melakukan kuretase nanti malam," ujar Dokter memberikan informasi.sejujurnya, Kenaan yang melihat Hana rapuh merasa sangat khawatir.
"Na, kamu tenang ya! Aku sudah membalasnya, meskipun dia mamamu, mama kita kalaupun salah maka harus menanggung hukuman."
Hana mengangguk, ia masih enggan banyak bicara. Andai ia tak berlari menyelamatkan Mira, janinnya mungkin masih hidup tapi bagaimana dengan Mira.
"Aku masih gak menyangka, Ma. Semakin hari kamu bukan menyesali perbuatanmu tapi malah semakin menjadi, kamu bahkan tega mendorong Mama Mira! Dan berniat melenyapkannya," batin Hana melamun.
***
Proses kuretase berjalan lancar, setelahnya Hana hanya perlu beristirahat dengan baik. Sementara janin berwujud gumpalan kecil itu dibawa Kenaan ke makam. Ia sungguh sedih dan marah sekaligus. Ditemani Marvin ia mendatangi kediaman Albert.
Meskipun Kenaan berusaha menenangkan Hana dengan kata sabar dan ikhlas tapi tidak dengan dirinya. Ia sungguh sangat kecewa dengan kelakuan Mama kandung sang istri yang sangat berbahaya itu.
Tubuh Melysa gemetar melihat tamu siapa yang datang. Albert dengan mudahnya mempersilahkan Kenaan masuk tanpa tahu tujuan si tamu. Melysa yang merasakan firasat buruk akan nasibnya pun hanya bisa menunduk dalam. Berusaha setenang mungkin, meminta pelayan menyediakan minum untuk Kenaan dan Marvin.
"Tuan Albert, anda sungguh sibuk bekerja sampai-sampai tak punya waktu untuk memperhatikan tingkah istri baru anda?" sindir Marvin.
Kenaan masih enggan bicara, ia membuang napas kasar.
"Assisten Marvin, apa maksud anda! Kalaupun Tuan Kenaan Atharis ada perlu dengan saya, dia punya mulut dan bicara sendiri. Katakan saja langsung pada point!" kesal Albert.
Kenaan geram, sedari tadi ia mengepalkan tangan menahan emosinya tapi jawaban Albert semakin membuatnya naik pitam.
"Melysa! Aku harus menyebutmu Melysa? Tante Melysa? atau Mama Melysa?" pancing Kenaan.
Marvin memberikan tabletnya ke tangan Kenaan, semua informasi perihal wanita itu ada disana.
Melysa diam, ia tahu persis yang bicara di hadapannya saat ini adalah Kenaan, suami putrinya.
Merasa ada yang mencurigakan, Albert menatap sang istri dan Kenaan bergantian.
"Ada apa ini sebenarnya?"
"Melysa, meninggalkan putrinya bertahun-tahun karena laki-laki kaya, menelantarkan putrinya dan membawa kabur sertifikat rumah kemudian menjualnya ke pelelangan. Sungguh, luar biasa! Awalnya aku tak perduli dengan hal itu karena bagiku bisa dengan mudah memberikan apapun pada papa mertuaku termasuk jika itu rumah. Tapi hari ini, karena kebodohanmu telah melenyapkan nyawa calon penerus Atharis! Aku akan memberimu kejutan." Kenaan menyeringai dengan sorot mata tajam.
Albert masih belum paham apa yang terjadi, ia memang tahu perkara sertifikat yang dijual Melysa, sang istri menjelaskan jika rumah itu atas namanya, akan tetapi hari ini?
Melysa gemetar, ia tak menyangka jikalau mencoba melenyapkan Mira malah justru membuat Hana kehilangan calon bayinya.
"Wanita sepertimu apa pantas mendapat ampunan, pembunuh! Kau membunuh calon anakku, kau pembunuh." Teriakan Kenaan membuat Melysa sangat ketakutan. Merasa emosi Kenaan tak terkontrol, Marvin pun berusaha menenangkan sahabatnya.
"Tuan Albert, didik baik-baik istri anda. Atau saya bersumpah akan membuat kalian hancur tanpa sisa." bukan Kenaan yang mengancam Albert dan Melysa, melainkan justru Marvin. Laki-laki itu membawa Kenaan pergi dari sana karena baginya percuma menyerang Mama kandungnya Hana dengan perkataan. Mengharap minimal kesadaran dan maaf bagi seorang yang berhati batu sangatlah mustahil.
BETUL KATA LO, LO HRS JGA PRASAAN KENAAN, JGN SMPE KENAAN YG SDH MULAI JDI BAIK, KMBALI JDI IBLIS KEJAM.. DN INGAT JUGA SLALU PESAN MMA MARRY....
SI ALBERT DPT SIAL DGN SELINGKUH DN MNIKAHI MELYSA
TPI GK APA2 ANAK PRTAMA NYA KGUGURAN,, KRN HSIL PERZINAHAN, DMN BENIH ARMAN BRCAMPUR ALKOHOL, DN HANA JUGA PNGARUH OBAT PRANGSANG, YG MNA MNGKIN BSA PNGARUHI TUMBUH KMBANG BAYI.. SKRG SDH SAH SUAMI ISTRI, JDI BSA BUAT KMBALI DGN HALAL..