Menjadi pengantin yang tak direstui membuat Aiza dan Akhmar harus berperang dengan perasaan masing- masing meski sebenarnya saling cinta. Bahkan Akhmar bersikap dingin pada Aiza supaya Aiza menyerah dan mundur dari pernikahan, tapi Aiza malah melakukan sesuatu yang tak diduga. Membuat Akhmar menjadi takluk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emma Shu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Mencintai
“Aku pergi dulu sebentar ya mau ambil dompet, entar aku balik ke sini lagi,” bujuk Aiza pada si kasir.
“Mana mungkin kami bisa percaya, Mbak. Mbak aja nggak ninggalin jaminan apa- apa. KTP atau apalah gitu.”
“Semua barang berharga ada di dompet, dan dompet saya ketinggalan! Gimana mau ninggalin barang berharga di sini?”
“Mbak, cuci piring atau bantu- bantu antar minuman aja selama setengah jam!” ucap kasir memberi ide.
Aiza membelalak. “Oh… Atau aku tinggalin dulu kalungku ini!” Aiza memasukkan tangannya ke jilbab untuk melepas kalungnya.
“Berapa tagihan mbak ini?” Suara baritone khas yang mendominasi tiba- tiba terdengar di dekat telinga Aiza.
Aiza menoleh ke sumber suara. Ia sudah tahu kalau pria itu adalah Akhmar.
Tampak Akhmar membuka dompetnya bersiap hendak membayar.
“Lima puluh lima ribu, Mas!” jawab kasir sambil menunjukkan nota tagihan.
Akhmar lalu membayar senilai tagihan.
Tunggu dulu, apa tadi? Mbak ini? Akhmar menyebut Aiza dengan sebutan Mbak? Ya ampun, dia benar- benar menganggap Aiza seperti orang asing. Ngajak perang beneran ini!
Aiza malas berdebat. Ya sudahlah, yang penting makanannya sudah dibayar. Ia melenggang keluar. Berdiri di pinggir jalan menunggu taksi. Ia melihat mobil Akhmar sedang mundur di area parkiran, lalu bergerak keluar, melewati Aiza begitu saja.
What? Akhmar sama sekali nggak nawarin tumpangan?
***
Aiza mendorong pintu kamar Akhmar, terdengar agak kuat sentakannya hingga Akhmar yang tengah berbaring santai di kasur pun menoleh agak kaget. Pria itu menatap Aiza yang berjalan masuk.
Aiza berdiri di sisi kasur, ia melipat tangan di dada menatap Akhmar yang masih berbarig tanpa megubah posisinya itu. Aiza pulang pukul sepuluh lewat empat puluh menit. Ia harus balik ke salon untuk menjemput dompet, belum lagi berjibaku dengan perjalanan macet.
“Akhmar, aku mau bicara!” ucap Aiza.
“Hm.” Jawaban yang tanpa peduli.
“Ada apa denganmu?”
“Nggak ada apa- apa.” Cuek sekali.
“Kamu baik?”
“Baik.”
“Atau jidatmu pernah kepentok tiang listrik makanya jadi aneh begini?” Aiza geram sekali.
Akhmar tidak menjawab. Sama sekali tidak peduli.
“Akhmar, kita bukan baru mengenal sekarang ini. Kita udah saling kenala lama. Dan ini bukan kamu yang sesungguhnya. Ada apa denganmu, kenapa menjadi dingin dan nggak peduli begini?” tanya Aiza penuh tuntutan.
“Menurutmu aku harus bagaimna, hm?” Akhmar mengambil ponsel dan berselancar dengan benda itu.
“Jangan seperti anak- anak!”
Akhmar bangkit berdiri. Tertawa sumbang. “Aiza Aiza… Lebihlah peka dengan keadaan. Lima tahun kita nggak ketemu, kita nggak bersama- sama, apakah aku harus menunggumu? Aku ini laki- laki. Maaf, aku nggak bisa menunggumu, Aiza.”
“Apa maksudmu itu?” Aiza butuh penjelasan.
“Kamu pernah minta supaya aku menunggumu, kan? Dan itu berlangsung selama lima tahun? Itu bukan waktu yang singkat. Semenjak aku kembali dari Yogya dan mendapatimu sebagai calon istri Mas Aldan, aku bersyukur.”
“Apa kamu benar- benar nggak mencintaiku lagi?” tanya Aiza.
Akhmar menggeleng. “Enggak. Aku nggak mencintaimu, Aiza. Perasaan itu udah hampa. Hambar. Bahkan dalam kurun waktu lima tahun, hatiku sudah diisi oleh wanita lain di Yogya. Sayangnya aku harus berpisah dan bertemu dengan Aisha. Kupikir aku bisa menikahi gadis itu, tapi malah endingnya balik ke kamu. Seharusnya kamu itu bersama dengan Mas Aldan, bukan aku. andai saja kamu menikah dengan Mas Aldan, maka masalahku akan kelar.”
Suer, perkataan Akhmar benar- benar menyakitkan. sakiiit banget. Luka itu seperti sayatan yang tak berdarah. Benarkah perasaan Akhmar sudah memudar bahkan hilang tak berbekas?
Well, jangan nangis, Aiza! Simpan air matamu. Kuat! Harus kuat!
“Okey! Aku lega mendengar pengakuanmu! Tapi nyatanya sekarang kita terjebak di dalam pernikahan ini! Dengan cinta atau tanpa cinta, pernikahan ini sudah terjadi. Dan pernikahan itu bukan hal main- main. Silakan, sekarang terserah padamu! Kamu boleh ambil langkah apa saja selagi itu tidak melanggar aturan agama! Tapi jika keputusanmu melanggar peraturan agama, akulah yang akan menentangnya dengan keras.”
Akhmar terdiam. Bertukar pandang dengan mata bulat milik Aiza. Cukup lama mata tegas Akhmar beradu pandang dengan mata wanita cantik yang indah itu. Ternyata Aiza kuat juga, betah membalas tatapan Akhmar.
“Whatever. Pergilah! Aku bosan!” Akhmar melempar tubuhnya ke kasur.
Aiza balik badan dan keluar. Saat itulah mata Aiza mulai berkaca- kaca. Namun ia menggelengkan kepala, berusaha supaya air bening itu tidak keluar dengan sia- sia.
***
Bersambung
Tunggu sampai 600 like dulu 😁