Gimana perasaan kalian disaat ada seorang wanita, sedang berjuang mencari nafkah keluarga di negeri orang, harus menelan pil pahit mendengar kabar sang anak terlantar, sedangkan sang suami memilih menikah lagi dengan kekasih lama nya .
Penderitaan tak selesai begitu saja, ketika sang mantan suami memilih mengabaikan anak kandungnya, dan mencurahkan seluruh kasih sayang kepada sang anak tiri, Dia berusaha kuat dan bertahan demi sang buah hati, Di tengah gempuran rasa cemburu yang masih ada di hatinya, melihat kemesraan sang mantan yang dia lihat setiap hari.
Hingga kesedihan berangsur terobati dengan kehadiran sosok dokter, yang menangani sang anak saat itu, Kedekatan Dokter Nino dengan Devan bagikan ayah dan anak, membuat sang ayah kandung cemburu dan menaruh rasa iri dengan kehidupan sang mantan istri.
Next langsung baca bab bab selanjutnya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ꧁ঔৣ☬Rmls☬ঔৣ꧂, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Divan mau enggak punya papa?"
Di sebuah mall ternama di kota ini.
"Xel, Lo udah telfon sopir lo kan, awas aja gue disuruh nunggu" ucap Rama dengan kaki terus melangkah, menghiraukan banyak pasang mata yang menatap mereka dengan tatapan kagum.
"Udah tenang aja, udah di depan dia" jawab Axel dengan tangan fokus dengan handphone miliknya.
"Bagus, gue mau cepat-cepat temuin tuh sih ******, kangen banget gue"Ucap Rama dengan senyum ketika mengingat salah satu sahabat nya itu.
"Kangen orang nya atau barang titipan Lo?"Tanya Axel dengan sinis membuat Rama tertawa, pasalnya apa yang di katakan sang sahabat adalah kebenaran.
"Astaga, Lo tuh udah kaya ram masih aja ngarep barang gratisan" tegur Axel dengan sewot, dan lagi-lagi hanya dibalas tawa oleh Rama.
Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka dengan sesekali bersenda gurau, membuat semua orang kagum dengan kedekatan dua pewaris perusahaan besar itu.
Namun kesenangan mereka harus terganggu, ketika Rama melihat sosok yang sangat di kenal, dia nampak menajamkan penglihatan nya ketika melihat Vanes ada di tengah kerumunan.
"Itu bukanya kak Vanes?" Tanya Axel yang juga tau sosok Vanes, bahkan hubungan Vanes dan Rama.
Rama pun dengan langkah cepat menghampiri kerumunan itu, dan benar saja Vanes sedang dalam masalah, wanita itu nampak bertengkar dengan sosok pria yang dia sendiri tidak tau dia siapa.
"Ada apa ini?"Bentak Axel mampu membuat semua orang berhamburan.
Rama pun bisa melihat dengan leluasa bagaimana keadaan menyedihkan Vanes, entahlah walaupun dia sangat membencinya namun dia juga tak bisa lupa, bahwa Vanes ibu dari anak nya.
"Apa ada yang bisa jelaskan?"Tanya Rama dengan tatapan dingin, semua orang pun langsung terdiam melihat aura sang penguasa, mereka memilih diam daripada berurusan dengan dua keluarga berpengaruh itu.
"Woy, anj*ng Lo budek yaaa, gua lagi tanya ?" Bentak Rama ketika tak dapat jawaban, mata nya menyapu bersih semua orang disekitarnya, dan tak lupa dua tersangka yang kini juga terdiam.
"Bubar!!!!!!!" Bentak Rama bagaikan perintah, di susul deru langkah pengunjung yang berhamburan meninggalkan tempat.
"Dan Lo, gue gak tau siapa Lo, seperti apa Lo, dan gue gak takut sama Lo, denger ucapan gue, hanya pria rendahan yang memukul wanita" Ucap Rama dengan tatapan tajam.
"Cih saya baru tau, begini sopan santun seorang pewaris tahta kerajaan bisnis Wijaya group, saya tahu anda sangat kaya dan berkuasa tuan muda, tetapi setidaknya anda bertanya apa alasan saya melakukan ini, tidak langsung menghina dan menjatuhkan, bagaimana pun saya lebih tua daripada anda" Balas pria itu dengan tersenyum meremehkan, membuat Rama kembali tersulut emosi.
"Sopan santun tidak ada dalam kamus hidup gue, ingat gue Rama putra Wijaya tidak butuh menjaga image, dan satu lagi gue akan menghargai siapa yang pantas di hargai, dan satu lagi tidak ada satupun orang yang berhak menasehati, gue kira Lo paham sampai sini, cabut xel" Balas Rama dengan tegas, membuat sang pria itu mengelus dada dan menatap tajam ke arah Vanes, yang masih berdiri di sampingnya.
"Ram gue kira Lo berlebihan untuk kali ini, apa yang di katakan pria itu ada benarnya, Lo gak bisa ngejudge orang seenaknya Lo"Ucap Axel dengan lembut, dia tau Rama sedang marah namun sebagai sahabat dia wajib untuk mengingatkan.
"Gue tau gue Salah dan pria itu benar, tapi entahlah gue benci banget dengan muka tuh orang, kaya penjabat cabul tau gak" jawab Rama membuat Axel tercengang dan menepuk jidatnya dengan keras.
.
.
.
.
Internasional school.
Di sebuah taman sekolah kini Nino dan Divan sedang berada, kedua pria itu tengah asik memakan aneka jajanan yang Nino sendiri tidak tahu itu apa, namun demi sang buah hati yang sangat imut dan menggemaskan ini, dia menuruti dan membeli semua aneka jajanan pinggir jalan itu.
"Papa ini enak Ivan suka" ucap Divan dengan mulut penuh dengan telur gulung saus tomat itu.
"Iya papa juga suka, Divan pinter banget milih jajanan nya"Jawab Nino dengan memakan apa yang Divan makan, entahlah dari sekian banyak jajanan hanya telur gulung yang dia sukai.
"Heeh mama juga suka, ental Ivan beli lagi buat mama boleh?"Tanya bocah itu dengan menyeruput air putih di Tupperware miliknya.
"Bagaimana kalo kita bawa pulang semua ini, papa rasa masih sangat banyak" usul Nino dengan tangan menerima botol minum milik Divan, bocah itu cukup peka juga ternyata.
"Oce, Ivan udah kenyang" Jawab Divan menyetujui usulan sang papa.
Mereka pun akhirnya memutuskan untuk pulang, dan tak lupa membawa sisa makanan yang telah mereka beli, dengan cepat Nino menjalankan mobil mewah milik nya, meninggalkan pelataran parkir menuju jalan raya.
Di sepanjang perjalanan Divan nampak asik menonton film animasi kesukaannya, sehingga membuat Nino merasa di abaikan.
"Divan jangan nonton Mulu dong, papa sedih Lo di cuekin" Ucap Nino dengan cemberut seolah olah sedang kesal.
Divan langsung menole ke arah sang papa, bukan nya kasian bocah itu malah tertawa melihat ekspresi sang papa.
"Dih kok ketawa papa nangis Lo huaaaaa" Ucap Nino dengan berpura pura menangis, membuat tawa Divan semakin lantang.
"Papa milip sepelti mama kalo malah, hahahaha" Ucap Divan tertawa riang, membuat Nino menjadi salah tingkah.
Entahlah dia merasa ada sedikit rasa kepada mama Divan, rasa yang telah lama hilang bersamaan dengan sang kekasih yang pergi entah kemana.
"Emm, Divan boleh kah papa bertanya?" ucap Nino berubah menjadi mode serius, membuat sang putra menengok keatas melihat wajah sang papa.
"Boleh papa mau tanya apa?" Tanya balik Divan dengan senyum imut nya, membuat Nino ingin menggigit pipi tembem itu.
"Divan mau enggak punya papa?"Tanya Nino dengan sangat berhati-hati, dan benar saja bocah kecil langsung mengerucut kan bibirnya, membuat Nino semakin takut meninggu jawaban sang bocah.
"Endak mau"
Duarrrr,
Bagai tersambar petir di siang bolong, mata Nino membulat dengan sempurna, dia tak menyangka mendapatkan penolakan, raut wajahnya pun seketika sedih bagaikan gagal mengungkapkan cinta.
"Ivan Ndak mau punya papa lagi, kan udah ada papa Nino dan papa Dito kan, Ndak mau nambah ental bingung"Jawab Divan lagi membuat Nino mendadak mendapatkan angin segar.
"Bagus, jangan ada lagi papa baru lagi ok" Ucap Nino mempengaruhi otak bocah kecil itu, jahat emang namun demi sebuah tujuan dia kira tidak apa apa.
"Heeh, Ivan mau papa Nino, bobok bareng papa Nino jalan, baleng papa Nino, eem sama mama juga deh, enntal mama ngambek lagi kalo enggak di ajak, boleh gak papa?"Tanya Divan malah membuat Nino terharu dan meneteskan air mata.
Bersambung.......
Jangan lupa like coment and favorit
