Ayah kandung yang tega menjadikan putra keduanya bayang-bayang untuk putra pertamanya. Menjerumuskan putra kedua menuju lembah kehancuran yang menimbulkan dendam.
Ayah dan saudara yang di cari ternyata adalah sosok manusia namun tak berperasaan. Sama seperti iblis yang tak punya hati.
"Rahmat Rahadian"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neng Syantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ARGO PENGKHIANAT!
Di malam yang sunyi, Jack duduk termenung di balkon apartemen berlantai duanya itu. Di tangannya menggenggam dua buah kalung yang berliontin bulan sabit. Ya! Kalung yang di berikan ibunya sebelum meninggal, kalung yang membawanya ke ibukota jakarta. Dan juga membawanya ke dalam lubang gelap dan kehancuran.
Demi ibunya, ia rela pergi ke ibukota. Hanya untuk mencari ayah dan saudara yang kini sangat ia benci.
“Kalian semua manusia terkutuk! Dan kau Brahma, aku akan membayar setiap penantian ibuku yang tertunda selama ini,” kata Jack, dengan mata terpejam.
“Sebelum aku menghabisi kalian, aku harus lebih dulu menyingkirkan Mayang dari kehidupan kota ini,”
Deg. Mayang yang menguping perkataan Jack, membuat ia memegangi dadanya seketika. Perkataan Jack yang ia dengar sungguh tak dapat ia terima. Ia pun segera menutup mulutnya, dan berjalan keluar dari ruangan itu dengan pelan.
Jack menyunggingkan sedikit senyumannya, senyuman yang nyaris tidak terlihat oleh orang lain. “Bagus, dia mendengar perkataanku. Aku harap, dia akan pergi sejauh mungkin dari tempat ini,” kata Jack, lalu beranjak dari balkon itu.
Sedangkan Mayang, kini ia telah kembali ke kamarnya. Ia duduk termenung di sudut ruangan kamar itu. Perkataan Jack terniang-niang di telinganya. Seakan-akan menari di dalam pikirannya.
“Kenapa, Kak Jack sangat ingin menyingkirkan aku? Apakah salahku selama ini sangat besar?” batin Mayang.
“Bodoh. Seperti itu saja tidak becus!” maki seseorang kepada anak buahnya.
“Mereka sangat banyak, Ketua. Kami kalah jumlah,” jawab salah satu anak buahnya.
“Makannya, kalau kerja itu sesekali pakai otak. Jangan selalu pakai otot, karena setiap pekerjaan itu tidak harus mengandalkan otot,” maki pria yang di juluki ketua itu, dan ternyata, ia adalah Ken. Ketua Klan Tiger yang berhasil kabur dari markasnya yang di jarah oleh Klan Dragon.
Para anak buah hanya saling pandang, bos mereka itu hanya memerintah seenak jidat saja, tanpa memikirkan keselamatan anak buahnya.
“Kalian cepatlah bergerak, ambil alih kekuasaan kita yang sudah mereka rebut,” kata Ken. Lagi dan lagi ia memerintah anak buahnya.
“Baik, Ketua!” sahut para anak buah Ken. Lalu, mereka semua segera pergi.
.
.
.
Di luar ruangan, Ken, para anak buahnya sedang berpikir keras. “Bagaimana cara kita untuk menyerang Klan Dragon?”
“Hais.. Entah lah, aku juga pusing memikirkannya. Pergi bertarung mati, tidak pergi pun kita tetap akan mati,” balas anak buah yang lainnya.
“Jadi, kita semua harus bagaimana?” tanya yang lainnya lagi.
“Entah, aku tidak tahu. Bagaimana dengan kalian?”
“Kita amati saja dulu perkembangan di area markas lama. Jika cukup aman, kita sedang mereka,” ujar salah satu dari mereka. “Bagaimana menurut kalian?” sambungnya.
“Baiklah, kami setuju. Kalau begitu, kita segera berangkat,”
Mereka semua, segera bergerak menuju perbatasan. Tentunya dengan berbekal senjata api dan juga belati di pinggang mereka. Pantang pulang sebelum berperang, sebab jika mereka pulang sebelum berperang. Mereka pun, akan mati di kandang mereka sendiri.
Satu setengah jam kemudian, para anak buah Ken. Sudah tiba di perbatasan kekuasaan Klan Dragon dan Klan Tiger.
Para anak buah Ken yang bertugas, berjumlah tiga belas orang. Mereka mendekati bekas markas mereka, dengan cara mengendap-endap seperti maling. Cukup lama mereka berkeliling dengan cara menyebar di penjuru markas tersebut, namun tidak ada tanda bahwa musuh menunggu dan menjaga markas tersebut.
Mereka semua kembali berkumpul, di tempat semula mereka hendak berpencar.
“Bagaimana? Apakah kalian bertemu dengan musuh?” tanya salah satu dari mereka.
“Tidak, tempat ini kosong. Sepertinya mereka tidak menginginkan markas ini,” jawab yang lain.
“Kalau begitu, kita segera pergi menuju markas mereka,”
Setelah itu, mereka pun bergerak menuju markas Klan Dragon. Tidak butuh waktu yang lama, mereka pun tiba di depan markas Klan Dragon. Tampak beberapa penjaga yang berjaga di depan pintu markas.
“Sepertinya tempat ini cukup sepi, yang artinya penjagaan tidak ketat,” bisik salah satu dari mereka.
“Kalau begitu, kita serang saja para penjaga itu.” Sahut yang lain.
Mereka semua pun mulai menyerang anak buah Klan Dragon yang berjaga. Tanpa mengetahui dan berpikir, bahwa ajal mereka sudah dekat.
Dor dor dor. Mereka menyerang dengan cara menembak, membuat para penjaga markas Klan Dragon siap siaga.
Namun tiba-tiba, anak buah Klan Tiger yang datang menyerang. Di kejutkan dengan bunyi sirine yang berasal dari dalam markas Klan Dragon.
Wiw wiw wiw.. Salah satu penjaga markas itu menekan tombol sirine, memberi tanda kepada kelompok mereka. Bahwa ada musuh yang menyerang.
“Sial, kita di jebak,” kata salah satu anggota Klan Tiger kepada rekan-rekannya.
Meraka yang berjumlah tiga belas orang itu, menjadi panik.
Dor dor.. Suara tembakan yang berasal dari markas. Mengincar target mereka yang bersembunyi di semak-semak yang ada di depan markas.
“Alah, kepalang basah. Mandi saja sekalian!” salah satu anggota Klan Tiger nekat, ia berdiri dan segera keluar dari persembunyiannya. Ia menembaki penjaga yang ada di dekat Markas.
Dor dor dor dor.. Penjaga yang terkena tembakan itu langsung tumbang, anggota Klan Tiger itu sangat senang, melihat tiga orang musuh mereka tumbang, tapi kesenangan pria itu tidak lama. Pasalnya tawanya yang muncul segera menghilang, setelah dua tembakan beruntun bersarang di dadanya.
“Hahaha..” tawa pria itu, salah satu anggota Klan Tiger yang menyerang markas Klan Dragon. Dan tiba-tiba, “Akkkkhhh.” Tubuhnya terdorong dan tumbang begitu saja.
“Jarot!” teriak rekan-rekan pria yang tumbang itu, dan ternyata nama pria itu adalah Jarot. Pria yang bertubuh tegap, tinggi, berotot tapi juga berwajah seram itu. Kini wajah seramnya tidak lagi berekspresi karena sudah tidak bernyawa.
Anggota Klan Dragon segera bergerak maju. Mengepung anggota Klan Tiger yang tinggal berjumlah dua belas orang itu.
“Serang, mereka!” teriak salah satu anggota Klan Dragon.
“Kenapa aku mendengar suara bang Argo?” kata pihak Klan Tiger.
Mereka pun mencari pemilik suara, dan benar saja. Argo yang memakai jaket Levi’s dan juga kacamata hitam yang bertengger di hidung agak mancungnya itu, sedang berjalan maju di hadapan anggota Klan Dragon yang lainnya. Argo juga membopong senjata mesin di tangannya.
“Gila! Ini Gila, ternyata bang Argo masih hidup. Dan ia malah berada di pihak musuh!” geram orang itu, dan langsung keluar dari persembunyiannya.
“Bang Argo!” teriaknya sambil mengarahkan pistolnya ke arah Argo.
Ia langsung melepaskan tembakan ke arah Argo, tapi dengan gesit Argo menghindar.
Det det det det, jduarrr..
Argo melepaskan tembakan-tembakan ke arah lawan, ia tidak perduli jika lawannya itu adalah bekas kawan. Suara ledakan ledakan yang berasal dari senjata mesin milik Argo, membuat area rerumputan ilalang yang ada di depan markas terbakar sebagian. Termasuk tempat persembunyian musuh berada.
“Kalian yang masih bernyawa, segera pergilah!” usir Argo. Ia menyuruh pergi bukan karena kasihan, tapi sengaja. Agar di antara mereka yang selamat dapat memberi kabar pada Ken, ketua atau pimpinan Klan Tiger.
“Pengkhianat, kau Argo!” teriak salah satu di antara mereka yang selamat.
“Hahaha.” Tawa Argo pecah, “Seharusnya kalian memilih pemimpin, yang bisa menghargai kerja keras kalian. Bukan pemimpin pengecut seperti Kenzo!” ledek Argo.
“Cepatlah pergi dari tempat ini, sebelum aku berubah pikiran!” Argo mengangkat kembali senjatanya, membuat dua orang yang selamat itu segera pergi dengan tertatih, karena sudah menderita luka bakar di kaki dan tangan mereka. Akibat api yang muncul dari senjata mesin milik Argo dan menyebabkan kebakaran ilalang.
Mohon kritik dan saran, jika banyak kesalahan dan juga typo dalam pengetikan. Author akan sangat senang, jika kalian perduli!