"Tolong mas, jelaskan padaku tentang apa yang kamu lakukan tadi pada Sophi!" Renata berdiri menatap Fauzan dengan sorot dingin dan menuntut. Dadanya bergemuruh ngilu, saat sekelebat bayangan suaminya yang tengah memeluk Sophi dari belakang dengan mesra kembali menari-nari di kepalanya.
"Baiklah kalau tidak mau bicara, biar aku saja yang mencari tahu dengan caraku sendiri!" Seru Renata dengan sorot mata dingin. Keterdiaman Fauzan adalah sebuah jawaban, kalau antara suaminya dengan Sophia ada sesuatu yang telah terjadi tanpa sepengetahuannya.
Apa yang telah terjadi antara Fauzan dan Sophia?
Ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 1
"Mas, hapenya bunyi. Coba diangkat! pasti urgent, enggak biasanya jam segini ada yang menghubungi mas." Renata yang baru keluar dari kamar mandi, memanggil laki-laki yang kembali menggulung tubuhnya dengan selimut dari sehabis sholat subuh tadi.
Membuat seorang laki-laki bernama Fauzan yang tadinya berniat ingin mengabaikan dering ponselnya, kini menyibak selimut dengan malas. "Siapa sih? jam segini sudah nelepon!" Gerutunya sambil melirik kearah jam yang masih menunjukkan pukul lima kurang. Namun tak urung pria itu meraih ponselnya yang berada diatas nakas.
"Ibu!"
Sentaknya kaget saat melihat nama sang ibu yang terpampang dilayar ponselnya. Perasaannya mendadak tidak karuan, pikirannya langsung melayang pada sang adik yang tengah sakit.
"Siapa mas?" Renata menghampiri Fauzan sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
Tanpa menghiraukan pertanyaan sang istri, Fauzan dengan cepat mengangkat panggilan dari sang ibu. "Assalamualaikum, halo bu ada apa?" Cecarnya dengan nada penuh kekhawatiran. Suasana kian mencekam saat diseberang sana terdengar isakan seorang perempuan yang suara sudah familiar di pendengarannya.
"Waalaikumsalam, Fauzan... Adikmu!" Ucap sang ibu kandas, tak lama kemudian terdengar suara sirine ambulans yang memekik. Fauzan mematung, dengan ponsel yang masih menempel di telinganya. Berharap ada yang bisa memberi penjelasan padanya.
Melihat sang suami yang terdiam kebingungan, Renata segera meraih ponsel dari tangan Fauzan. "Halo ibu! ibu disana baik-baik saja kan? bu, tolong jawab! jangan bikin kami khawatir." Seru Renata setengah berteriak, berharap suaranya ditengah kebisingan sirine bisa didengar oleh Kartika, ibu mertuanya. Namun sampai beberapa menit berlalu tak ada sahutan dari mertuanya itu.
Membuat Renata akhirnya memutus sambungan telepon dari mertuanya. Kemudian perempuan berusia dua puluh tujuh tahun tersebut beralih menghubungi Sophia, istri dari Fajar adik iparnya yang kebetulan rumahnya bersisian dengan rumah sang mertua.
Tak butuh waktu lama, panggilannya langsung tersambung dengan Sophia. "Assalamualaikum kak." Ucap perempuan yang tak lain adalah Sophia, suaranya terdengar sengau seperti tengah menangis.
"Waalaikumsalam, Sophi! disana ada apa? apa kalian baik-baik saja? barusan ibu nelepon tapi malah terputus." Tanya Renata tak sabar, namun keningnya mengernyit saat mendengar isakan Sophia.
"Sophi! kamu dengar mbak kan?"
"Mas Fajar mbak! beliau drop dari setengah jam lalu, dan baru saja dibawa ke rumah sakit, hiks."
"Innalilahi, yang kuat ya! Insya Allah semuanya akan baik-baik saja. Kamu harus kuat, ingat! ada si kembar yang juga membutuhkanmu. Kalau kamu rapuh, mereka akan rewel karena tahu ibunya sedih." Ucap Renata berusaha menguatkan, meski ia tahu kalau dirinya berada di posisi Sophia belum tentu juga bisa sekuat perempuan itu.
Sedangkan Fauzan yang duduk di tepi ranjang, menatap Renata dengan raut khawatir bercampur penasaran. Membuat Renata yang paham dengan tatapan suaminya segera pamit pada Sophia, "Sophi, mbak tutup dulu ya teleponnya. Assalamualaikum." Tanpa menunggu jawaban Sophia, Renata langsung mematikan sambungan teleponnya. Perempuan itu beralih menatap Fauzan yang sedari tadi terduduk di tepi ranjang tanpa mengalihkan perhatian darinya.
"Mas, katanya Fajar drop dari setengah jam yang lalu. Dan sekarang dalam perjalanan ke rumah sakit." Ucapnya sambil meletakkan ponsel diatas nakas, kemudian beralih memegang tangan Fauzan, berusaha menguatkan laki-laki yang telah menikahinya dari tiga tahun lalu itu. "Sebaiknya mas berangkat ke Bandung saja sekarang, aku paling nanti sore sepulang kerja baru nyusul. Terlanjur aku sudah menyanggupi gantiin Mila masuk pagi. Mas enggak apa-apa kan?" Tanya nya sambil mengeratkan genggaman tangannya, seolah memberi tahu kalau dirinya ada buat sang suami.
"Iya, mas akan kesana sekarang. Kasihan ibu sama bapak tidak ada yang bantuin ngurusin segala macamnya." Ucap Fauzan pelan seraya beranjak dari tempat tidur.
.
.
Renata dan Fauzan adalah pasangan suami istri yang baru menjalani biduk rumah tangga selama tiga tahun. Renata Prameswari perempuan berusia 27 tahun itu, seorang bidan yang bekerja disalah satu rumah sakit swasta di daerah Jakarta Utara. Sedangkan Fauzan, yang bernama lengkap Fauzan Nugraha, berusia 30 tahun bekerja sebagai staf kantor disalah satu perusahaan Swasta di Jakarta.
Selama ini mereka sering bolak balik ke Bandung setiap kali ada waktu senggang. Menengok dan menemani Fajar adik dari Fauzan yang kini tengah berjuang melawan leukimia yang sudah menggerogotinya dari satu tahun yang lalu mulai terdeteksi nya saat sudah stadium dua. Dan setelah melewati proses pengobatan panjang hingga operasi, keadaannya berangsur membaik bahkan sudah kuat beraktifitas lagi. Tetapi pagi ini sebuah kabar benar-benar mengejutkan Fauzan dan Renata dengan drop nya Fajar hingga harus dilarikan ke rumah sakit..
Tepat jam enam pagi, sepasang suami istri itu sudah duduk di dalam mobil hendak menuju stasiun Gambir. Fauzan memilih berangkat ke Bandung menggunakan kereta api. Sebab Renata melarangnya membawa kendaraan sendiri, dengan alasan fokusnya yang akan terbagi selama berkendara.
"Mas, enggak apa-apa kan aku enggak ikut sekarang? soalnya aku sudah terlanjur gantian shift dan Mila juga sudah berangkat dari semalam ke Bogor." Ucap Renata kembali memastikan, sebab ia tidak bisa menemani Fauzan berangkat ke Bandung pagi ini karena harus menggantikan temannya yang tengah ijin karena menghadiri acara keluarganya di Bogor.
"Enggak apa-apa sayang. Nanti sore juga kalau sekiranya tidak memungkinkan untuk berangkat, kamu jangan maksain berangkat. Do'akan saja supaya Fajar segera sehat, kasihan si kembar mana masih bayi." Sahut Fauzan, sorot matanya tak bisa menyembunyikan kesedihannya, mengingat sang adik yang memiliki bayi kembar yang kini baru berusia tiga bulan.
"Pastinya mas, aku selalu mendoakan mereka. Aku sudah menganggap Fajar dan Sophi seperti adikku sendiri." Sahut Renata menghela napas, sembari menambah kecepatan laju mobilnya.
.
.
.
Renata memeluk erat Fauzan memberi dukungan pada suaminya yang terlihat murung karena kabar dropnya Fajar, adik satu-satunya sang suami. Setelah beberapa saat dengan berat ia melepaskan pelukannya. "Mas yang kuat, Insya Allah Fajar akan baik-baik saja." Ucapnya yang langsung diangguki oleh Fauzan. Laki-laki itu mencium kening Renata sesaat, kemudian perlahan mundur sambil melambaikan tangannya. "Hati-hati di jalan, jangan lupa do'akan terus Fajar ya." Ucapnya lirih hampir tak terdengar diantara riuh lalu lalang para pengunjung Stasiun.
Kamu aja yg di telpon gak mau ngangkat 😏😏😏
baru juga segitu langsung protes 😏😏
Rena selalu bilang gak apa apa padahal dia lagi mendem rasa sakit juga kecewa tinggal menunggu bom waktunya meledak aja untuk mengeluarkan segala unek unek di hati rena😭
scene nya embun dan mentari juga sama
bikin mewek 😭
jangan bikin kecewa Napa ahhhhh😭😭
aku sakit tau bacanya
padahal bukan aku yang menjalani kehidupan rumah tangga itu😭😭😭
suka watir aku kalauu kamu udah pulang ke bandung 😌😌