Di usia dua puluh lima tahun, Gurkha pergi meninggalkan keluarganya dan habitatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ARIMA
Hari sudah condong ke barat, ketika perut Devi mulai minta diisi. Dia bangun dari tempat tidur menuju dapur. Ada perasaan aneh yang menyelimuti dirinya. Devi memeluk tubuh nya yang merinding, sambil mengusap-usap lengannya.
Tidak habis mengerti, kenapa Arima tidak menawarkan makanan kalau dia sudah selesai memasak? ada perasaan ragu terhadap Arima yang mengaku sudah berpengalaman menjadi pembantu.
Devi berjalan sedikit sempoyongan, kepalanya berdenyut, efek belum makan. Dia terperanjat kaget tanpa sebab, bulu kuduknya tiba-tiba merinding. Mata Devi reflek menoleh ke samping. Arima memandangnya tajam, kenapa Arima jutek begitu? pikir Devi mendekatinya.
"Ada apa Arima, mengapa kau memandangiku begitu?" tanya Devi mendekat. Dia kaget spontan melihat kulit Arima yang bersisik. Devi jadi bergidik, dia ingat siluman ular yang sering tayang di TV seperti inikah?
"Aku iri padamu yang kulitnya mulus, tidak sepertiku yang bersisik." jawab Arima lugas, wajahnya tetap jutek.
"Kamu harus bersyukur, walaupun punya kulit bersisik, tapi tetap cantik dan badanmu sempurna. Masih banyak orang yang tidak sempurna badannya. Segala yang kita punyai adalah sebuah anugrah."
"Lidah tidak bertulang, kau tidak bisa merasakan pedih hatiku. Wanita sepertimu mana tahu penderitaanku."
Devi terhenyak, dia merasa Arima tidak punya sopan santun, bicaranya nyeplos begitu saja.
"Arima, sudah makan? kamu sudah selesai masak?" tanya Devi hati-hati.
"Aku baru datang mencari buah untuk Tuan Gurkha dan mengambil susu untuk kesehatanmu. Aku tahu wanita sepertimu membutuhkan susu itu untuk meladeni suamimu. kalau tidak ada susu itu kamu akan kewalahan."
"Tapi, kenapa kamu tidak minta uang padaku kalau mau membeli buah dan susu?"
"Tidak perlu, aku juga ingin makan buah. Tapi susu aku tidak perlu, karena aku lebih kuat darimu."
Astaga!! wanita apa yang berada di depannya ini. pikir Devi tetap terpaku dia juga heran melihat dandanan Arima yang memakai pakaian tank top dan celana pensil. Bodinya bagus langsing, cuma agak hitam dan mulutnya sedikit maju, tapi manis. Yang membuat merinding adalah kulitnya yang bersisik, tidak banyak sih, cuma mengganggu pandangan mata.
"Aku mau masak, kalau kamu belum masak." kata Devi beranjak dari sana.
"Aku tidak makan nasi, aku cuma makan telor dan buah, jadi masak saja untukmu sendiri." sahut Arima mengekor.
"Owh..jadi itu saja yang kau makan? apa kenyang?"
"Aku biasa makan daging, tapi aku akan mengikuti kebiasaan Tuan Gurkha tidak makan daging."
"Gurkha juga makan nasi sama buah, tapi tidak makan daging. Setahuku dia minum susu." kata Devi masuk ke dapur.
"Astaga, darimana kau mendapat buah sebanyak ini. Buah Ini semua segar, seolah baru di petik. Ini juga susu berbotol-botol. Bagaimana menyimpannya, kulkas cuma dua pintu?" kata Devi heran, buahnya menggunung diatas meja makan. Ada bermacam-macam buah, dari pisang sampai buah lempeni, buah bidara, buah gowok dan banyak lagi buah langka. Devi tidak tahu nama beberapa buah, yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.
"Tidak usah di simpan di kulkas, buah ini baru di petik, kuat seminggu jamin tidak busuk."
"Apa semua boleh dimakan?" tanya Devi mengambil salah satu buah itu.
"Semua boleh dimakan, buah ini untuk Tuan Gurkha dan aku, kau boleh makan nasi." ketus suara Arima.
Glekk!! dasar wanita laknat. gerutu Devi menaruh buahnya kembali.
"Arima darimana asalmu, apa kamu tidak sekolah?"
"Aku dari Gunung Tidar, ngapain sekolah, aku tidak butuh kaya, cuma butuh makan saja."
"Pantas kau tidak tahu etika, makan juga butuh uang. Kalau tidak ada uang gimana makan. Uang itu di dapat kalau sudah kerja." jelas Devi.
"Aku sudah kerja menjadi pelayan Tuan Gurkha, aku akan mendapat uang dari sana. Tapi kau tidak kerja selalu bisa makan, aku juga ingin seperti kau."
"Mana aku bisa makan, masalahnya kau tidak masak untukku." kesel Devi. Tahu gini dia tidak mau nerima Arima, ini pembantu apa siluman.
"Arima kau jaga sikap, aku bisa memecatmu, kalau kau kurang ajar."
"Ya..maafin aku." enteng banget Arima ngebacot.
Devi membuka kulkas. Ya ampun, kulkas penuh dengan telor dan susu. Akhirnya, Devi kembali ke kamar dengan perasaan kesal. Dia mengambil ponselnya mulai menulis.
"Gurkha, pembantu apa yang kau pilih untukku, wanita ini tidak ada etikanya dan aku belum makan dari pagi, dia rupanya belum masak." tulis Devi kesal.
"Aku lagi sibuk sayank, aku akan memesan makanan untukmu." balas Gurkha.
"Cepat pulang kalau sudah selesai pekerjaan." tulis Devi.
"Apa kau mulai merindukan pelukanku? atau lebih dari itu." balas Gurkha.
"Iss...siapa juga yang rindu." tulis Devi menutup ponselnya.
Mentari sudah tenggelam di ufuk barat, Devi keluar kamar setelah selesai mandi dan makan. Dia sangat penasaran terhadap Arima. Pada jam segini apa yang di kerjakan Arima?
Tidak terlihat batang hidung Arima, Devi keliling mencarinya. Semua lampu dia nyalakan, Villa menjadi terang benderang. Perasaan Devi mulai tidak enak, dia merasa jika rumah ini berhantu, Devi merasa ada orang yang mengawasi nya. Apakah Arima yang sengaja mengintipnya?
"Arima....dimana kau?" teriak Devi memanggilnya. Devi baru menyadari rupanya Arima duduk di Gazebo, tidak jauh dari dirinya berdiri.
"Ada apa memanggilku, apa kau takut dengan gelap?"
Devi mengatur nafas nya, sebelum menjawab. Dia berjalan kearah Arima yang turun dari gazebo.
"Aku merasa Villa ini angker, dan ada hantunya. Aku tidak berbohong."
"Mana aku percaya hantu, dan aku sedikitpun tidak takut hantu. Jangan seperti anak kecil." kata Arima bertolak pinggang.
"Dimana ada hantu?" suara berat Gurkha mengagetkan Devi dan Arima
"Gurkha aku takut." keluh Devi menghambur kepelukan Gurkha.
"Aku juga takut Tuan...." Arima maju mendekati Gurkha. Betapa kagetnya Gurkha mendapati Arima berada disitu. Tapi dia cepat mengalihkan pandangannya, berusaha tenang.
"Ini Arima, pembantu kiriman Pak Samin, yang tidak ada etika nya. Pak Samin pasti salah orang." bisik Devi.
Gurkha menghela nafas, wajahnya terkesan bingung, dia tidak mungkin mengusir Arima dari sini, karena itu menyalahi peraturan bangsa Naga. Dia jadi kesal, kenapa Arima menyaru menjadi pembantu. Kalau Devi tahu siapa mereka, hancurlah hidupnya.
"Gurkha, dengarkan aku! Untuk apa aku berbohong. Arima itu harus di usir, dia seperti siluman ular. Aku serius Gurkha, tidak ada gunanya aku berbohong." bisik Devi lagi.
"Tenang sayank..." Gurkha ikut berbisik dan memeluk Devi dengan mesra.
Dada Arima terasa perih, dia merasa sebagai duri dalam hubungan Devi dengan Gurkha. Sedih, itu perasaan Arima saat ini, padahal dia sudah habis-habisan berdandan, tapi Gurkha tidak merespon dirinya. Dia pergi ke dapur mengangkat nampan yang berisi buah kesenangan Naga.
"Sayank, aku selalu mempercayaimu, tidak ada maksud mengatakan kamu berbohong. Namun, aku tidak bisa mengusir Arima, karena dia kiriman Pak Saman. Kita harus maklum terhadap sikapnya, maklumlah dia tidak berpendidikan." jelas Gurkha mengajak Devi masuk ke dalam.
Devi mendengus, merasa kesal karena Gurkha seolah tidak percaya padanya. Dia kehilangan kata-kata, dia yakin Gurkha tidak peduli akan pengaduannya, walaupun seberapa keras usaha nya untuk meyakinkan Gurkha, dan hal itu membuat Devi frustasi.
"Tuan Gurkha, ini buah kesukaanmu, aku telah mencarikannya ke segala penjuru. Susu untuk istrimu juga aku bawakan supaya dia kuat, jika dia tidak kuat, kau tahu sendiri caranya." kata Arima membuat Gurkha dan Devi menghentikan langkahnya.
*****
penasaran sama lanjutannya
KARYA NYA BAGUS SAYA SUKA😍👌👌👌
SEMOGA MAKIN SUKSES KARYA NYA
GOOD JOB👍👍👍
aku merasa blm puas thooooor ceritanya gantung bgm si gukha
ktnya mau menikahi Devi
terus Devi kerja apa dan pd akhirnya mereka bs bersatu apa gk