"Kaila terpaksa menukar seragam sekolahnya dengan status istri rahasia seorang CEO arogan demi sebuah wasiat. Di dalam menara kaca yang dingin, ia harus bertahan di antara aturan kaku sang suami dan ancaman para musuh bisnis yang siap menghancurkan hidupnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24: Undangan Pesta Bisnis Perdana
Undangan pesta bisnis perdana yang diletakkan Adnan di atas meja makan kayu jati itu nampak berkilau di bawah lampu gantung kristal yang mewah.
Kaila menatap kartu berwarna emas gelap tersebut dengan tangan yang terasa sangat-sangat dingin dan jantung yang berdegup sangat-sangat kencang sekali.
Bagi gadis yang baru saja melepas seragam sekolahnya, dunia pesta sosialita adalah sebuah medan perang yang sangat-sangat menakutkan bagi jiwanya yang polos.
"Kenapa wajahmu menjadi sangat-sangat pucat hanya karena melihat secarik kertas resmi yang sama sekali tidak menggigit itu?" tanya Adnan sinis.
Pria itu menyesap kopi hitamnya tanpa sedikit pun mengalihkan pandangan mata elangnya dari raut wajah Kaila yang nampak sangat-sangat gelisah.
Ia seolah-olah sedang menikmati ketakutan yang terpancar jelas dari manik mata gadis yang kini menyandang status sebagai nyonya muda Dirgantara tersebut.
Kaila mencoba mengatur napasnya yang mulai terasa sangat-sangat sesak seolah-olah udara di dalam griya tawang itu baru saja menghilang.
"Saya tidak memiliki pakaian yang sangat-sangat pantas dan saya juga tidak tahu bagaimana cara berbicara dengan orang-orang hebat di sana, Tuan," bisik Kaila.
Adnan meletakkan cangkir porselennya dengan sebuah dentingan yang sangat-sangat nyaring hingga membuat Kaila tersentak kaget dari lamunannya yang sangat-sangat buruk.
Pria itu bangkit berdiri dan berjalan mendekati Kaila dengan langkah yang sangat-sangat tenang namun memancarkan aura wibawa yang sangat-sangat kuat.
Ia membungkuk hingga wajahnya hanya berjarak beberapa sentimeter saja dari wajah Kaila yang nampak sangat-sangat cemas dan sangat-sangat tidak berdaya.
"Aku sudah menyiapkan segala sesuatunya termasuk para ahli kecantikan yang akan mengubah penampilanmu menjadi sangat-sangat sempurna malam nanti," ujar Adnan tegas.
Gadis itu hanya bisa menunduk pasrah karena ia tahu bahwa membantah perintah dari sang penguasa menara kaca adalah sebuah kesia-siaan yang sangat-sangat besar.
Kaila membayangkan dirinya akan menjadi bahan tertawaan bagi para tamu undangan yang pasti akan melihat betapa sangat-sangat canggung dirinya dalam balutan kemewahan.
Ia merasa seolah-olah sedang dipersiapkan untuk menjadi sebuah pajangan cantik yang akan dipamerkan oleh Adnan di depan para pesaing bisnisnya yang sangat-sangat kejam.
"Apakah saya harus tetap berangkat meskipun perasaan saya sedang sangat-sangat tidak enak dan tubuh saya masih terasa sedikit lemas?" tanya Kaila memohon.
Adnan tidak menjawab dengan kata-kata melainkan ia justru mencengkeram lembut dagu Kaila dan memaksanya untuk menatap langsung ke dalam manik matanya yang kelam.
Tatapan itu seolah-olah sedang mengunci seluruh keberanian Kaila hingga gadis itu tidak mampu lagi mengeluarkan suara untuk memprotes keputusan yang sudah dibuat secara sepihak.
Cengkeraman itu tidak menyakitkan namun ada sebuah pesan yang sangat-sangat kuat bahwa Kaila tidak memiliki pilihan lain selain patuh pada aturan main suaminya.
"Tunjukkan pada dunia bahwa kau adalah milikku dan jangan biarkan satu orang pun merendahkan martabat keluarga Dirgantara karena kelakuanmu," perintah Adnan lagi.
Beberapa jam kemudian, kamar rias sudah dipenuhi oleh kepulan uap minyak wangi dan berbagai macam peralatan kecantikan yang nampak sangat-sangat rumit bagi Kaila.
Para pelayan nampak sangat-sangat sibuk mengoleskan berbagai macam krim dan cairan ke wajah Kaila yang hanya bisa diam seperti sebuah boneka kayu yang mati.
Mereka membisikkan pujian tentang betapa sangat-sangat cantiknya Kaila namun bagi Kaila semua itu hanyalah sebuah topeng yang sangat-sangat berat untuk dipakai.
"Nyonya muda, tolong jangan terlalu banyak bergerak karena riasan pada bagian mata ini sangat-sangat sulit untuk diperbaiki jika sampai rusak," tegur pelayan senior.
Kaila mengembuskan napas panjang sambil menatap bayangannya di cermin besar yang nampak sangat-sangat asing dan sangat-sangat berbeda dari dirinya yang asli.
Ia merindukan masa-masa saat ia hanya perlu memikirkan ujian sekolah tanpa harus menanggung beban sebagai istri dari seorang pria yang sangat-sangat perfeksionis.
Namun waktu terus berjalan dengan sangat-sangat cepat hingga akhirnya ia harus mengenakan sebuah gaun yang akan membuatnya merasa sangat-sangat menderita nanti.
"Sudah waktunya untuk berangkat dan pastikan kau berjalan dengan tegak tanpa menunjukkan sedikit pun rasa takut di hadapan musuh-musuh bisnisku," ucap Adnan.
Pria itu muncul di ambang pintu dengan setelan hitam yang sangat-sangat elegan dan nampak sangat-sangat gagah hingga membuat jantung Kaila berdesir sangat-sangat aneh.
Kaila bangkit dari kursinya dengan langkah yang sangat-sangat goyah karena ia harus beradaptasi dengan sepatu yang memiliki hak sangat-sangat tinggi dan runcing.
Ia mengikuti langkah besar Adnan menuju lift pribadi dengan perasaan yang sangat-sangat kacau dan pikiran yang terus membayangkan hal-hal yang sangat-sangat buruk.
"Tuan, apakah benar benar tidak ada cara lain untuk membatalkan kehadiran saya di acara yang sangat-sangat besar ini?" tanya Kaila sekali lagi.
Adnan hanya memberikan sebuah senyum miring yang nampak sangat-sangat dingin seolah-olah ia sedang menertawakan ketakutan yang sedang melanda hati istrinya itu.
Pintu lift terbuka dan menampakkan lobi yang sudah dijaga ketat oleh para pengawal berbadan tegap yang nampak sangat-sangat sigap menunggu kedatangan mereka berdua.
Kaila merasa seolah-olah ia sedang berjalan menuju panggung eksekusi yang akan segera mengakhiri masa-masa tenangnya sebagai seorang gadis biasa yang tidak dikenal.
Saat kakinya menyentuh lantai marmer lobi, ia merasakan sebuah rasa perih yang sangat-sangat tajam mulai merambat dari tumit hingga ke seluruh pergelangan kakinya.
Gaun mewah dan kaki yang lecet nampaknya akan menjadi awal dari bencana besar yang akan dihadapi oleh Kaila di tengah kemegahan pesta bisnis tersebut nanti.