Nicholas Alistair adalah definisi dari bahaya yang memikat. Seorang Boss Mafia kelas kakap dengan kerajaan yang dibangun di atas ketakutan dan baja. la dingin, kejam, dan memiliki segalanya-kecuali hati. Hidupnya sempurna di bawah kendali, hingga ia harus melakukan perjalanan ke pelosok desa terpencil untuk menyelesaikan urusan bisnis yang berdarah.
Di sanalah ia bertemu Rania
Rania, si gadis desa dengan pesona alami yang polos dan lugu, memiliki keindahan yang memabukkan. Postur tubuhnya yang ideal bak gitar spanyol adalah magnet yang tak terhindarkan, membuat mata Sang Don tertuju padanya. la adalah bunga liar yang tumbuh di tempat yang salah, dan Nico, Sang Penguasa Kota, memutuskan ia harus memilikinya.
Apa yang dimulai sebagai obsesi, perlahan berubah menjadi hasrat yang membara. Nico menarik Rania dari kehidupan sederhananya, memaksanya
masuk ke dalam sangkar emas yang penuh intrik, kekayaan, dan bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aretha_Linsey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 Pernikahan Nicholas dan Rania
Pagi itu, udara di mansion terasa berbeda. Setelah keheningan panjang yang menyiksa, kini ada kehangatan yang lembut. Bukan lagi kehangatan palsu dari tungku perapian yang hanya menipu mata, melainkan kehangatan yang merambat langsung dari jiwa ke jiwa, meredakan
ketegangan yang telah lama membekukan setiap sudut rumah megah itu.
Nicholas Alistair duduk di samping Rania, tangannya menggenggam tangan wanita itu erat erat. Genggaman itu bukan genggaman posesif yang pernah mencekiknya, melainkan pertautan yang menawarkan perlindungan tanpa menuntut. Jemarinya yang biasanya kasar dan terbiasa memegang senjata kini membelai lembut buku jari Rania.
Malam sebelumnya, rekonsiliasi mereka yang disahkan oleh air mata, penyesalan dan ciuman penuh janji telah mengembalikan cahaya. Cahaya yang masuk melalui jendela kamar luas itu terasa berbeda, tidak lagi menerangi sebuah penjara emas, melainkan sebuah permulaan yang suci.
"Aku minta maaf untuk waktu yang kau lewatkan, Sayang" bisik Nicholas, mencium buku jari Rania.
Suaranya terdengar serak, masih membawa sisa sisa kepedihan yang ia rasakan semalam, sebuah pengakuan yang jujur atas kebodohannya.
Rania hanya tersenyum, matanya memancarkan kedamaian yang lama hilang, Matanya tidak lagi membawa ketakutan atau keberanian yang keras, melainkan kelembutan yang memaaf kan. la menoleh, memastikan Nicholas benar benar berada di sana, nyata, dan telah kembali sepenuhnya.
"Kita tidak membuang waktu, Nicholas. Kita menghabiskan waktu untuk tumbuh " balas Rania, memutar tangannya agar bisa balik menggenggam tangan Nicholas.
"Mungkin kita memang harus melewati kegelapan itu untuk benar benar melihat nilai dari cahaya yang kita miliki sekarang".
Nicholas memejamkan mata sejenak, menghirup aroma rambut Rania yang harum.
"Aku tidak akan pernah melupakan pelajaran ini. Kau adalah kompas moral yang aku punya, Rania. Tanpamu, aku hanyalah Don yang dibutakan kekuasaan dan kecemburuan bodoh."
...----------------...
Sesuai permintaan Nicholas, pernikahan diadakan mendadak hari itu. Tidak ada perayaan publik yang mencolok, yang hanya akan menarik mata musuh dan memperlihatkan kelemahan. Ini adalah komitmen intim, hanya untuk mereka dan orang orang yang mereka cintai.
Ayah dan Ibu Rania telah tiba, dijemput dengan kawalan ketat oleh Marco.
Meskipun masih bingung dengan serangkaian kejadian dramatis yang terjadi, mereka lega melihat putrinya aman dan, yang terpenting, terlihat mencintai pria yang dingin dan penuh kuasa ini. Ibu Rania, yang biasanya tegar, tak henti hentinya menyeka air mata haru dan kekhawatiran yang bercampur aduk.
"Rania, Nak, apakah kamu yakin?"tanya Ibu Rania, memeluk putrinya di sebuah ruang ganti yang megah.
"Dia adalah Don, sayang. Dunianya terlalu... gelap".
Rania tersenyum menenangkan, memegang tangan ibunya.
"Dunia itu gelap, Bu. Tapi Nicholas bukan. Dia pria yang baik, dan dia bersedia berubah. Dia mempertaruhkan segalanya untukku. Lagipula, " Rania tertawa kecil,
"Siapa bilang aku tidak bisa menjadi ratu di kegelapan itu, dan memberinya sedikit cahaya?"
Marco dan Gio berdiri sebagai saksi, melambangkan loyalitas yang kini tidak hanya tertuju pada Nicholas Alistair sebagai seorang pemimpin, tetapi juga pada ikatan suci yang akan menyatukan Rania ke dalam keluarga mafia itu. Di mata mereka, Rania adalah satu satunya orang yang mampu menjinakkan badai yang selalu ada di dalam diri Don mereka.
Rania mengenakan gaun putih sederhana, berbahan sutra lembut, anggun, tanpa embel embel, tetapi bersinar murni. Gaun itu memeluk tubuhnya dengan sempurna, memancarkan kecantikan yang murni, bukan kemewahan yang berlebihan. Sementara Nicholas, dalam tuksedo hitam yang dibuat khusus tampak lebih gugup daripada saat menghadapi musuh mafia terbesarnya. Ketegasan seorang Don telah lenyap, digantikan oleh kerentanan seorang pria yang jatuh cinta. Matanya hanya terpaku pada Rania.
Sebelum upacara, Nicholas membawa Rania dan orang tuanya ke ruang kerjanya yang luas. Sebuah tempat yang biasanya dipenuhi aura kekuasaan dan ancaman. Namun, suasana hari itu tegang karena alasan yang berbeda ketulusan dan penyesalan.
Diatas meja marmer hitam, bukan pistol atau dokumen bisnis gelap, melainkan tumpukan dokumen tebal dan kunci kunci mewah berkilauan. Simbol kekayaan, ya, tetapi bagi Nicholas, itu adalah simbol penebusan.
Nicholas berdiri tegak, memandang Ayah dan Ibu Rania, lalu menatap Rania -tatapan yang kini tidak lagi dominan, melainkan penuh pemujaan dan rasa hormat yang mendalam. Ia mengatur napas. Ini lebih sulit daripada memerintahkan eksekusi.
"Ayah, Ibu, " ujar Nicholas, suaranya dalam dan penuh penghormatan yang langka, sebuah nada yang belum pernah didengar oleh siapa pun.
"Saya sadar, saya adalah pria yang egois dan buta. Saya telah menyakiti putri Anda, dan saya hampir menghancurkan sesuatu yang paling berharga dalam hidup saya".
Ia menoleh ke Rania.
"Putri Anda adalah wanita yang menyelamatkan saya dari kegilaan saya sendiri. Dia telah mengubah segala sesuatu yang saya yakini. Dia mengajari saya arti kepercayaan. Maharnya harus mencerminkan nilai sejati Rania, bukan sekadar nilai seorang Don".
Nicholas menoleh kembali ke Rania, matanya memancarkan kelembutan yang membuat hati Rania meleleh, sekaligus rasa bersalah yang tak terucapkan.
"Mahar ini, Sayang, adalah jaminan, harga yang harus kubayar untuk penebusan yang hampir hancur oleh kebodohanku. Ini adalah pengakuan bahwa kau jauh lebih berharga daripada semua kekuasaanku. Ini adalah jaminan masa depanmu, terlepas dari dunia yang harus kita hadapi."
Nicholas mulai mengumumkan maharnya, setiap kata adalah penegasan cinta dan penyesalan yang mendalam:
"Uang Tunai sebesar 100 Miliar Rupiah, " Nicholas berkata, menunjuk sebuah dokumen bank. Rania nyaris terkesiap.
"Sebagai dana abadi dan independen, agar kau tahu kau tidak akan pernah kekurangan apapun, bahkan jika aku tidak ada. Dana ini memiliki pengelola independen, di luar kendali organisasi, di bawah namamu sepenuhnya."
"Kepemilikan Penuh Hotel Mewah Bintang Lima 'The Serenity Citadel' di pusat kota, " Nicholas melanjutkan. "Hotel itu adalah salah satu properti yang paling berharga di kota kuberikan kepadamu, agar kau memiliki jaminan bisnismu sendiri, di luar namaku dan dunia ini. Kau akan menjadi CEO nya. Itu adalah tempat berlindung sah yang ku berikan kepadamu, Rania, sebuah tempat yang jauh dari bayang bayang kegelapan ini"
"Kepemilikan Penuh Pusat Perbelanjaan Mewah 'Alistair Grand Mall', " Nicholas berkata, sambil menyerahkan kunci emas yang terasa berat, seperti beban tanggung jawab.
"Mulai hari ini, mall itu milikmu. Kau bisa berbelanja sepuasnya tanpa harus membawa enam pengawal di belakangmu, Sayang, Ini adalah komitmen untuk
memberikanmu kembali kebebasan yang sempat kurampas".
"Satu unit Rolls-Royce Phantom terbaru, anti-peluru dan terproteksi maksimal, Nicholas menambahkan, memegang kunci mobil.
"Kau berhak mendapatkan mobil paling aman dan nyaman, yang akan selalu menunggumu. Bukan lagi mobil tahanan, tapi mobil Ratu Alistair."
Ayah dan Ibu Rania terperangah. Itu adalah kekayaan yang tak terbayangkan, kekayaan yang bahkan bisa mengubah nasib sebuah desa kecil. Air mata mengalir deras dari Ibu Rania, bukan karena nilai uangnya, tetapi karena pengakuan publik yang diberikan Nicholas kepada putrinya.
Nicholas menutup pengumumannya dengan janji terindah, yang menyentuh ayah Rania secara pribadi
"Dan seperti yang kujanjikan, aku telah membentuk yayasan bernama "Harapan Rania' untuk menjamin kemajuan dan keamanan Desa Harapan selamanya. Tanah itu milik Ayah, dan akan tetap begitu. Yayasan hanya akan menyediakan infrastruktur, pendidikan, dan keamanan. Aku hanya mengambil putrinya."
Nicholas mengambil tumpukan dokumen itu, menyerahkannya ke tangan Rania. Kehangatan dokumen itu terasa nyata, kontras dengan dinginnya cincin di jarinya.
"Ambil ini, Rania. Ini adalah tanda bahwa Nicholas Alistair memilihmu di atas segala galanya. Ini adalah harga yang kubayar untuk kepercayaanmu yang sempat kuhancurkan. Ini adalah janji tertulis, bahwa kamu adalah prioritas pertama ku, selamanya."
Rania memeluk dokumen itu ke dadanya, air matanya menetes. Dia tidak peduli dengan uang itu, dia peduli pada pengakuan Nicholas bahwa dia pantas mendapatkan penebusan ini. Pengakuan bahwa cintanya dihargai lebih tinggi dari pada seluruh kekayaan Alistair.
"Aku menerima mahar ini Nicholas". bisik Rania , suaranya tercekat
" Aku menerimanya sebagai janji bahwa kau tidak akan pernah lagi meragukan cintaku. Aku menerima jaminan ini, bukan untuk kekayaan, tapi untuk janji kebebasan dan kepercayaan yang menyertainya ".
"Aku janji". balas Nicholas, mencium keningnya dengan hormat yang mendalam, sebuah janji yang di selesaikan oleh orang orang yang paling penting bagi mereka .
...----------------...
Upacara pernikahan berlangsung sederhana, namun khidmat. Mereka tidak memilih kapel megah di gereja umum, mereka memilih taman tersembunyi di dalam mansion, dikelilingi oleh bunga bunga putih yang melambangkan kemurnian niat mereka. Nicholas dan Rania berdiri di bawah altar kecil yang di hiasi mawar putih dan lilin beraroma lembut.
Saat mengucapkan janji, mata Nicholas hanya terfokus pada Rania. Di luar altar, Marco, Gio , dan orang tua Rania menahan nafas. Ini bukan hanya janji seorang pria kepada istrinya. Ini adalah janji sang Don kepada ratunya di hadapan dunia gelap yang mereka pimpin.
Janji yang ia ucapkan jauh berbeda dari janji yang di ucapkan para Don lainnya yang selalu fokus pada kekuasaan dan keturunan.
"Aku Nicholas Alistair, mengambilmu Rania, sebagai istriku, sebagai ratu di duniaku. Aku berjanji untuk menjagamu, melindungi, dan mempercayaimu di atas segalanya. Aku berjanji akan menjadi pria yang lebih baik, tidak dibutakan oleh amarah atau cemburu. Aku berjanji mulai hari ini kebahagiaanmu adalah tujuan tunggalku. Dan tidak ada hukum Alistair yang lebih tinggi daripada janjiku untukmu".
Janji itu meresap jauh ke dalam hati Rania. Dia melihat kejujuran di mata Nicholas yang tidak pernah ia duga akan ia temukan.
Rania menjawab dengan janji yang sederhana namun tulus, memegang tangan Nicholas dengan keyakinan baru.
"Aku, Rania, mengambilmu, Nicholas, sebagai suamiku. Aku berjanji untuk tetap mencintaimu di tengah kegelapan, dan menjadi cahaya yang mengingatkanmu bahwa kau adalah pria yang baik. Aku berjanji untuk
menjadi penopangmu, bukan hanya di rumah ini, tetapi di singgasana yang kau duduki".
Air mata haru membasahi pipi Ayah Rania saat ia melihat putrinya akhirnya mendapatkan kebahagiaan, meskipun dengan harga yang mahal. Dia melihat sebuah awal yang baru, bukan akhir yang menakutkan.
Setelah dinyatakan resmi sebagai suami istri, Nicholas menarik Rania mendekat. Dia tidak lagi terburu buru atau posesif yang mengancam. Dia memeluk Rania dengan kelembutan yang baru ia temukan, seolah olah Rania adalah kristal yang harus di jaga dari sentuhan paling keras.
Nicholas menunduk, mencium bibir Rania. Ciuman itu bukanlah ciuman paksaan atau dominasi, itu adalah ciuman penebusan yang suci. Nicholas melumat bibir Rania, merangkum semua rasa sakit, ketakutan, amarah, dan pengampunan yang telah mereka lalui. Ciuman itu menjanjikan awal yang baru, di mana mereka akan menghadapi dunia sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Saat ciuman itu berakhir, Nicholas menempelkan dahinya ke dahi Rania, bibirnya nyaris menyentuh. Jantungnya berdebar, bukan karena adrenalin pertempuran, tetapi karena ketenangan yang hanya bisa diberikan oleh wanita ini.
"Selamat datang di rumah kita, Ratu. Kau adalah harta terbesarku, dan tidak ada yang bisa menyentuhmu lagi, " bisik Nicholas.
"Aku akan membakar seluruh dunia jika ada yang mencoba menyentuhmu." Rania memeluk leher Nicholas erat erat, merasa aman dan dicintai sepenuhnya.
Dia merasakan getaran di tubuh Nicholas, bukti bahwa pria itu tulus. Nicholas telah takluk, bukan di bawah musuhnya, melainkan di bawah cinta dan kepercayaannya. Dia telah menemukan kelemahannya, dan kelemahan itu adalah kekuatan terbesarnya.
Nicholas menoleh ke Marco dan Gio. Sebuah anggukan singkat, yang kini memiliki makna ganda: dia adalah Don, dan Rania adalah Ratu mereka.
Segala upaya untuk melukai Rania, akan dianggap sebagai perang terhadap seluruh organisasi Alistair.
Dia membiarkan Rania bersandar di dadanya, merasakan kedamaian yang ia yakini tidak akan pernah ia rasakan. Dia memandang ke luar, ke arah gerbang mansion yang menjulang tinggi, gerbang yang pernah terasa seperti penjara baginya, kini terasa seperti benteng suci.
Mereka siap menghadapi kegelapan dunia, bersama. Nicholas Alistair tidak lagi berjalan sendirian. Dia berjalan bersama Rania, yang kini menjadi alasannya bernapas, alasannya berkuasa, dan alasannya menjadi pria yang lebih baik