Bukan keinginan untuk menjadi istri pengganti. Karena ulah saudara tirinya Zahra harus menjadi korban akibat saudara tirinya tidak hadir di acara pernikahannya membuatnya menggantikan dirinya untuk berada di pelaminan.
Pria yang menikah dengan Zahra tak lain adalah Dokter bimbingannya dengan keduanya sama-sama praktik di rumah sakit dan Zahra sebagai Dokter coast. Zahra harus menjadi korban untuk menyelamatkan dua nama keluarga.
Merelakan dirinya menikah dengan orang yang tidak dia sukai. Tetapi bukannya niatnya dihargai dan justru. Suaminya menganggap bahwa dia memanfaatkan keadaan dan tidak. Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahan Zahra.
Bagaimana Zahra menjalani pernikahannya dengan pria yang membencinya, pria itu awalnya biasa saja kepadanya tetapi ketika menikah dengannya sikap pria itu benar-benar menunjukkan bahwa dia tidak menyukai Zahra?"
Apakah Zahra akan bertahan dalam rumah tangganya?
Jangan lupa ngantuk terus mengikuti dari bab 1 sampai selesai.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 Apa Ini Cemburu.
Eheggg, eheggg, eheggg.
Naldy menghentikan langkahnya ketika berada di depan toilet dan ternyata istrinya sedang mual-mual di dalam toilet.
"Dia bahkan Dokter, apa tidak tahu apa obatnya untuk mencegah mual-mual. Benar-benar hanya ingin mencari perhatian saja," kesal Naldy dan langsung meninggalkan tempat tersebut.
Naldy ternyata langsung ke ruangannya menulis resep untuk mengambil obat. Naldy juga langsung menuju apotek Rumah Sakit tersebut dengan mengambil obat yang dia butuhkan.
Naldy terlihat begitu buru-buru sekali kembali menghampiri sang istri. Langkahnya harus terhenti ketika Zahra tidak sendiri dan melainkan bersama dengan Ilham.
"Kamu minum obat ini agar kondisi kamu lebih baik, Zahra saya tahu kamu adalah salah satu Dokter bekerja keras untuk melakukan banyak hal. Tetapi kamu juga harus memikirkan kesehatan kamu, kamu tidak boleh seperti ini," ucap Ilham memberi masukan kepada Zahra.
"Jadi kamu langsung minum obat ini agar kondisi kamu jauh lebih baik dan mual-mual kamu juga hilang, kamu juga langsung istirahat," ucap Ilham membuat Zahra menganggukan kepala dan mengambil obat tersebut.
Naldy menyaksikan hal tersebut mendengus kasar, bagaimana tidak kesal jika dia sudah buru-buru mengambil obat untuk istrinya dan ternyata sudah diberikan orang lain.
"Lihatlah, sesuai dugaanku bahwa dia memang cari-cari perhatian, kenapa tidak sekalian saja dia mengatakan kepada Dokter Ilham bahwa dia hamil dan apa obat itu cocok dengannya dan bagaimana jika tidak? Wanita ini memang terus saja mencari masalah dan jika terjadi sesuatu maka aku yang akan disalahkan," umpat Naldy tampak begitu kesal.
Ilham menyadari ada yang memperhatikan dan membuatnya menoleh dan sesuai dugaannya. Naldy langsung mengalihkan pandangannya.
"Naldy, kamu ada di sini ternyata?"
"Kamu ingin mengatakan sesuatu?" tanya Ilham. Zahra juga tidak tahu sejak kapan suaminya itu berada di sana.
"Apa itu?" Ilham juga memperhatikan kantung obat yang di pegang Naldy dan Naldy langsung memasukkan ke dalam saku jus dokternya.
"Tidak apa-apa. Ini hanya milik pasien yang baru saja aku periksa," jawab Naldy.
"Begitu!"
"Hmmm, Naldy, Dokter Zahra sepertinya kurang enak badan, aku juga mengecek jadwal anak-anak coast hari ini cukup padat. Jika kamu tidak keberatan bagaimana jika membiarkan Dokter Zahra untuk istirahat sebentar dan setelah kondisinya sudah membaik maka dia bisa melanjutkan aktivitasnya," ucap Naldy.
"Dokter Ilham, saya sudah mengatakan bahwa saya baik-baik saja dan tidak apa-apa untuk melanjutkan aktivitas di rumah sakit," sahut Zahra.
"Zahra saya sudah mengatakan kepada kamu jangan keras kepala," ucap Ilham.
"Kenapa kedua orang ini malah berdebat di hadapanku," batin Naldy kesal.
"Jadi bagaimana? mau istirahat atau tidak?" tanya Naldy terlihat kesal.
"Zahra memang sudah seharusnya untuk istirahat," jawab Ilham.
"Ya sudah, jika memang istirahat maka beristirahatlah, tetapi ingat semakin banyak waktu yang kamu gunakan untuk beristirahat dan semakin banyak tugas-tugas yang harus kamu selesaikan. Jadi pertimbangkan semuanya sebelum mengambil keputusan!" tegas Naldy langsung berlalu dari hadapan Zahra dan Ilham.
"Astagfirullah, Dokter Naldy memang sangat kejam jika sudah berurusan dengan pekerjaan. Zahra kamu jangan pikirkan apapun yang dia katakan, kamu sebaiknya beristirahat dulu dan nanti kalau sudah mendingin kamu bisa lanjutkan aktivitas. Jika Dokter Naldy nanti terlalu banyak bicara kepada kamu, kamu bisa katakan langsung kepada saya," ucap Ilham.
"Makasih Dokter, terima kasih sudah membantu saya," ucap Zahra membuat Ilham menganggukan kepala dan kemudian langsung pergi.
"Memang benar dia adalah orang yang sangat kejam," batin Zahra terlihat kesal.
*****
Tasya keluar dari mobil dengan sangat buru-buru. Tasya langsung memasuki rumah sakit dan bahkan bertabrakan dengan salah satu suster membuatnya kesal.
"Kamu itu lain kali jalan pakai mata," ucapnya menyalahkan suster tersebut.
"Maaf. Bu, saya berjalan di arah saya dan ibu yang berjalan tidak sesuai dengan arahnya," jawab Suster itu membela diri membuat Tasya semakin kesal dengan dahi mengkerut.
"Jadi kamu sekarang menyalahkan saya hah! Kamu sudah jelas-jelas bersama dan masih saja tidak mau mengakui kesalahan kamu. Heh, kamu tidak tahu siapa saya. Saya ini calon istri Dokter Naldy. Kamu pasti tahu bukan rumah sakit ini milik siapa. Rumah sakit ini milik calon mertua dan seharusnya kamu bisa menjaga sopan santun dan meminta maaf kepada saya!" tegas Tasya pamer.
"Saya tidak ada gunanya berbicara dengan orang rendah hal seperti kamu," ucap Tasya tidak mengatakan apapun lagi dan langsung pergi.
"Baru juga calon dan sudah pamer, jelas-jelas dia yang salah dan malam menyalahkan ku balik," gumam Suster tersebut dengan geleng-geleng kepala.
Tasya ternyata mencari keberadaan Zahra dan akhirnya bertemu dengan Zahra.
"Aku ingin bicara denganmu!" ucap Tasya dengan tegas dan dari tatapan matanya terlihat begitu marah kepada Zahra.
"Jika ingin bicara denganku. Maka, bicaralah denganku," jawab Zahra.
"Tidak di sini," tegas Tasya.
"Aku tidak punya waktu untuk meladeni kamu dan jika ingin bicara maka berbicara di sini!" tegas Zahra tidak ingin pergi ke mana-mana.
"Kamu bisa tidak jangan keras kepala. Jangan sampai aku membuat ulah di rumah sakit ini," ancam Tasya.
Zahra tidak ada niat ingin berbicara dengan saudara tirinya itu dan Tasya langsung menarik tangannya.
"Apaan kamu Tasya, lepaskan aku!"
"Lepaskan aku!"
Zahra berusaha untuk melepaskan tangannya sampai akhirnya mereka berdua berada di luar rumah sakit dan Zahra langsung melepaskan tangan tersebut.
"Kamu itu apa-apaan hah!" ucap Zahra dengan kesal kepada Tasya.
"Kamu harus bercerai dengan Naldy!" tegas Tasya menyampaikan keinginannya untuk bertemu secara langsung dengan Zahra.
"Siapa kamu memerintahkanku untuk bercerai dengan Naldy. Aku sudah mengatakan tidak akan melakukan hal itu dan kamu jangan bermimpi. Aku akan bercerai dengan Naldy!" tegas Zahra.
"Kamu benar-benar wanita tidak tahu diri. Naldy adalah calon suamiku dan seharusnya kamu tidak menikah dengannya!" tegas Zahra.
"Kamu sebaiknya ngaca dan wanita yang tidak tahu diri itu adalah dirimu. Jika kamu tidak seperti anak kecil dengan menunda-nunda pernikahan maka aku juga tidak akan menikah dengan calon suamimu. Jadi jangan mengatakan ke wanita tidak tahu diri!" tegas Zahra.
"Baiklah, jika kamu tidak bercerai dengan Naldy dan maka kamu siap-siap saja aku akan tetap menikah dengannya dan kamu akan semakin menderita. Kamu pasti mengerti bukan dan pasti mengetahui bagaimana Naldy sangat membencimu dan sudah dapat dipastikan dia akan mengabaikanmu!" tegas Tasya.
"Benarkah! bagaimana mungkin kamu yakin dengan hal itu, kamu mengatakan bahwa dia mengabaikanku. Tasya kami sudah menikah, tinggal satu rumah dan bahkan tinggal satu kamar, sementara dirimu hanya orang asing yang tidak mengetahui apapun yang terjadi di dalam pernikahan kami,"
"Kamu berbicara tentang mengabaikan, bagaimana mungkin kamu bisa mengatakan dia mengaku dan sementara kamu sendiri mengetahui bahwa aku telah mengandung anaknya. Jangan terlalu percaya diri Tasya, seseorang yang paling mencintai bisa berakhir dan seseorang yang saling membenci bisa berubah menjadi cinta!"
"Aku benar-benar sungguh kasihan kepadamu," ucap Zahra dengan geleng-geleng kepala.
"Kau jangan pernah memerintahkan untuk melakukan apapun yang tidak aku inginkan dan aku tidak punya kewajiban apapun untuk menuruti perintahmu, kau benar-benar membuang waktuku!" tegas Zahra dan kemudian langsung pergi.
Bersambung......