Mempertahankan kebahagiaan pernikahan nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang apa yang telah diusahakan tidak dinikmati sepenuhnya.
“Tetaplah bersama denganku, jauh darimu rasanya setiap napas berhenti perlahan. Aku mampu kehilangan segalanya asal bukan kamu, Sonia.”
_Selamanya Kamu Milikku 2_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 : Menemani Dia Belanja
"Naima Aghnia, benar-benar luar biasa aku bisa kenal sama kamu." Fian tersenyum lalu berjalan ke arah kamar mandi, dia mengguyur tubuh atletisnya dengan air shower yang dingin.
Selesai mandi, Fian bersiap untuk datang ke mansion Miller, dia ingin bertemu dengan Ahmed Salim, yang sering dipanggil dengan Salim oleh Seyyal.
Fian pergi menggunakan motor besarnya, tampilan Fian kali ini sangat cool dan berkarisma, dia menggunakan celana jeans, baju kaos dan jaket kulit berwarna hitam. Di perjalanan, Fian tak sengaja bertemu dengan Naima lagi, gadis itu tampak sedang menunggu taksi, Fian menghentikan laju motornya di hadapan Naima.
"Ketemu lagi kita, kamu mau ke mana, Naima?" sapa Fian, dia hanya membuka kaca helm bagian mata saja, Naima tersenyum membalas sapaan Fian.
"Aku tadi membeli roti di sana, sekarang mau belanja bulanan ke supermarket, sedang menunggu taksi tapi belum ada," jawab Naima lembut.
"Aku temani kamu belanja ya, biar aku yang antar," tawar Fian.
"Jangan, aku bisa sendiri Fian, lagian kamu pakai motor, aku belanja mungkin cukup banyak," tolak Naima.
"Tenang aja, sini biar aku antar, kita ke rumahku dulu untuk ganti mobil."
"Itu akan merepotkan kamu."
"Tidak, ayo!"
Setelah saling tolak dan ajak, akhirnya Naima mau ikut dengan Fian, dia kembali lagi ke mansion untuk mengganti motornya dengan mobil agar bisa menemani Naima belanja.
Sesampainya di mansion itu, Naima seketika terpana dengan kemegahan mansion tersebut, dia tidak menyangka kalau rumah yang dimaksud oleh Fian adalah mansion besar seperti ini.
"Ini rumah kamu?" tanya Naima.
"Enggak, ini mansion kakakku, dia di Indonesia dan jarang di sini jadi aku yang tinggal di sini."
"Kamu ternyata orang kaya ya."
"Kaya miskin memangnya ngaruh ya?" Naima hanya tersenyum lalu menunduk, Fian mengambil mobil, lalu mereka berdua pergi ke supermaket dengan mobil mewah milik Fian.
"Ibu kamu sama siapa?"
"Ayah, aku tadi menghubungi ayah untuk pulang sebentar, karena sudah tidak ada lagi bahan makanan di rumah, kebetulan ibu juga sedang istirahat." Fian mengangguk pelan mendengar penjelasan Naima.
"Ibu kamu udah lama ya begitu?"
"Lumayan Fian, sudah 4 tahun terakhir ini ibu begitu, namanya juga sudah tua, ada aja penyakit yang datang." Naima tersenyum sambil menatap jalanan, Fian sesekali terus mencuri pandang pada Naima, dia tidak bisa mengontrol hatinya saat berada dekat dengan Naima seperti ini, aroma parfum Naima juga memenuhi indera penciuman Fian, hal itu sangatlah menenangkan untuk Fian.
"Kamu itu asli mana?" tanya Naima kali ini.
"Aku dari Indonesia, mamaku asli Indonesia sedangkan papaku asli Las Vegas, Amerika."
"Oh kamu blasteran ternyata."
"Ya begitulah, kamu sendiri?" Fian pura-pura tidak tahu mengenai Naima padahal dia sudah mengetahuinya.
"Aku asli Mesir, kami ke sini hanya merantau karena ibu sangat menyukai London, itu kenapa ayah membawa kami ke sini dan ayah bekerja di sini."
"Kamu tidak bekerja?"
"Aku baru berhenti bekerja setahun ini karena memang kondisi ibu yang sudah begitu tidak bisa ditinggal, aku bekerja di perusahaannya Marva tapi sekarang tidak lagi, aku hanya jualan online di rumah, alhamdulillah usahaku lancar."
"Oh jadi kamu pernah bekerja di perusahaan itu juga ya?" Naima mengangguk.
"Kamu sendiri?" tanya Naima pada Fian.
"Aku tidak bekerja, aku hanya bergantung hidup pada kakakku," canda Fian sambil terkekeh pada Naima, gadis itu ikut tertawa.
"Aku tidak percaya," balas Naima sambil tersenyum.
Mereka sampai di supermarket, Fian menemani Naima belanja, dua buah troli besar pun penuh dengan barang belanjaan.
"Apa perlu satu troli lagi, Naima?" tanya Fian.
"Tidak usah, aku rasa semuanya sudah lengkap dan cukup Fian."
Mereka menuju ke meja kasir untuk membayar belanjaan, Fian memberikan isyarat pada kasirnya agar semua belanjaan Naima gratis. Setelah dilakukan scan barang satu persatu, kasir mengatakan kalau semua belanjaan Naima gratis, hal itu membuat Naima heran.
"Gratis? Kenapa bisa?" Kasir itu tersenyum ramah.
"Kami ada voucher hari ini untuk pelanggan kami yang ke 100.000 dan itu adalah anda, jadi semua belanja anda gratis." Naima tersenyum senang.
"Alhamdulillah, terima kasih," ucap Naima penuh rasa syukur.
"Mumpung gratis, apa kamu tidak belanja lagi saja? Lumayan kan," bisik Fian pada Naima.
"Emangnya masih boleh nambah?" tanya Naima sambil berbisik juga pada Fian.
"Apa belanja kami boleh ditambah?" tanya Fian pura-pura pada kasir di hadapannya, tentunya dia memberikan kode pada kasir itu.
"Iya boleh, silakan belanja sepuasnya." jawab kasir itu dengan ramah.
"Alhamdulillah kalau begitu." Naima terlihat sangat riang, dia kembali membawa troli besar untuk belanja kembali, saat Naima sudah pergi, Fian memberikan sebuah kartu pada kasir untuk melakukan pembayaran atas semua belanjaan Naima, kasir itu mengambil kartu tersebut sambil tersenyum.
"Apa dia calon kekasihmu?" tanya kasir itu pada Fian.
"Doakan saja kami," jawab Fian santai, lalu dia pergi menyusul Naima dengan meninggalkan kartunya.
Setelah belanja banyak, Naima dan Fian menyusun barang belanjaan ke dalam mobil.
"Alhamdulillah, hari ini benar-benar dikasih rezeki sama Allah, untung aja ada kamu Fian, kalau aku naik taksi, mungkin akan kesulitan dengan barang segini banyak, terima kasih ya," ucap Naima sambil memasukkan barang ke dalam mobil Fian.
Tersenyum. "Sama-sama Naima, lain kali kamu tidak usah sungkan jika perlu bantuanku ya." Naima hanya mengangguk sambil tersenyum.
...***...
Pria bertubuh tegap dan kokoh itu bangun dari tempat tidur, semenjak istrinya meninggal lima hari yang lalu, kehidupan Matteo Denaro kembali berubah seperti sebelum mengenal istrinya— Gina Valencia.
Matteo, seorang mafia yang berkuasa di Italia, dia terkenal dengan sikap dingin, arogan serta kejam pada siapa pun yang berurusan dengannya.
Kehidupan Matteo sangatlah abu-abu, kesehariannya diliputi dengan pembunuhan, kekerasan, mabuk-mabukan serta dunia gelap lainnya hingga dia bertemu dengan Gina Valencia, gadis lugu yang bekerja di salah satu perusahaan Matteo yang ada di Las Vegas.
Pernikahan mereka selama lima tahun diliputi dengan kebahagiaan, mereka memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Evelyn.
Gina dan Evelyn meninggal karena kecelakaan mobil yang disebabkan oleh musuh Matteo. Evelyn saat itu baru berusia 3 tahun.
Mayat Gina sengaja diawetkan oleh Matteo, berbeda dengan Evelyn yang langsung dia makamkan. Rasa cintanya pada sang istri membuat Matteo belum rela kehilangan Gina.
Matteo akan melakukan penerbangan ke London hari ini, dia sudah memiliki janji untuk bertemu Miller guna membahas bisnis gelap mereka yang ada di London. Setelah memakai pakaian lengkap dan formal, Matteo menatap lekat foto anak dan istrinya yang terpajang di kamar tidurnya.
"Aku sangat merindukan kalian, terutama kamu Gina. Aku sangat merindukanmu, hidupku benar-benar berubah semenjak kepergianmu sayang," kata Matteo dengan tulus pada foto istrinya, air matanya mengalir di kedua pipi tegas itu.
Dengan cepat dia hapus lalu pergi meninggalkan kamar, dia akan berangkat ke London bersama dengan beberapa orang kepercayaannya.
...🌼Bersambung🌼...