"Ambil saja suamiku, tapi bukan salahku merebut suamimu!"
Adara yang mengetahui pengkhianatan Galang—suaminya dan Sheila—sahabatnya, memilih diam, membiarkan keduanya seolah-olah aman dalam pengkhianatan itu.
Tapi, Adara bukan diam karena tak mampu. Namun, dia sudah merencanakan balas dendam yang melibatkan, Darren—suami Sheila, saat keduanya bekerjasama untuk membalas pengkhianatan diantara mereka, Darren mulai jatuh dalam pesona Adara, tapi Darren menyadari bahwa Adara tidak datang untuk bermain-main.
"Apa yang bisa aku berikan untuk membantumu?" —Darren
"Berikan saja tubuhmu itu, kepadaku!" —Adara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tujuh Belas
Di tempat lain, Sheila yang sedang menonton televisi dikejutkan dengan kedatangan Galang. Sudah dari pagi pria itu pergi dan baru pulang di jam sepuluh malam.
"Dari mana aja kamu?" tanya Sheila. Dari pagi pergi dan baru kembali di jam begini."
Sheila bertanya dengan nada tinggi. Dia dari tadi telah menghubungi Galang, tapi tak diangkat. Wanita itu ingin dibelikan makanan karena dari siang hanya makan nasi dengan telur. Dia mau keluar pun, uang di ATM sudah kosong. Biasanya setiap bulan dia terima dari Galang.
Uang simpanannya selama ini habis untuk membayar uang yang dia pinjam dari perusahaan Adara. Dia tak mau dilaporkan ke pihak berwajib.
"Aku harus mencari uang. Jika hanya mengandalkan uang di tabungan, sebulan lagi kita sudah jadi gembel. Mana semua aset yang aku beli atas namaku surat-suratnya ada di kantor. Setiap aku datang, satpam baru itu selalu mengusir. Bagaimana aku bisa mengambil surat-surat tersebut!" seru Galang.
Galang lalu duduk di dekat Sheila. Bersandar sambil memegang kepalanya. Tampaknya sangat frustasi. Banyak pikiran.
"Kenapa tak memintanya langsung? Lagi pula, Adara tak tau'kan kode brangkas'nya," ucap Sheila.
"Dengan uangnya, dia bisa melakukan apa saja untuk membuka brankas itu!"
"Kau saja yang bodoh, kenapa harus meletakan surat berharga di kantor," kata Sheila.
"Jangan membuatku makin emosi. Enak saja kau katakan aku bodoh!"
"Sudahlah, lupakan masalah itu. Aku mau secepatnya kau nikahi aku. Jangan sampai anak ini lahir, tapi kau belum juga menikahi'ku," ucap Sheila.
"Aku masih ribet dengan urusan ini. Jangan membuat kepalaku makin pusing," ujar Galang.
Galang lalu memijat kepalanya yang terasa sakit. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Dia merubah duduknya. Tersenyum dengan liciknya.
"Bukankah, kehamilanmu sudah tiga bulan sedangkan kau berpisah dari Darren baru satu bulan. Kenapa kau tak minta pertanggungjawaban dari mantan suamimu itu. Setidaknya, kau minta uang untuk biaya anakmu itu," ujar Galang dengan senyum liciknya.
"Apa kau pikir Darren bodoh. Dia pasti tau jika ini bukan darah dagingnya. Kami sudah tak berhubungan lebih dari empat bulan sejak dia shooting film terbarunya itu," kata Sheila dengan sedikit emosi.
Galang selalu mengatakan bayi mereka dengan kata bayimu. Seolah hanya dia yang menjadi orang tuanya.
Sheila merasa sakit hati karena Galang selalu mengatakan bahwa bayi yang dikandungnya adalah anaknya, bukan anak mereka berdua. Dia merasa seperti tidak dihargai dan tidak dianggap sebagai bagian dari proses kehamilan ini. Sheila berharap Galang bisa lebih memahami perasaannya dan mengakui bahwa bayi yang dikandungnya adalah hasil dari cinta mereka berdua.
"Galang, kenapa kamu selalu mengatakan bahwa bayi ini adalah anakmu, bukan anak kita?" tanya Sheila dengan suara yang sedikit penuh penekanan. "Bukankah kita sama-sama ingin memiliki anak ini?"
Galang memandang Sheila dengan mata yang kosong. "Aku tidak tahu apa yang kamu maksud, Sheila. Bayi ini memang anakku, dan kamu hanya ibunya. Hanya kata 'anakmu' saja kau permasalahkan!"
Sheila merasa seperti dipukul oleh kata-kata Galang. Dia tidak bisa memahami mengapa Galang tidak bisa mengakui bahwa bayi yang dikandungnya adalah anak mereka berdua. "Itu bukan cara pandang yang benar, Galang," kata Sheila dengan suara yang penuh emosi. "Bayi ini adalah hasil dari cinta kita, dan kita harus menyambutnya bersama-sama. Dan apa salahnya kamu katakan bayi kita." Sheila kembali mengucapkan protesnya.
Galang menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu apa yang kamu inginkan, Sheila. Aku hanya ingin memastikan bahwa bayi ini aman dan sehat dengan meminta kau mengakui jika bayimu itu adalah darah daging Darren."
"Aku tak mau. Dia pasti tak mau mengakui dan bisa-bisa aku dilaporkan," ujar Sheila.
"Bukankah kau bisa mengatakan pada wartawan mengenai kehamilanmu yang tak diakui Darren. Kau buat saja seolah kau yang ditinggalkan. Dia berselingkuh. Kau balikan aja fakta yang sebenarnya," ujar Galang dengan senyuman liciknya.
Sheila terkejut dan tidak percaya ketika Galang meminta dia untuk mengakui bahwa anak yang dikandungnya adalah anak dari Darren, mantan suaminya. Dia tidak bisa memahami mengapa Galang bisa memiliki ide yang begitu tidak masuk akal.
"Apa? Kamu tidak serius, kan?" tanya Sheila dengan suara yang bergetar.
Galang memandang Sheila dengan mata yang dingin. "Aku serius, Sheila. Aku ingin kamu mengakui bahwa anak ini adalah anak dari Darren. Itu akan membuat semuanya lebih mudah."
Sheila merasa seperti tidak ada yang lebih tidak masuk akal daripada ide Galang. Dia tidak bisa memahami mengapa Galang ingin dia mengakui sesuatu yang tidak benar. "Tidak, Galang. Aku tidak akan melakukan itu. Anak ini adalah anak kita, dan aku tidak akan mengakui kebohongan seperti itu."
Galang menggelengkan kepalanya. "Kamu tidak mengerti, Sheila. Ini adalah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah kita. Jika kamu mengakui bahwa anak ini adalah anak dari Darren, maka kita bisa melanjutkan hidup kita tanpa beban."
Sheila merasa seperti tidak ada harapan untuk Galang memahami perasaannya. Dia tidak bisa percaya bahwa Galang ingin dia mengakui kebohongan seperti itu. "Aku tidak akan melakukannya, Galang. Aku tidak akan mengakui anak ini sebagai anak dari Darren. Itu adalah kebohongan, dan aku tidak akan melakukannya. Lagi pula aku takut jika Darren membawanya ke pihak berwajib nantinya."
Galang memandang Sheila dengan mata yang penuh kekecewaan. "Baiklah, Sheila. Jika kamu tidak mau melakukannya, maka kita akan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku sudah tak memiliki uang tabungan lagi."
Sheila jadi terdiam memikirkan ide yang Galang berikan. Dalam hatinya masih bimbang karena tak mau dipenjara saat semua kebohongan itu terbongkar nantinya.
Good Andara jangan mau di injak 2 sama nenek gombel Sheila
kl mau pngsan,slakan aja....drpd mkin malu....😝😝😝