Aini mengira kedatangan keluarga Julian hendak melamarnya. namun ternyata, mereka malah melamar Sakira, adik satu ayah yang baru ia ketahui kemudian hari. padahal sebelumnya, Julian berjanji akan menikahinya. ternyata itu hanya tipuan untuk memanfaatkan kebaikan Aini.
Tidak sampai disitu, ayahnya malah memaksa untuk menjodohkan Aini dengan duda yang sering kawin cerai.
karena kecewa, Aini malah pergi bersenang-senang bersama temannya dan menghabiskan malam dengan lelaki asing. bahkan sampai hamil.
Lantas, bagaimana nasib Aini. apakah lelaki itu mau bertanggung jawab atau dia malah menerima pinangan dari pria yang hendak dijodohkan dengannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herka Rizwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Aini mematut dirinya di cermin. Memperhatikan penampilannya yang terlihat cantik dan elegan.
Bu Rara beserta salah satu pelayannya, sudah membantu dia berdandan. Bahkan, tak tanggung-tanggung mengeluarkan koleksi pakaian mahal dan modis. Sampai Aini kebingungan untuk memilih mana yang cocok untuknya.
"Tuan Arjun berpesan, kalau anda harus tampil memukau hari ini. Makanya, beliau khusus memesan dari butik langganannya. Ini semua model pakaian paling populer saat ini," terang Bu Rara menunjukkan beberapa jenis baju.
Terlihat Aini berdecak kagum. Apalagi begitu mengetahui harganya yang menurutnya fantastis. Bahkan melebihi gajinya sewaktu ia masih bekerja dulu.
"Bu Rara, apa ini gak berlebihan. Saya cuma makan siang aja. Bukan mau pergi ke pesta atau acara penting," ujarnya melepaskan pakaian yang begitu mahal itu.
"Eh, meski itu cuma acara makan siang, tapi ini adalah bentuk perhatian Tuan Arjun. Sudah lama saya bekerja di sini. Belum ada satu wanita pun, yang mendapatkan perlakuan seperti ini dari beliau," kata Bu Rara tersenyum.
"Itu karena saya istrinya. Selain itu juga, saya sedang hamil anaknya. Mungkin kalau tidak__"
"Nyonya Aini, Tuan Arjun begitu mencintai anda. Bukan tidak banyak wanita yang ingin menikah dengannya. Tapi dia hanya mencintai satu orang saja. Yaitu anda, cinta pertamanya."
"Saya, cinta pertamanya Arjun?" Aini menunjuk dirinya.
"Udah, sekarang anda gak usah mikirin itu. Biar kami yang akan memoles wajah anda, agar semakin cantik dan bersinar."
Aini tak bisa menolak lagi. Dan hasilnya, dia memang semakin memesona. Selama ini, dia tak pernah sadar kalau dirinya itu begitu mengagumkan.
"Aku masih belum paham, apa maksud Bu Rara mengatakan aku ini adalah cinta pertama Arjun. Bukannya dia sudah punya kekasih sebelumnya," monolog Aini masih tidak percaya.
Hingga Bu Rara datang untuk mengantarnya ke depan. Sebuah mobil sudah siap membawanya ke tempat ia akan makan siang bersama Arum. Dan Arjun sudah menghubungi, kalau dia akan datang setelah menyelesaikan pekerjaannya.
"Semoga saja, Tante Arum tidak merencanakan sesuatu yang buruk terhadap ku," cicitnya seraya mengusap perutnya. Sebagai calon ibu, ada kekhawatiran jika terjadi sesuatu terhadap bayinya.
Setibanya di restoran, Aini turun dengan hati-hati. Saat ia sampai di meja yang sudah dipesan Arum, wanita itu belum keliatan batang hidungnya.
"Ternyata kamu di sini, Aini!"
Suara seseorang yang begitu familiar terdengar jelas memanggil namanya. Aini sontak menoleh. Dan dia langsung terkejut, melihat kedatangan keluarganya.
Siska berjalan bersama Barata. Dengan lagaknya, dia mendorong Aini dengan kasar.
"Sedang apa ibu di sini. Kita sudah tak punya urusan lagi," ujar Aini membuang muka.
"Lihatlah putrimu ini, Barata. Baru menikah beberapa hari, dia sudah sombong setengah mati. Sudah berani melawan ya, heh!"
Tangan Siska menjulur hendak menarik telinga Aini. Tapi, gadis itu berhasil menghindar. Herannya, suasana restoran sangat sepi. Seolah tak ada penghuninya.
"Kamu gak bisa kemana-mana, Aini. Restoran ini sudah kami booking. Takkan ada tamu lain yang akan datang kemari," kata Siska seolah bisa membaca isi pikiran Aini.
"Dasar anak durhaka. Kamu sengaja hamil, supaya tidak bisa menikah dengan Pak Danang ya. Dan sekarang, kamu malah merebut calon suami orang. Mau kamu apa sebenarnya. Ingin membuat malu keluarga kita, hah!" teriak Barata menunjuk putrinya.
"Ayah jangan memfitnah ku. Aku tak merebut calon suami siapapun. Siapa yang memberi tahu kalian kalau aku ada di sini. Apa, kalian bekerja sama dengan Tante Arum," ucap Aini mencari tahu.
"Kamu jangan banyak tanya. Intinya, kamu harus tinggalkan suami kamu itu. Setelah melahirkan nanti, kamu menikah dengan Pak Danang. Biarkan bayi kamu dititipkan sama ayahnya yang kaya raya itu," cecar Siska dengan usul gilanya.
"Aku gak mau! Cukup aku saja yang menderita. Tapi aku tak mau, kalau sampai anakku mengalami nasib yang sama seperti aku!" balas Aini mencoba melawan.
"Kurang ajar! Kamu benar-benar keras kepala. Kamu kira, kamu bisa seenaknya keluar dari sini? Tidak akan semudah itu, Aini. Apapun yang terjadi, kamu harus kembali ke rumah kami!" Siska berusaha menangkap putri sambungnya itu.
Namun, Aini tak kehilangan akal. Dia melihat salah satu pelayan. Lantas meminta tolong pada pelayan itu untuk membawanya ke pintu lain.
Beruntungnya Aini, masih ada orang yang mau menolongnya. Pria yang merupakan senior di restoran itu mengantarkan Aini sampai ke pintu belakang.
"Hei, di mana gadis tadi. Apakah ada yang melihatnya?" tanya Siska ke beberapa pelayan.
"Gadis yang mana, Nyonya?"
"Ah, sudahlah. Sialan, dia berhasil kabur. Awas saja, kalau sampai dia bertemu lagi denganku!"
Aini segera menghubungi Arjun. Suaranya terdengar cemas saat berbicara dengan suaminya itu.
(Apa, keluarga kamu ada di restoran. Kamu tunggu di sana ya. Aku akan segera datang. Di mana supir yang mengantarkan kamu?)
(Sepertinya sudah pulang. Aku akan kirimkan lokasi ku sekarang ya.)
(Iya, sayang.)
Setidaknya, Aini lega. Dan dia tak mau menggunakan jasa supir itu lagi. Siapa tahu, kalau dia sudah disuap oleh Arum. Dari pada kejadian itu terulang lagi, lebih baik Aini menunggu suaminya saja.
Tidak lama kemudian, mobil Arjun datang. Dengan lekas dia turun untuk menjemput istrinya.
"Sayang, kamu gak papa, kan. Maafkan aku ya. Seharusnya aku juga ikut sama kamu tadi."
"Gak papa. Aku juga gak nyangka kalau bakal seperti ini. Dan aku tak mau menggunakan jasa supir itu. Takutnya, kalau dia malah sekongkol dengan Tante Arum."
"Iya, sayang. Aku akan mencari orang yang bisa dipercaya. Sekarang kita pulang ya. Nanti kamu bisa istirahat di rumah."
Aini mengangguk, mengikuti suaminya masuk ke dalam mobil.
Sedangkan di tempat lain, Arum begitu kesal karena gagal menghancurkan Aini. Padahal tinggal sedikit saja, harusnya Aini bisa diringkus oleh keluarganya.
"Cuma pekerjaan ringan begitu saja, mereka gak becus. Pantas saja, Aini bisa lolos. Ah, gak ada gunanya kerjasama dengan mereka. Dasar tak becus!" umpat Arum kesal.
"Mah, gak usah marah. Cepat atau lambat, pasti si Aini itu bakal kembali sama keluarganya. Dan biarkan mereka sendiri, yang menyingkirkan janin di perut Aini," kata Briana menenangkan Arum.
"Tapi mereka gak becus, Ana. Melawan satu orang saja, tak ada yang bisa. Aini itu lemah, tapi mereka tak bisa menghadapinya."
"Hm, sebaiknya kita mulai hati-hati. Entah apa yang terjadi dengan Aini tadi. Kalau sampai Arjun tahu, maka selesailah sudah."
"ARUM! ARUM! DI MANA KAMU. KELUAR SEKARANG JUGA!"
Suara teriakan orang sedang marah itu terdengar begitu keras. Arum dan Briana segera bergegas. Untuk mencari tahu apa yang terjadi.
"Rama, kenapa kamu berteriak-teriak tidak jelas seperti ini. Tidak bisakah kamu memanggilku dengan lebih lembut?"
"Kalau kamu tidak menyenggol Arjun dan istrinya, aku juga tidak akan kasar seperti ini. Kenapa kamu berbuat jahat sama Aini. Untuk apa, kamu mengatur pertemuan antara dia dan keluarganya! Jawab aku, Arum!" bentak Rama terdengar geram.
Bersambung..