Bayangkan saja tiba tiba ada seorang wanita cantik lagi mabuk di tengah jalan sendirian, malam - malam dan menghentikan sebuah ojek yg lagi lewat? Lalu melamar mas ojek itu tanpa peduli latar belakangnya? "KAMU HARUS NIKAHI AKU, MAS OJEK!! POKOKNYA NIKAHI AKU ATAU AKU AKAN TERIAK JIKA KAMU AKAN MENCULIKKU!" ujar wanita itu. Apa yang dilakukan Mas Ojek itu ya ketika dilamar oleh wanita cantik yang sedang mabuk? Diterima atau tidak? Dan apakah wanita itu akan menyesal setelah sadar dari mabuknya jika ia sudah melamar Mas Ojek yang tidak ia kenal? Baca dan ikuti novel ini, sampai HAPPY ENDING ya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memasak Bersama
Sesampainya didalam apartemen, Adi langsung menuju dapur untuk meletakan dan menata barang belanjaannya. Sedangkan, Aulia masuk kamar.
"Mas, aku mau masuk kamar dulu" pamit wanita itu.
"Iya. Kamu istirahat saja, nanti aku panggil kalau makan siangnya udah siap" sahut Adi.
Tanpa berusaha menunjukkan niat untuk membantu suaminya, Aulia pun mengiyakan saja apa yang diucapkan Adi.
"Iya, terima kasih sebelumnya" sahut Aulia dengan senyum tipisnya lalu berjalan menuju kamar.
Adi tidak merasa aneh dengan sikap istrinya. Mungkin Adi juga belum terlalu peduli perasaan wanita itu. Yang ia pedulikan saat ini adalah memberi makan Aulia dan bayi dalam kandungannya.
Selain itu, pikirannya kini dibayangi wajah sang mantan. Saat menata sayuran di meja dapur, ia sampai menggelengkan kepala menghilangkan bayangan Jasmine.
"Sh*t! Kenapa dia tetap seperti dulu? Kenapa aku belum bisa move on sepenuhnya? Astaga ADI!!! RELAKAAAN DIAA!!" batinnya sendiri dengan mengepalkan tangan.
Tapi semakin berusaha mengabaikan bayangan itu, malah terdengar suara samar samar Jasmine ditelinganya. Memanggil namanya dengan penuh cinta. Ditambah saat melihat keseluruhan apartemen, gerak gerik Jasmine saat tinggal bersamanya begitu nyata.
Namun beberapa saat membiarkan dirinya tenggelam dalam kenangan indah bersama Jasmine, ia teringat seberapa sakit dirinya hingga ia sangat takut membuat wanita itu ikut menderita bersamanya.
Melihat wajah anak laki laki yang tadi ia gendong, ia bisa melihat jelas kemiripan Leister, suami Jasmine dengan bocah itu. Senyuk menyeringai terlihat di bibirnya.
"Ck.. dia sudah bahagia. Dia sudah bahagia, Adi. Kamu pun harus bahagia, okey?" lirihnya lalu melanjutkan memasak sayuran capjay denhan fokus.
Didalam kamar, Aulia yang baru saja mengganti bajunya dengan dress rumahan, mendudukan diri di depan meja rias sambil membersihkan wajahnya serta memberikan skincare simple.
Ia memperhatikan wajahnya. Sebenarnya wajahnya tidak kalah cantik dengan wanita yang ia temui tadi di supermarket. Wanita yang bernama Jasmine. Nama yang dituliskan di buku note milik suaminya.
"Jasmine ya...dia memang cantik..tidak salah jika Mas Beno mencintainya" gumamnya dengan senyuman menyeringai.
"Wanita yang tinggal di kamar ini. Dia benar benar cantik" lanjutnya.
"Hahaha, Aulia Aulia..apa yang kamu harapkan dari pria sebaik Adi Bagaskara untuk mu yang sangat hina ini? Hahahahaha" gumamnya sambil tertawa sinis, menertawakan dirinya.
Setelah menyelesaikan pemakaian skincarenya, Aulia hendak keluar kamar untuk melihat apa yang dilakukan Adi di dapur. Meskipun tadi ia menurut saja saat disuruh istirahat sampai sang suami memanggilnya untuk makan siang, namun naluri kewanitaannya menolak hal itu.
Membiarkan suaminya berkutik sendiri di dapur padahal ia tau, membuatnya malu. Dengan rasa cemburu yang belum disadari, Aulia keluar kamar.
Bau masakan Adi sudah harum tercium.
"Hmm baunya enak banget" batin Aulia.
Wanita itu berjalan kearah dapur. Adi melihat istrinya.
"Loh kenapa kesini, masih belum mateng makanannya" ujar Adi.
"Aku ingin membantumu, Mas. Aku gak enak kalau aku tau kamu lagi di dapur tapi aku malah di kamar" sahut Aulia.
"Ngapain ngerasa gak enak, santai aja Lia" ucap Adi.
"Jadi aku gak boleh ke dapur lihat Mas Beno masak?" tanya Aulia.
Adi pun tersenyum tipis menatap istrinya yang sedang menatapnya dengan tajam.
"Boleh. Sini. Kalau gak capek" jawabnya.
Langsung saja Aulia berjalan kearah dapur dan berdiri disamping suaminya.
"Ajarin aku masak sayuran begini, Mas" minta Aulia tiba tiba.
"Kamu yakin mau belajar masak sama aku? Mending sama ibu aja. Setiap weekend kamu bisa ke rumah ibu buat belajar masak" ucap Adi
"Sekarang, aku maunya belajar sama kamu, suamiku" sahut Aulia secara terang terangan menyebut pria disampingnya sebagai suami membuat Adi yang mendengarnya merasa merinding.
"Dia benar benar menganggap ku suaminya? Rasanya aneh" batin Adi sambil melamun menatap istrinya.
"Mas, capjaynya diapaain? Udah berasap" tegur Aulia membuat Adi kembali fokus ke wajan dan langsung menuangkan air.
"Hampir aja gosong hehe" celetuknya sambil garuk leher yang tidak gatal.
Aulia jadi ikut menahan tawa karena sikap Adi panik terlihat lucu.
Adi melihat Aulia yang baru pertama kali tertawa manis didepannya. Ia jadi terpaku membuat Aulia langsung diam diperhatikan begitu.
"Mas, apa yang bisa aku bantu?" suara Aulia lagi lagi membuyarkan lamunan pria itu.
"Hmmm..coba kamu cek nasinya sudah matang belum. Kalau belum berarti kamu bisa bantu bikin oseng oseng ayam" sahut Adi sambil mengaduk capjay di wajan.
"Oke" ujar Aulia.
Wanita itu mengecek magiccom, sudah matang.
"Nasinya udah matang, Mas. Tapi barusan banget kayaknya karena masih berair belum benar benar punel" ujar Aulia.
"Oke, bantu aku ngiris ayamnya" ucap Adi.
Aulia menurut. Ia mengambil pisau dan mengiris daging ayam bagian dada.
Melihat cara istrinya mengiris ayam dan cara memegang pisau, entah kenapa Adi tidak tahan untuk tidak membenarkannya.
Ia mendekat dan berdiri dibelakang sang istri.
Aulia terkejut dan membeku seketika saat posisi Adi sudah dibelakangnya lalu mendekap untuk bisa meraih tangannya.
Deg..deg...deg...
Jantung Aulia tiba tiba tidak aman, berdegub kencang.
"Astagaa!! Jantungku?!" batinnya.
Tapi bagi Adi biasa saja karena ia tidak tahan untuk melihat kesalahan orang lain disampingnya.
"Begini caranya. Pegang dibagian ini lalu tekan kebawah" ujar Adi sambil mengarahkan tangan sang istri di pegangan pisau sesuai yang ia mau.
Aulia tidak bersuara dan hanya mengikuti intruksi Adi hingga dekapan suaminya itu terlepas.
"Maaf, aku agak gemes kalau lihat orang melakukan hal yang salah didepan ku. Maksudnya salah di mataku. Cara memegang pisaumu cukup menunjukkan kalau kamu jarang menggunakannya" jelas Adi.
Aulia hanya membalas dengan senyuman dan melanjutkan mengiris daging ayam sesuai cara Adi mengajarinya barusan.
Adi melanjutkan memasak capjay hingga selesai. Menaruhnya di mangkok besar.
"Udah selesai capjaynya" ucap pria itu bangga.
"Sekarang kita selesaikan oseng oseng ayamnya" lanjutnya sambil menatap Aulia.
"Ini ayamnya udah aku iris" ucap sang istri.
"Oke..kita lanjut bikin bumbunya" sahut Adi.
Mereka berdua memasak oseng oseng ayam bersama. Adi mengajari Aulia resepnya, mengarahkan bahan bahannya.
Meskipun laki laki, Adi terlihat lebih mahir soal masak memasak didapur daripada Aulia. Tapi hal ini tidak menjadi masalah untuk keduanya.
Adi bukan pria yang harus menuntut wanitanya bisa masak, tapi senang jika wanitanya ingin belajar memasak.
Jika dipikir pikir, Aulia lebih terlihat mau diajari memasak daripada Jasmine yang sangat ogah ogahan jika berada didapur.
Hal ini membuat Adi tersenyum manis curi curi pandang menatap istrinya disela sela mereka memasak.
"Memang setiap orang memiliki sisi positif dan negatifnya" batin pria itu lalu lanjut membantu Aulia menyelesaikan masakan oseng oseng ayam.
Tak lama kemudian, makan siang sudah tersaji di meja makan untuk Adi dan Aulia.