Lucianna Forger adalah seorang pelacur di sebuah klub malam. Walaupun hidup sebagai pelacur, Luci tetap memiliki impian untuk mempunyai suami dan anak.
Malam itu ia bertemu dengan Daniel Radcliffe, orang yang dia target menjadi pelanggan selanjutnya. Setelah melalui malam yang panas di rumah Daniel. Ia malah bertemu dengan tiga anak kembar.
Luci baru saja berpikir kalau dia bermalam dengan suami orang lain. Namun nyatanya Daniel adalah seorang duda. Ini memberikan kesempatan Luci untuk mendekati Daniel.
Sulit untuk mendekati Daniel, Luci pun memilih untuk mendekati anak-anaknya terlebih dahulu.
Apakah Daniel bisa menerima Luci dengan latar belakang seorang pelacur?
__________________________________________
Yang penasaran sama ceritanya silahkan baca🙌
[Warning!! konten dewasa]
[Karya ini hanya fantasi authornya, tidak membawa hal apapun yang berkaitan agama dalam novel ini🙌]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NiSeeRINA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[PIAIT] Bab 24 : Flu tiba-tiba
Matahari masih belum menampakkan diri sepenuhnya, waktu juga masih menunjukkan pukul 05.30. Lucianna seperti biasa sedang memasak di dapur untuk dirinya dan si kembar. Ia tengah begitu fokus tak sadar suara decitan pintu utama terbuka.
Sopia masuk ke dalam rumah, berinteraksi dengan pintu begitu pelan seolah tak ingin ada yang mendengarnya. Matanya menatap sekitar, merasa was-was. kemudian mulai berjalan berjingkat ke arah dapur. Ia melihat Lucianna yang sedang asik memasak.
"Bagus, ini saatnya," gumam Sopia hampir berbisik. Ia kembali berjalan melancarkan rencana barunya. Sopia sedikit berjingkrak pelan lagi saat melewati kamar si kembar, kamar Lucianna jadi tujuannya yang berada tepat di samping kamar si kembar.
Sopia masuk dan menutup pintunya pelan. Ia melihat isi kamar itu. Kamar yang ditempati Lucianna hanya kamar tamu, tetapi Lucianna berhasil mendekorasinya seperti kamar utama. Kamar yang sangat rapi dan harum. Sopia menggelengkan kepalanya untuk menyadarkan dari rasa kagum.
Sopia mengeluarkan sebuah plastik hitam dari saku celananya. Ia mengambil sesuatu dari plastik hitam itu, sejumput bulu kucing. Bulu kucing itu berwarna hitam sengaja dibuat mirip dengan rambut Lucianna. "Kalau Lucianna sakit, harus ada yang menggantikannya kan? Ini kesempatanku untuk mendekati anak-anak polos itu,"
Sopia menaruh helaian bulu kucing itu di sisir rambut Lucianna, didalam sarung bantal dan di jaket kardigan berwarna pink milik Lucianna yang biasa ia gunakan saat mengantarkan si kembar ke sekolah. "Sepertinya ini sudah cukup,"
Sopia beranjak keluar dari kamar Lucianna, menutup pintu dengan rapat agar tidak ada kecurigaan. Ia mulai bekerja seperti biasanya, hanya perlu menunggu saatnya.
Sementara itu, Lucianna baru saja menyelesaikan masakannya. Ia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul enam. Lucianna melepas celemeknya dan pergi ke kamarnya dulu. Kulit halusnya mulai merasakan dingin, ia ingin mengambil jaketnya dan mengikat rambutnya.
Kemudian pergi ke kamar si kembar, membangunkan mereka dan menyiapkan mereka untuk pergi sekolah. Selesai bersiap, Lucianna membawa si kembar ke ruang makan. Ia melihat Daniel yang sudah duduk di ruang makan sambil membaca koran paginya. Daniel masih memakai kaus putih dan celana pendek abu-abunya.
"Kenapa kau belum bersiap kerja?" tanya Lucianna, heran.
"Hari ini tugasku sedikit, bisa ku kerjakan di rumah. Sayang bajunya nanti, kalau hanya dipakai sebentar." jawab Daniel singkat, membalikkan halaman korannya.
Alasan yang cukup masuk akal, tetapi tetap saja membuat Lucianna sedikit merasa kagum atau lebih tepatnya heran. Pekerjaan pria ini selalu banyak, apakah dia sengaja mengerjakan semuanya lebih awal agar bisa menikmati istirahatnya belakangan?
Itu tidak penting bagi Lucianna. Jika Daniel ada di rumah, ini menjadi kesempatannya untuk lebih dekat dengan Daniel.
"Papa libur? Wah, enak sekali. Apa kita bisa libur juga? agar bisa bermain dengan Papa," ucap Revan merasa iri. Lagipula sangat jarang Papanya mengambil cuti. Jika mereka libur juga, mereka bisa bermain dengan Papa mereka.
Daniel terkekeh pelan, "Tidak bisa, kalian harus tetap sekolah. Nanti kalau ada waktu, kita akan bermain bersama atau Papa akan membawa kalian jalan-jalan." Si kembar merasa kecewa dengan jawaban itu.
Lucianna menggeleng pelan kepalanya melihat kekecewaan si kembar. Anak-anak itu benar-benar haus akan kasih sayang ayah mereka. Lucianna lalu pergi ke dapur untuk membuatkan kopi untuk Daniel dan susu untuk si kembar. Membuat minuman tidak membutuhkan waktu yang lama, tetapi Lucianna sudah berada 20 menit di dapur.
"Hachuu! Hachuu! Hachuu!" Lucianna terdengar bersin berkali-kali di dapur, membuat Daniel khawatir dan menghampirinya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Daniel, melihat Lucianna yang sedang membersihkan hidungnya di wastafel.
"Aku baik-baik saja," Lucianna membalikkan badannya menghadap Daniel. Daniel melihat area hidung Lucianna yang terlihat memerah di kulit putihnya. Mata Lucianna juga nampak berair.
"Apa kau terserang flu?" tanya Daniel khawatir, menggenggam sisi pundak Lucianna untuk melihat lebih jelas keadaannya.
"Sepertinya begitu..." jawab Lucianna lesu, suaranya pun mulai terdengar sedikit serak.
Daniel membawa Lucianna ke ruang makan dan memintanya untuk duduk. Ia kembali ke dapur untuk mengambil kopi, susu dan teh yang sudah disiapkan Lucianna. Ia juga menggantikan Lucianna menyajikan sarapan yang sudah dibuat Lucianna.
Si kembar yang melihat Lucianna merasa heran juga merasa khawatir.
"Luci, kau kenapa?" tanya Devan, wajahnya terlihat cemas.
"Aku sedikit flu," jawab Lucianna, terlihat lemas. Ia mulai merasakan pusing di kepalanya karena bersin-bersin. Itu membuat anak-anak semakin cemas.
"Ini minumlah tehmu," Daniel menyodorkan teh milik Lucianna. Lucianna mulai meminum tehnya sedikit-sedikit, berharap meringankan flunya.
"Hari ini aku yang akan mengantar jemput anak-anak. Kau istirahat saja hari ini," ucap Daniel. Daniel mungkin memang tidak menyukai Lucianna tetapi sikapnya yang kadang menunjukkan perhatian khusus seperti ini membuat Lucianna merasa dipedulikan. Rasanya berbeda dari pelanggan lainnya yang bersikal baik kepada Lucianna karena dia adalah wanita penghibur mereka.
Dari balik tembok, Sopia yang mendengar itu menjadi geram. Seharusnya ia memanfaatkan waktu ini untuk bisa bersama si kembar. Tetapi kalau Daniel libur, Daniel-lah yang akan menggantikan Lucianna untuk menjaga si kembar saat mereka di rumah nanti.
......................
Daniel selesai mengantarkan si kembar ke sekolahnya lalu pergi ke ruang kerja. Ia menyalakan komputernya dan mulai membuka-buka dokumen kerjanya.
Sudah sekitar 4 jam, Daniel duduk di kursinya. Punggungnya mulai merasakan pegal dan kaku. Daniel berdiri mencoba meregangkan badannya. Ia berjalan ke arah jendela, melihat pemandangan halaman belakang rumahnya yang kini lebih rindang dan berwarna. Ini semua karena Lucianna yang meminta tukang kebun untuk menanamkan beberapa bunga di sekitar rumah.
Mata Daniel menyadari sesuatu, ia melihat Lucianna yang sedang duduk di ayunan dekat kolam renang. Lucianna sedang menggenggam tisu sambil terus mengelap ingusnya. Merasa iba, Daniel pergi ke mejanya dan membuka beberapa laci.
Ia ingat salah satu koleganya pernah membawakan oleh-oleh berupa minyak aromaterapi dari Thailand. Daniel pernah menggunakannya dan itu cukup bagus untuk meredakan hidung tersumbat.
"Akhirnya!" seru Daniel berhasil menemukan minyak itu. Ia kembali ke jendela, memastikan Lucianna masih berada disana. Lalu ia beranjak menghampiri Lucianna.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Bersambung...
padahal dalam hati 🤭